DOA NABI MUSA ALAIHI SALAM (1)
Allah Ta’ala menuturkan kisah Nabi Musa Alaihi Salam diberbagai ayat dalam al-quran, tidak ada didalam Al Qur’an yang lebih hebat dibandingkan kisah ini dari segi kejadian-kejadian dan pelajaran-pelajarannya.
Karena dia menghadapi thaghut yang paling besar yang dikenal sejarah yaitu Fir’aun dan bala tentaranya. Dia mengahadapi bangsa yang paling durhaka yang pernah dikenal oleh manusia, yaitu bani Israil sehingga tugas Musa Alaihi Salam tugas paling berat dan risalahnya paling jelas.
Diantara doa-doa Musa Alaihi Salam apa yang disebutkan dalam firman Allah Ta’ala.
قَالَ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَغَفَرَ لَهُ ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Musa mendoa: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku”. Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs: Al Qashashas: 16)
Doa ini dipanjatkan Musa Alaihi Salam sebagai permohonan ampunan dan taubat kepada Rabbnya atas perbuatnya membunuh laki-laki qibthi secara tidak sengaja, bukan karena maksud membunuhnya. Namun pukulan itu membawa kematian laki-laki qibthi tersebut karena kekuatan Musa Alaihi Salam yang luar biasa.
Al alamah Ibnu Sa’diy rahimahullah menyebutkan: “diantar faidah kisah ini adalah, membunuh orang kafir yang memiliki perjanjian baik melalui akad ataupun urf’ adalah tidak diperbolehkan”. (Tafsir Al Lathif Al Mannan, hal 131)
Diantar doa Nabi Musa Alaihi salam bahwa ketika beliau diberitahu tentang orang-orang qibthi yang menyusun rencana balas dendam atas perbuatannya membunuh laki-laki qibthi, maka dia keluar dari kota melarikan diri sambil berdoa kepada Rabbnya dalam kondisi tersebut.
Sebagimana firman Allah Ta’ala:
فَخَرَجَ مِنْهَا خَائِفًا يَتَرَقَّبُ ۖ قَالَ رَبِّ نَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdoa: “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu”.
وَلَمَّا تَوَجَّهَ تِلْقَاءَ مَدْيَنَ قَالَ عَسَىٰ رَبِّي أَنْ يَهْدِيَنِي سَوَاءَ السَّبِيلِ
Dan tatkala ia menghadap kejurusan negeri Mad-yan ia berdoa (lagi): “Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar”. (Qs: Al Qashashas: 21-22)
Allah Ta’ala telah mengabulkan do’anya dan memberikan permintaannya. Ibnu Katsir Rahimahullah berkata: “Allah Ta’ala melakukan terhadapnya hal itu, menunjukannya kepada jalan yang lurus didunia dan diakhirat, dengan dijadikannya pemberi petunjuk yang diberi petunjuk”. (Tafsir Ibnu Katsir, 6/236)
Diantara doa beliau Musa Alaihi salam, ketika perjalanan itu memayahkan dan laparnya sudah memuncak, sementara kalau itu tidak ada makanan, maka dalam keadaan seperti ini dia memohon rizki kepada Rabbnya.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
فَسَقَىٰ لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّىٰ إِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ
Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku”. (Qs: Al Qashashas: 24)
Musa Alaihi salam telah mengungkapkan dalam doa ini keadaan dirinya, menampakkan kefakiran dan kebutuhan kepada Rabbnya.
( Tulisan ini diringkas dari buku Fiqih Doa dan Dzikir karya Syaikh Abdurrazaq bin Abdil Muhsin Al- Badr Hafidzohullahu Ta’ala )
Cianjur, Komplek Masjid Al- Bayaan
Senin, 21 Mei 2022/ 21 Syawwal 1443
Fitra Aryasandi, S.Ag