asd
Rabu, Juli 24, 2024
spot_img
BerandaFiqih Do'a dan DzikirHADITS-HADITS PERMINTAAN PERLINDUNGAN (4)

HADITS-HADITS PERMINTAAN PERLINDUNGAN (4)

HADITS-HADITS PERMINTAAN PERLINDUNGAN (4)

Kelima, dari Zaid bin Arqam Radhiyallahu ‘Anhu dia berkata, aku tidak mengatakan kepadamu kecuali sebagaimana yang biasa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam katakan:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَالْهَرَمِ وَ عَذَابِ الْقَبْرِاللَّهُمَّ آتِ نِفْسِيْ تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا، اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعْ، وَ مِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ، وَ مِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ، وَ مِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهـَا.

“Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari ketidakberdayaan, kemalasan, kepengecutan, dan kebakhilan dan ketuaan serta azab kubur. Ya Allah, berikan kepada jiwaku ketakwaannya, dan sucikanlah ia, Engkau sebaik- baik yang mensucikannya, engkau walinya dan maulanya. Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dan dari hati yang tidak khusyu’, dan dari jiwa yang tidak merasa puas, dan dari doa yang tidak dikabulkan.” (HR. Muslim)

Lafadz, “Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari ketidakberdayaan, kemalasan, kepengecutan, dan kebakhilan dan ketuaan serta azab kubur.” Alhamdulillah, Sudah dipaparkan pada hadits-hadits terdahulu.

Lafadz, “Ya Allah, berikan kepada jiwaku ketakwaannya, dan sucikanlah ia, Engkau sebaik- baik yang mensucikannya, engkau walinya dan maulanya. Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dan dari hati yang tidak khusyu’, dan dari jiwa yang tidak merasa puas, dan dari doa yang tidak dikabulkan.” Mencakup permintaan ketakwaan kepada Allah Ta’ala, kesuciannya, dan minta perlindungan dari empat perkara ; ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyu’, jiwa yang tidak puas, dan doa yang tidak dikabulkan.

 Al-Allamah Asy-Syaukani Rahimahullahu Ta’ala berkata, Hadits ini mengandung permohonan beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam agar diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada jiwanya ketakwaan dan kesucian. Yakni, dijadikan jiwanya suci lagi sempurna dalam keimanan. Kemudian mohon perlindungan dari ilmu yang tidak bermanfaat. Hal itu karena ia menjadi kebinasaan bagi pemiliknya dan hujjah (bukti) yang memberatkannya. Begitu juga mohon perlindungan dari hati yang tidak khusyu’. Hal itu karena hati yang tidak khusyu’ adalah hati yang keras tidak berpengaruh padanya peringatan dan nasihat. Tidak termotivasi kepada perkara-perkara yang baik dan tidak takut terhadap perkara-perkara menakutkan. Selanjutnya adalah permohonan perlindungan dari jiwa yang tidak puas. Hal itu karena jiwa yang tidak puas akan memburu perkara- perkara yang fana. Lancang terhadap harta yang haram, tidak merasa cukup dengan apa yang ada padanya berupa rizki, sehingga senantiasa berada dalam kelelahan dunia serta siksaan akhirat. Kemudian permintaan perlindungan dari doa yang tidak dikabulkan. Hal itu karena Rabb Subhanahu wa Ta’ala adalah pemberi, pencegah, yang meluaskan, yang menyempitkan, yang mendatangkan mudharat, dan yang memberi manfaat. Apabila seorang hamba menghadap kepada-Nya dalam berdoa dan tidak dikabulkan doanya niscaya orang yang berdoa tersebut benar-benar kecewa dan merugi. Karena ia adalah pengusiran dari pintu yang tidak diperoleh kebaikan kecuali darinya. Tidak pula ditolak mudharat kecuali dengannya.

 Lafadz, “Ya Allah, berikan kepada jiwaku ketakwaannya, dan sucikanlah ia, Engkau sebaik- baik yang mensucikannya, engkau walinya dan maulanya.” Di sini terdapat isyarat kepada firman Allah Ta’ala:

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا (٧)فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا (٨)قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (٩)وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا (١٠)

“Dan demi jiwa serta penyempurnaannya. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Asy-Syams : 7-10)

 Lafadz, “Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dan dari hati yang tidak khusyu’, dan dari jiwa yang tidak merasa puas, dan dari doa yang tidak dikabulkan.”. Menuntut ilmu, adalah untuk memanfaatkannya, apabila tidak dapat dimanfaatkan maka tidak dapat menyelamatkan pemiliknya bahkan menjadi kebinasaan baginya. Begitu pula hati, sesungguhnya diciptakan untuk khusyu’ (takut) terhadap Rabb, dan ia menjadi lapang karenanya dan dicampakkan padanya cahaya. Apabila tidak demikian, niscaya keadaannya keras. Maka patut untuk diminta perlindungan darinya. Allah Ta’ala berfirman :

فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ

“ Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah.” (Az- Zumar: 22)

  Jika jiwa itu rakus dan tidak puas, tamak terhadap dunia lagi tidak pernah merasa cukup, ia menjadi musuh yang paling berbahaya bagi seseorang, maka berlindung darinya adalah hal yang paling utama. Tidak adanya pengabulan doa merupakan bukti bahwa orang yang berdoa tidak mendapat manfaat dari ilmu dan amalnya, hatinya tidak khusyu’ dan jiwanya tidak puas. Wallahu A’lam. “

Keenam, dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu dia berkata, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam biasa berdoa :

اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ، وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَالْجُبْنِ وَالْبُخْلِ، وَضَلَعِ الدَّيْنِ، وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ

“ Ya Allah, sungguh aku mohon perlindungan kepada-Mu dari kerisauan dan kesedihan, ketidakberdayaan dan kemalasan, kepengecutan dan kebakhilan, dan dari lilitan utang, serta dikuasai oleh laki-laki.” (HR. Bukhari).

Hadits ini mengandung permintaan perlindungan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dari delapan perkara :

  1. Kerisauan berkaitan dengan perkara masa yang akan datang.
  2. Kesedihan berkaitan dengan hal-hal yang telah lampau.
  3. Ketidakberdayaan
  4. Kemalasan
  5. Kepengecutan
  6. Kebakhilan
  7. Lilitan hutang adalah berat dan sulitnya pelunasan utang.
  8. Dikuasai oleh laki-laki adalah kekuasaan mereka, kebengisan mereka, kezhaliman mereka, dan permusuhan mereka.

Ibnu Al-Qayyim Rahimahullahu Ta’ala berkata : “Tekanan yang menimpa seseorang ada dua macam :

  1. Tekanan karena perkara yang hak, dan ia adalah utang.
  2. Tekanan karena perkara yang batil, dan ia adalah penguasaan orang lain.

Semoga shalawat dan salam Allah Ta’ala dilimpahkan kepada orang yang diberi jawami’ al-kalim, meraih khazanah ilmu dan hikmah dari lafadz-lafadznya.”

( Tulisan ini diringkas dari buku Fiqih Doa dan Dzikir karya Syaikh Abdurrazaq bin Abdil Muhsin Al- Badr Hafidzohullahu Ta’ala )

Cianjur, Komplek Masjid Al- Bayaan

Selasa, 1 Juni 2021 / 20 Syawal 1442 H

Muhamad Adi Firmanto

ARTIKEL TERKAIT

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

PALING POPULER