DZIKIR PADA ALLAH ADALAH AMALAN YANG MULIA DAN PALING UTAMA
Dzikir kepada Allah adalah amalan yang paling mulia, paling baik dan paling utama di sisi Allah. Dari Abu Darda’ Radhiallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
أَلَا أُنَبِّئُكم بِخَيْرِ أعمالِكُم ، وأَزْكاها عِندَ مَلِيكِكُم ، وأَرفعِها في دَرَجاتِكُم ، وخيرٌ لكم من إِنْفاقِ الذَّهَب والوَرِقِ ، وخيرٌ لكم من أن تَلْقَوا عَدُوَّكم ، فتَضْرِبوا أعناقَهُم ، ويَضْرِبوا أعْناقكُم ؟ ! ، قالوا : بَلَى ، قال : ذِكْرُ اللهِ
“Maukah Aku tunjukan kepada Kamu sebaik-baik amalmu, paling bersih disisi Rajamu, paling mengangkat derajatmu, lebih baik bagimu dari pada menginfakan emas dan perak, dan lebih baik bagimu dari pada kamu bertemu musuh lalu menebas leher mereka dan mereka menebas lehermu? Mereka berkata: “tentu wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Dzikir kepada Allah”. (Sunan at-tirmidzi, No. 3377, Sunan Ibnu Majah, No. 3790, dan Al-Mustadrak, 1/496. Hadits ini dinyatakan shahih oleh Al-‘Allamah Al-Albani dalam Shahih Al-Jaami’, No. 2629).
Ibnu Rajab rahimahullah berkata sungguh sangat banyak nash-nash yang menjelaskan keutamaan dzikir dibanding besedekah dengan harta serta amal-amal lainnya. (Jami’ Al-Ulum wa al-Hikam, hal. 225)
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya sebagaimana dikutip dalam At-Targhib wa At-Tarhib karya Al-Mundziri -dan beliau berkata sanadnya hasan- dari Al-A’masy, dari Salim bin Abi Al-Ja’ad dia berkata, dikatakan kepada Abu Darda, “sesungguhnya seorang laki-laki memerdekakan seratus jiwa dan berkata, ‘Sungguh seratus jiwa dari harta seorang laki-laki adalah banyak. Namun lebih utama dari pada itu adalah iman yang konsisten di waktu malam dan siang hari, serta senantiasa lisan seseorang diantara kamu basah karena dzikir kepada Allah subhanahu wata’ala.”
Ibnu Mas’ud Radhiallahu ‘anhu berkata, “Bahwa aku bertasbih kepada Allah dengan beberapa tasbih lebih aku sukai daripada menafkahkan sesuatu yang sejumlah dengannya dinar di jalan Allah.” Demikian pula dikatakan oleh sejumlah sahabat serta tabi’in. sesungguhnya dzikir lebih utama daripada mensedekahkan sesuatu yang sejumlah dengannya berupa harta. (Jami’ Al-Ulum, ha. 225, 226)
Atsar-atsar yang semakna dengan ini dari mereka cukup banyak. Namun ini sama sekali tidak berarti merendahkan urusan nafkah di jalan Allah, menunggang kuda dalam perang, dan memerdekakan budak di jalan-Nya. Akan tetapi maksudnya sekedar menunjukan ketinggian urusan dzikir dan penjelasan keagungan dzikir. Bahwa tak ada sesuatu pun yang sebanding dengannya di antara perkara-perkara tersebut. Bahkan sungguh amal-amal seluruhnya dan semua ketaatan adalah disyariatkan untuk menegakan dzikir kepada Allah. Oleh karena itu Allah subhanahu wata’ala berfirman:
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
“Dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku.” (QS. Thaha/18: 14)
Yakni, dirikanlah shalat dengan tujuan agar dzikir kepada Allah. Dalam hal ini terdapat penjelasan akan besarnya kedudukan shalat. Sebab, ia adalah merendahkan diri kepada Allah, berdiri di hadapan-Nya, memohon pada-Nya, serta menegakan dzikir pada-Nya. Atas dasar ini, maka shalat adalah dzikir. Allah telah menamainya sebagai dzikir. Seperti dalam firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِن يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ
“Wahai orang-orang beriman, apabila diseru untuk shalat di hari Jum’at, maka bersegeralah menuju dzikir kepada Allah.” (QS. Al-Jumu’ah/62: 9)
Pada ayat ini shalat dinamai dzikir. Hal itu karena dzikir adalah ruh shalat, intinya, dan hakikatnya. Orang yang paling besar pahalanya dalam shalat adalah orang yang paling kuat, dan paling banyak dzikirnya pada Allah. Perkara serupa juga dalam setiap ketaatan dan ibadah yang digunakan hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ath-Thabrani, dari Abdullah bin Lahi’ah dia berkata, Zabban bin Fa’id menceritakan kepada kami, dari Sahl bin Mu’adz bin Anas Al-Juhani, dari bapaknya:
عن رسول الله – صلى الله عليه وسلم -، أن رجلا سأله فقال أي المجاهدين أعظم أجرا؟ قال: “أكثرهم لله تبارك وتعالى ذكرا”، قال: فأي الصائمين أعظم أجرا؟ قال: “أكثرهم لله ذكرا”، ثم ذكر لنا الصلاة والزكاة والحج والصدقة كل ذلك ورسول الله – صلى الله عليه وسلم – يقول: “أكثرهم لله – تبارك وتعالى – ذكرا”، فقال أبوبكر الصديق لعمر – رضي الله عنهما -: يا أبا حفص! ذهب الذاكرون الله بكل خير، فقال رسول الله – صلى الله عليه وسلم -: “أجل”
“Dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم “Sesungguhnya seorang lelaki bertanya padanya dan berkata, ‘Mujahid mana yang lebih besar pahalanya wahai Rasulullah? Beliau bersabda, ‘yang paling banyak diantara mereka berdzikir kepada Allah.’Dia berkata, ‘Orang berpuasa mana yang lebih besar pahalanya?’Beliau bersabda, ‘Yang paling banyak diantara mereka berdzikir kepada Allah.’ Kemudian menyebutkan shalat, zakat, haji, dan sedekah. Setiap kali ditanya tentang hal-hal tersebut Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersebda, ‘yang paling banyak diantara mereka berdzikir kepada Allah. ‘Abu Bakar berkata kepada Umar, ‘Orang-orang yang berdzikir telah memboyong semua kebaikan,’Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda. ‘benar.”(Al-Musnad, 3/438, dan Al-Mu’jam Al-Kabir karya Ath-Thabrani, Juz 20, No. 407).
Dzikir kepada Allah subhanahu wata’ala adalah amal yang paling utama. Ia lebih besar dari segala sesuatu. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar.” (Al-Ankabut: 45)
Shalawat Allah dan salam atas Nabi Muhammad dan keluarganya serta seluruh sahabatnya.
Sumber: buku Fiqih Do’a dan Dzikir, karya Syeikh Abdurrazzaq Al-Badr hafizhahullah
Penulis: Ade Abdurrahman
