asd
Rabu, Juli 24, 2024
spot_img
BerandaFiqih Do'a dan DzikirTAWASSUL YANG DISYARIATKAN

TAWASSUL YANG DISYARIATKAN

TAWASSUL YANG DISYARIATKAN

Tawassul merupakan salah satu adab yang paling penting dalam berdoa, karena sebelum memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, seseorang diharapkan mendekatkan diri terlebih dahulu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tawassul merupakan metode atau sarana seseorang mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan tawassul yang terbaik adalah dengan melaksanakan seluruh perkara yang dicintai oleh Allah berupa syari’atnya. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا ٱتَّقُوا ٱللَّهَ وَٱبْتَغُو إِلَيْهِ ٱلْوَسِيلَةَ


Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya. (QS. Al-Ma’idah: 35)


Cara bertawasul dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang benar telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Oleh karena itu hendaknya seorang muslim memahami cara bertawasul yang benar dan menjauhi cara bertawasul yang salah dan menyimpang.

Cara bertawasul yang disyari’atkan diantaranya,

Pertama, bertawasul kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan nama-nama-Nya Yang Maha Indah yang telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلِلَّهِ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ فَٱدْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا۟ ٱلَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِىٓ أَسْمَٰٓئِهِۦ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ


Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (Al-A’rof: 180)

قُلِ ٱدْعُوا۟ ٱللَّهَ أَوِ ٱدْعُوا۟ ٱلرَّحْمَٰنَ ۖ أَيًّا مَّا تَدْعُوا۟ فَلَهُ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ ۚ وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَٱبْتَغِ بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا


Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu”. (Al-Isro’: 110)

Diantara contoh bentuk tawassul jenis ini adalah doa dalam Surat Al-Fatihah. Doa yang paling agung yang dipanjatkan oleh seorang hamba, yaitu doa memohon petunjuk dan hidayah-Nya. Dalam doa ini seorang hamba menyebutkan nama-nama+Nya dan pujian terhadap diri-Nya terlebih dahulu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di Hari Pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. (QS. Al-Fatihah: 1-5)

Kemudian setelah itu barulah seorang hamba menyebutkan permohonannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (QS. Al-Fatihah: 6-7)

Contoh lain dari doa yang dipanjatkan dengan bertawasul dengan menyebut Nama Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah: Wahai Dzat Yang Maha Pengasih, kasihilah diriku. Wahai Dzat Yang Maha Pengampun, ampunilah diriku. Wahai Dzat Yang Maha Memberi Rizki, berilah rizki kepadaku dst.

Kedua, bertawasul kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan menyebutkan amal shaleh yang pernah ia kerjakan. Contohnya seseorang bertawasul dengan keimanannya, keislamannya, ketaatannya dsb. Diantara contoh bentuk tawassul jenis ini adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

ٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَآ إِنَّنَآ ءَامَنَّا فَٱغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

(Yaitu) orang-orang yang berdoa: Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka (QS. Ali Imron: 16)

رَّبَّنَآ إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِى لِلْإِيمَٰنِ أَنْ ءَامِنُوا۟ بِرَبِّكُمْ فَـَٔامَنَّا ۚ رَبَّنَا فَٱغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّـَٔاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ ٱلْأَبْرَارِ


Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti. (QS. Ali Imron: 193)

Contoh lainnya adalah kisah tiga orang penghuni gua yang bertawassul kepada Allah dengan amal-amal mereka yang shalih lagi ikhlas, yang mereka tujukan untuk mengharap wajah Allah Yang Maha Mulia, maka mereka diselamatkan dari batu yang menutupi mulut gua tersebut.

Ketiga, bertawasul kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan meminta doanya orang shaleh. Sebagaimana para sahabat dahulu meminta kepada Nabi untuk berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.


Dalam hadist sohih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari Anas bin Malik, ia berkata: “Pernah terjadi musim kemarau pada masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah di hari Jum’at. Tiba-tiba berdirilah seorang Arab Badui, ia berkata: ‘Wahai Rasulullah, telah musnah harta dan telah kelaparan keluarga.’ Lalu Rasulullah mengangkat kedua tangannya seraya berdo’a: ‘Ya Allah turunkanlah hujan kepada kami. Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami.” Tidak lama kemudian turunlah hujan.


Dalam hadist sohih yang lain, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwa ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu -ketika terjadi musim paceklik- ia meminta hujan melalui ‘Abbas bin ‘Abdil Muthalib Radhiyallahu anhu, lalu berkata: “Ya Allah, dahulu kami bertawassul kepada-Mu melalui Nabi kami, lalu Engkau menurunkan hujan kepada kami. Sekarang kami memohon kepada-Mu melalui paman Nabi kami, maka berilah kami hujan.” Ia (Anas bin Malik) berkata: “Lalu mereka pun diberi hujan.

Sumber :

Fikih doa dan Dzikir Syaikh Abdurrozzaq bin Abdil Muhsin

almanhaj.or.id

Cianjur, 27 Agustus 2020

Oleh : Muhammad, M.Pd.I

ARTIKEL TERKAIT

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

PALING POPULER