asd
Kamis, Oktober 10, 2024
spot_img
BerandaFiqih Do'a dan DzikirHADITS-HADITS PERMINTAAN PERLINDUNGAN (1)

HADITS-HADITS PERMINTAAN PERLINDUNGAN (1)

HADITS-HADITS PERMINTAAN PERLINDUNGAN (1)

Hadits-hadits tentang permohonan perlindungan sangatlah banyak dan beragam sesuai dengan perkara yang kita berlindung darinya, atau perintah agar kita berlindung dari perkara tersebut. Maka menjadi keharusan dalam masalah ini untuk mengetahui 3 perkara:

Pertama, mengenal makna isti’adzah (Perlindungan).

            Isti’adzah adalah memohon perlindungan, Al-Allamah Ibnu Al-Qayyim Rahimahullahu Ta’ala berkata, “Ketahuilah lafadz ‘aadza dan perubahan darinya menunjukan perlindungan, membentengi, dan keselamatan. Adapun hakikat maknanya adalah lari dari sesuatu yang engkau takuti kepada apa yang memeliharamu darinya. Oleh kerena itu yang dimintai perlindungan disebutkan sebagai tempat berlindung. Sebagaimana ia juga dinamai tempat bernaung dan tempat benteng.”

Kedua, mengenal tempat meminta perlindungan.

            Tempat berlindung yang dimintai darinya perlindungan, tempat bernaung, dan tempat berlari kepadanya adalah Allah Subhanahu Wa Ta’ala semata, Dzat yang di tangan-Nya kerajaan langit dan bumi, yang berkuasa atas segala sesuatu, yaitu Rabb semesta alam.

            Meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala merupakan ibadah yang agung. Dan meminta perlindungan kepada selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala merupakan perbuatan yang melampaui batas, keburukan dan kesyirikan. Sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الإنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا (٦)

“Dan bahwasanya beberapa laki-laki dikalangan manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari kalangan jin, dan semakin menambah bagi mereka kekalutan.” (Al-Jin: 6)

Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhu berkata dalam ayat ini, “Biasa laki-laki dari kalangan manusia, apabila salah seorang diantara mereka bermalam di sebuah lembah pada masa jahiliyah, niscaya dia mengatakan, ‘Aku berlindung kepada pemuka lembah ini,’ maka hal itu menambah dosa bagi mereka.

Ketiga, mengenal macam-macam perkara yang dimintai perlindungan darinya.

Yaitu perkara yang telah ada dan diminta untuk dihilangkan, serta perkara tidak ada dan diminta untuk tetap tidak ada dan diminta untuk dihilangkan. Sebagaimana kebaikan secara mutlak ada dua jenis yaitu kebaikan yang telah ada dan diminta kelanggengannya, ketetapannya, dan tidak dicabut. Serta kebaikan yang belum ada dan diminta agar diadakan dan diraih.

Hadits-hadits tentang memohon perlindungan dan penjelasan sebagian makna serta kandungannya.

Pertama, dari Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa  Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, sungguh syirik lebih tersembunyi daripada jejak semut. Maukah aku tunjukan padamu sesuatu yang bila engkau ucapkan niscaya hilang darimu yang sedikit maupun yang banyaknya?” Beliau bersabda, “Ucapkanlah :

اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ , وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا أَعْلَمُ

‘Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari mempersekutukan-Mu sedangkan aku mengetahuinya, dan mohon ampunan kepada-Mu terhadap apa yang aku tidak ketahui.’”

Diriwayatkan Imam Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad

Hadits ini telah mencakup seagung-agung permintaan perlindungan dari keburukan. Karena syirik kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala merupakan kedzaliman yang paling buruk dan dosa yang paling besar. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (١٣)

“Ingatlah ketika Lukman berkata kepada anaknya dan dia menasihatinya, ‘Wahai anakku, jangan persekutukan Allah, sungguh syirik adalah kedzaliman yang besar.’” (Lukman: 13)

dan firman-Nya:

إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا (٤٨)

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) kerena mempersekutukan-Nya (syirik) dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar.” (An-Nisa; 48)

dan firman-Nya:

وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا بَعِيدًا (١١٦)

“Dan barang siapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sungguh telah sesat dengan kesesatan yang jauh.” (An-Nisa’ : 116)

            Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala melindungi kita semua dari syirik yang kita ketahui dan yang tidak kita ketahui, serta memberi kita petunjuk kepada jalan yang lurus.

(Tulisan ini diringkas dari buku Fiqih Doa dan Dzikir karya Syaikh Abdurrazaq bin Abdil Muhsin Al- Badr Hafidzohullahu Ta’ala)

Cianjur, Komplek Masjid Al- Bayaan

Selasa, 16 Maret 2021 / 3 Sya’ban 1442 H

Muhamad Adi Firmanto

ARTIKEL TERKAIT

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

PALING POPULER