asd
Rabu, Oktober 9, 2024
spot_img
BerandaFiqih Do'a dan DzikirFaidah Dzikir (bagian 2)

Faidah Dzikir (bagian 2)

Faidah Dzikir (bagian 2)

Pada tulisan kali ini masih melanjutkan pembahasan faidah-faidah dzikir yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah, semoga bisa memotivasi diri kita agar senantiasa berdzikir kepada Allah Ta’ala:

  • Diantara faidah dzikir adalah, bahwa dzikir adalah tanaman surga. Disebabkan surga seperti tanah yang lapang, bagus tanamannya, sejuk airnya, dan tanamannya adalah dzikir kepada Allah.

Imam Ahmad telah meriwayatkan dari hadits Muadz bin Anas al-Juhani radhiallahu anhu dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم  bersabda:

‏من قال سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ نَبَتَ لَهُ غَرْسٌ في الجنة‏

“Barang siapa mengucapkan ‘subhanallahil ‘adzim (Maha Suci Allah yang Maha Agung), maka tumbuhlah untuknya tanaman di surga.” (Al-Musnad, 3/440)

At-Tirmidzi meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

لَقيتُ إبراهيمَ ليلةَ أُسْريَ بي فقالَ : يا محمَّدُ ، أقرئ أمَّتَكَ منِّي السَّلامَ وأخبِرْهُم أنَّ الجنَّةَ طيِّبةُ التُّربةِ عذبةُ الماءِ ، وأنَّها قيعانٌ ، وأنَّ غِراسَها سُبحانَ اللَّهِ والحمدُ للَّهِ ولا إلَهَ إلَّا اللَّهُ واللَّهُ أَكْبرُ

“Pada malam isra’ aku berjumpa Ibrahim Al-Khalil ‘alaihissalam. Dia berkata, ‘wahai Muhammad, sampaikan untuk umatmu salam dariku, kabarkan pada mereka bahwa surga itu bagus tanahya dan sejuk airnya, surga itu tanah lapang. Tanamannya adalah ‘subhanallah, walhamdulillah, walaa ilaaha illallahu, wallahu akbar’ (Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada sembahan yang haq kecuali Allah, dan yang Maha Besar).’” At-Tirmidzi berkata, hadits ini hasan gharib dari Ibnu Mas’ud. (Sunan At-Tirmidzi, no.3462. Hadits ini dinyatakan hasan oleh Al-Albani karena memiliki riwayat-riwayat yang mendukungnya, lihat As-Silsilah Ash-Shahihah, no. 105)

  • Diantara faidah dzikir, bahwa ia menjadi cahaya di dunia bagi orang yang berdzikir, menjadi cahaya baginya di kubur, dan cahaya baginya di tempat kembalinya, berada di hadapannya saat ia berjalan di atas shirath, maka tidaklah hati dan  kubur itu bercahaya seperti disebabkan oleh cahaya dzikir, Allah ta’ala berfirman:

أَوَمَن كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَن مَّثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِّنْهَا ۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلْكَافِرِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Apakah mereka yang mati lalu kami menghidupkannya dan kami jadikan cahaya berjalan dengannya di antara manusia sama seperti orang yang berada dalam kegelapan dan tidak bisa keluar darinya? Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang kafir terhadap apa yang mereka kerjakan.” (Q.S. Al-An’am: 122)

Permisalan pertama adalah orang Mukmin, dia bercahaya disebabkan oleh keimanannya pada Allah, kecintaan, ma’rifat, dan dzikir pada-Nya.

Permisalan kedua adalah orang yang lalai berdzikir pada Allah serta berpaling dari dzikir dan kecintaan kepada-Nya.

Puncak dari segala persoalan dan inti dari semua keberuntungan adalah adanya cahaya. Sedangkan puncak dari segala kesengsaraan adalah hilangnya cahaya itu. Oleh karena itu, Nabi صلى الله عليه وسلم biasa memperbanyak memohon hal tersebut pada Allah , agar menjadikannya berada di setiap bagian hidupnya yang lahir maupun batin, dan menjadikannya mengelilinginya dari setiap penjuru, lalu menjadikan dzatnya dan keseluruhan tubuhnya sebagai cahaya.

 Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya, dari hadits Abdullah bin Abbas radhiallahu anhuma, tentang dzikir Nabi صلى الله عليه وسلم di malam hari, beliau berkata dalam doa beliau :

للَّهُمَّ اجْعَلْ فِي قَلْبِي نُورًا وَفِي بَصَرِي وَفِي سَمْعِي نُورًا نُورًا وَعَنْ يَمِينِي نُورًا وَعَنْ يَسَارِي نُورًا وَأَمَامِي نُورًا وَخَلْفِي نُورًا وَعَظِّمْ لِي نُورًا 

“Ya Allah, jadikanlah pada hatiku cahaya, pada pandanganku cahaya, pada pendengaranku cahaya, dari kananku cahaya, dari kiriku cahaya, di atasku cahaya, di bawahku cahaya, di depanku cahaya, di belakangku cahaya, dan perbanyaklah bagiku cahaya.”

‘Kuraib ’salah seorang perawi hadits ini berkata, “Dan tujuh perkara di Tabut. Lalu aku bertemu anak Al-Abbas dan dia menceritakan kepadaku perkara-perkara itu, yakni; sarafku, dagingku, darahku, rambutku, dan kulitku. Lalu beliau menyebutkan dua perkara lain.”

Dzikir adalah cahaya bagi hati, wajah, dan anggota badan orang berdzikir. Cahaya baginya di dunia, di alam kubur, dan di hari kiamat.

Di antara faidah berdzikir, bahwa amalan ini mewajibkan adanya shalawat Allah dan malaikatnya kepada orang berdzikir. Barang siapa yang mendapatkan shalawat dari Allah para malaikat-Nya, maka sungguh dia telah mendapatkan segala keberuntungan, dan meraih semua kesuksesan. Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ۚ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا

 “Wahai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir yang banyak, dan bertasbihlah kepadanya pagi dan sore, Dia-lah yang bershalawat atas kamu dan malaikatnya, untuk mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya, dan Dia sangat penyayang terhadap orang-orang beriman.” (Q. S. Al-Ahzab: 41-43)

Diringkas dari buku Fiqih Do’a dan Dzikir karya Syeikh Abdurrazzaq Al-Badr

Penulis: Ade Abdurrahman

ARTIKEL TERKAIT

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

PALING POPULER