DZIKIR-DZIKIR PADA WAKTU PAGI (2)
Di antara doa-doa agung dan bermanfaat yang biasa dikerjakan secara kontinyu oleh Nabi setiap pagi, adalah apa yang tercantum dalam Musnad Imam Ahmad dan Sunan Ibnu Majah, dari Ummu Salamah radhiallahu ‘anha: “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apabila shalat Shubuh ketika (setelah) salam mengucapkan,
اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُكَ عِلْماً نَافِعاً، وَرِزْقاً طَيِّباً، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
“Ya Allah, sungguh aku mohon pada-Mu ilmu bermanfaat, rizki yang baik, dan amalan yang diterima.” (Musnad Ahmad, 26521, Sunan Ibnu Majah, No. 925, dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Ibnu Majah, No. 753)
Jika seseorang mencermati doa yang agung ini, niscaya mendapati bahwa mengucapkannya pada waktu sesudah shalat Shubuh merupakan perkara yang sangat tepat. Sebab shubuh adalah permulaan dan pembukaan hari. Tidak ada keinginan seorang Muslim pada setiap hari kecuali ingin meraih tujuan-tujuan mulia yang tersebut dalam hadits ini. Yaitu, ilmu bermanfaat, rizki yang baik, dan amalan yang diterima. Seakan ketika dia membuka harinya dengan menyebut tiga perkara ini dan bukan yang lainnya, untuk menentukan tujuan dan maksud pada hari itu. Tidak diragukan lagi, hal ini akan memfokuskan hati seseorang, dan lebih mengarahkan perjalanan serta tindak-tanduknya. Berbeda apabila dengan orang di waktu shubuh dan tidak menyadari tujuan-tujuan serta maksud-maksudnya yang menjadi tekad untuk dilakukannya pada hari itu. Kita dapati orang-orang yang bergelut dengan dunia pendidikan dan adab selalu mengarahkan agar memperbaharui tujuan-tujuan pada setiap amalan yang dilakukan oleh seseorang, dan di setiap jalan yang dia tempuh, supaya hal itu lebih mendorong untuk menyukseskan tujuan-tujuannya, serta lebih selamat dari kebimbangan dan ketimpangan.
Seorang Muslim tidak memiliki tujuan yang lebih besar dalam suatu hari, bahkan di seluruh hari baginya, kecuali menginginkan meraih tiga tujuan ini dan menyempurnakannya, serta mendapatkannya melalui cara yang paling mudah dan jalan yang paling singkat.
Dalam mengucapkan doa ini di permulaan harinya, bukan sekedar bermaksud memperbaharui tujuan-tujuannya saja, tetapi dia merendahkan diri kepada Rabbnya, agar melimpahkan nikmat kepadanya untuk meraih tujuan-tujuan yang mulia ini. Karena tidak ada upaya dan kekuatan serta tidak pula kemampuan bagi seseorang untuk mendapatkan manfaat atau menolak mudharat kecuali dengan izin Rabbnya subhanahu wata’ala. Maka dia bernaung kepada-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya, dan berpegang serta bertawakal atas-Nya.
Perkataan seorang Muslim pada setiap pagi, “Ya Allah, sungguh aku mohon pada-Mu ilmu bermanfaat, dan rizki yang baik, serta amalan yang diterima.” la adalah permintaan bantuan dari hamba di waktu pagi dan awal harinya kepada Rabbnya subhanahu wata’ala agar memudahkan baginya perkara yang sulit, dan pelik. serta membantunya untuk merealisasikan tujuan-tujuannya yang berkah lagi terpuji.
Perhatikanlah, bagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memulai doa ini dengan meminta pada Allah ilmu bermanfaat, sebelum meminta rizki yang baik dan amalan yang diterima. Ini memberi isyarat bahwa ilmu bermanfaat lebih didahulukan, dan hendaknya dimulai darinya. Seperti firman Allah :
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
“Ketahuilah, bahwasanya tidak ada sembahan yang haq kecuali Allah, dan mohonlah ampunan terhadap dosa-dosamu, dan kepadaorang-orang beriman laki-laki maupun perempuan.” (Muhammad:19)
Allah memulai dengan ilmu sebelum perkataan dan perbuatan. Memulai dengan ilmu yang bermanfaat terdapat hikmah yang jelas bagi setiap orang yang mencermatinya. Yaitu, dengan ilmu bermanfaat, seseorang mampu untuk membedakan antara amal shalih dan selainnya, dan dia mampu membedakan antara rizki yang baik dan yang tidak baik. Barang siapa tidak berada di atas ilmu, maka perkara-perkara akan bercampur-baur atasnya. Dia mengerjakan suatu amalan yang dia duga shalih lagi bermanfaat padahal tidaklah demikian, Sementara Allah subhanahu wata’ala berfirman, yang artinya:
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُم بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًاالَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
“Katakanlah, apakah aku beritahukan kepada kamu orang-orang yang merugi amalannya. Orang-orang yang sesat usahanya dalam kehidupan dunia dan mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat kebaikan.” (Al-Kahfi: 103-104)
terkadang seseorang mengusahakan rizki dan harta seraya menduga itu adalah baik dan bermanfaat. Padahal secara hakikatnya ia adalah buruk dan mengandung mudharat. Tidak ada bagi seseorang cara untuk membedakan antara manfaat dan mudharat serta antara baik dan buruk kecuali dengan ilmu yang bermanfaat.
Sabda beliau dalam hadits, “Ilmu bermanfaat,” di dalamnya terdapat petunjuk bahwa ilmu itu ada dua macam; ilmu yang bermanfaat dan ilmu yang tidak bermanfaat. Ilmu bermanfaat paling agung yang diraih seorang Muslim adalah ilmu yang mengantarkan kepada kedekatan dengan Rabbnya, mengetahui agamanya, dan pengetahuan yang mendalam tentang jalan kebenaran yang harus dia tempuh. Cermatilah dalam hal ini firman Allah subhanahu wata’ala
قَدْ جَاءَكُم مِّنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُّبِينٌ يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
“Telah datang kepada kamu dari Allah cahaya dan kitab yang nyata. Allah memberi petunjuk dengannya siapa yang mengikuti keridhaannya jalan-jalan keselamatan, mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya dengan izin-Nya, dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus.” (Al-Maidah: 15-16)
Adapun lafazh, “Rizki yang baik,” di sini terdapat isyarat bahwa rizki terdiri dari dua macam; baik dan buruk. Allah Mahabaik dan tidak menerima kecuali yang baik. Allah telah memerintahkan orang-orang beriman sebagaimana yang diperintahkan kepada para Rasul. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا
“Wahai sekalian rasul, makanlah dari yang baik-baik dan kerjakanlah amal-amal shalih.” (Al-Mukminun: 51), dan firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِن طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ
“Wahai orang-orang beriman, makanlah dari yang baik-baik apa yang diberikan rizki kepada kamu.” (Al-Baqarah: 172)
Lafazh dalam hadits, “Dan amalan yang diterima” dan dalam riwayat lain, “Dan amalan yang shalih,” terdapat padanya isyarat bahwa tidak setiap amal mendekatkan diri pada-Nya yang dikerjakan hamba diterima oleh Allah . Bahkan amalan yang diterima hanyalah yang shalih. Adapun amalan shalih adalah yang dikerjakan untuk Allah semata dan di atas petunjuk serta sunnah nabi-Nya Muhammad Oleh karena itu Allah berfirman:
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“Dia yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu siapa lebih bagus amalannya.” (Al-Mulk: 2)
Al-Fudhail bin lyadh berkata tentang makna ayat, “Yakni, yang paling ikhlas dan paling benar.” Ditanyakan, “Wahai Abu Ali, apakah yang paling ikhlas dan paling benar itu? Beliau berkata, “Sesungguh-nya amalan apabila ikhlas dan tidak benar maka tidak diterima, jika benar dan tidak ikhlas juga tidak diterima, hingga amalan itu ikhlas dan benar. Amalan ikhlas adalah yang dilakukan untuk Allah dan amalan benar adalah yang sesuai sunnah.” (Diriwayatkan Ibnu Abi Dunya dalam kitabnya Al-Ikhlas Wanniyyah, hal. 50-51, dan Abu Nu’aim dalam kitab Al-Hilyah, 8/95)
Inilah doa yang agung manfaatnya dan besar faidahnya. Sangat baik bagi Muslim untuk kontinyu mengerjakannya setiap pagi demi meneladani Nabi yang mulia. Kemudian mengiringi doa itu dengan amalan. Agar dia meraih kebaikan-kebaikan agung dan karunia mulia ini. Hanya Allah subhanahu wata’ala pemberi taufik dan yang membantu atas setiap kebaikan.
Sumber: Buku Fiqih Do’a dan Dzikir karya Syaikh Abdurrazzaq al-Badr –hafizhahullah-
Oleh: Ade Abdurrahman