DZIKIR-DZIKIR RUKU’, BERDIRI DARI RUKU’, SUJUD DAN DUDUK DI ANTARA DUA SUJUD.
Rasulullah Shallalahu Alaihi Wasalam apabila melewati ayat yang terdapat didalamnya tasbih maka beliau bertasbih, jika melewati permintaan maka beliau meminta, jika melewati ayat perlindungan niscaya beliau meminta perlindungan.
Kemudian beliau ruku, lalu mengucapakan:
سُبحانَ ربِّيَ العَظيمِ
“Maha suci Allah yang Maha Agung” (HR. Abu Daud)
Adapun rukunya hampir sama dengan berdirinya, kemudian beliau mengucapkan:
سمِعَ اللهُ لِمَن حمِدَه
“Semoga Allah mendengar orang yang memuji-Nya” (HR. Abu Daud)
Kemudian beliau berdiri lama hampir sama dengan rukunya. Setelah itu beliau sujud dan mengucapkan:
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى
Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Tinggi. (Shahih Muslim, No 772)
Adapun sujudnya hampir sama dengan berdirinya.
Pada hadits ini terdapat pensyariatan agar seorang Muslim mengucapkan dalam ruku’nya, ‘’Mahasuci Rabbku Yang Mahatinggi’’ dan dalam sujudnya, ‘’Mahasuci Rabbku Yang Mahatinggi’’.
Ibnu Al Qayyim berkata: ‘’Disyariatkan bagi orang yang ruku’ untuk menyebut keagungan Rabbnya pada kondisi dia merendahdan tunduk. ‘’
Lalu berkata tentang sujud: ‘’Disyariatkan padanya berupa sanjungan atas Allah yang sesuai baginya, dan dia adalah perkatan hamba, ‘Mahasuci Rabb Yang Mahatinggi’, inilah yang paling utama diucapkan dalam sujud’’ (Kitab As Shalah, Ibnu Al Qayyim, hal 176)
Adapun pensifatan Allah Ta’ala dengan ketinggian pada kondisi sujud berada dalam puncak kesesuaian dengan keadaan orang yang sujud, yang mana dia tertelungkup di bawah di atas wajahnya lalu dia menyebutkan ketinggian Rabbnya pada saat dia berada di posisi paling bawah.
Wa Allahu A’alam Bi Shawab.
( Tulisan ini diringkas dari buku Fiqih Doa dan Dzikir karya Syaikh Abdurrazaq bin Abdil Muhsin Al- Badr Hafidzohullahu Ta’ala )
Cianjur, Komplek Masjid Al- Bayaan
Senin, 2 Juni 2022/ 19 Dzulkaiddah 1443
Fitra Aryasandi, S.Ag