DOA- DOA LENGKAP DARI SUNNAH NABAWIYAH (5)
Kesembilan, dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
اَللَّهُمَّ انْفَعْنِيْ بِمَا عَلَّمْتَنِيْ وَعَلِّمْنِيْ مَا يَنْفَعُنِيْ وَزِدْنِيْ عِلْماً
“Ya Allah, berilah manfaat kepadaku dari apa-apa yang Engkau ajarkan kepadaku, dan ajari aku dari apa-apa yang bermanfaat bagiku, dan tambahilah aku ilmu.” Diriwayatkan At-Tirmidzi dan Ibnu Majah.
Hadits ini mencakup doa lengkap berkaitan dengan ilmu dan apa yang seharusnya menjadi urusan seorang Muslim bersama ilmunya. Ini terdiri dari tiga perkara dalam merealisasikan cita-cita agung dan maksud yang besar.
- Lafadz “Ya Allah, berilah manfaat kepadaku” didalamnya terdapat permintaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar dapat mengambil manfaat apa-apa yang dipelajari berupa ilmu yang berfaidah. Hal ini karena maksud ilmu adalah pengamalan. Seseorang akan ditanya pada hari kiamat tentang ilmunya, apa yang telah dia amalkan dengan ilmunya itu. Barang siapa tidak mengamalkan ilmunya, niscaya ilmunya akan menjadi kebinasaan baginya, kerugian dan penyesalan. Seperti sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam :
وَالقُرْاَنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ
“ Dan Al-Qur’an adalah hujjah (bukti) yang membelamu, atau yang memberatkanmu.”
Ia adalah hujjah (bukti) yang membela pemiliknya jika dia mengamalkannya, dan hujjah yang memberatkannya jika dia menyia-nyiakan pengamalannya.
Terkadang manusia mendapatkan kebahagiaan disebabkan oleh ilmu seseorang dengan kebahagiaan yang tidak dicapai orang berilmu itu sendiri karena orang tersebut mengabaikan pengamalannya. Syaikh Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullahu Ta’ala berkata, “Oleh karena itu diantara doa yang paling bagus adalah ucapan :
اللَّهُمَّ لا تَجْعَلْنِيْ عِبْرَةً لِغَيْرِيْ ، وَلا تَجْعَلْ أَحَداً أَسْعَدَ بِمَا عَلَّمْتَنِيْ مِنِّيْ
“Ya Allah jangan jadikan aku pelajaran bagi selainku, dan jangan jadikan seseorang lebih bahagia dariku dengan apa yang Engkau ajarkan kepadaku.”
Ini adalah doa yang dinukil dari Mutharrif bin Abdullah bin Asy-Syikhiir Rahimahullahu Ta’ala, dikutip darinya oleh Imam Ahmad Rahimahullahu Ta’ala dalam kitabnya Az-Zuhd.
2. Lafadz “Dan ajari aku dari apa-apa yang bermanfaat bagiku” di dalamnya terdapat permintaan kepada Allah Ta’ala agar mengaruniakan kepadanya ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu syariat yang berfaidah bagi mukallaf, tentang apa-apa yang wajib atasnya dan berupa urusan agamanya dalam ibadah maupun mu’amalah, ilmu tentang Allah Subhanahu Wa Ta’ala, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya dan apa yang wajib baginya dari perintah-Nya dan realisasi ketaatan-Nya. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين
“Barang siapa yang Allah menghendaki baginya kebaikan niscaya akan dijadikan dia paham tentang agama.”
3.Lafad “Dan tambahilah aku ilmu” sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala : “Dan katakanlah, ‘Wahai Rabbku, tambahkan padaku ilmu.’” (Thaha: 114)
Ibnu Qayyim Rahimahullahu Ta’ala berkata, “Bagi ilmu terdapat enam fase.
- Bagusnya pertanyaan
- Bagus dalam hal diam dan mendengar
- Bagusnya pemahaman
- Menghafal
- Mengajarkan
- Dan ini merupakan buahnya, yaitu mengamalkannya dan menjaga batasan-batasannya.
Kemudian beliau Rahimahullahu Ta’ala menjelaskan bahwa terhalangnya ilmu adalah lawan dari perkara-perkara tersebut.”
Al-Imam Ahmad Rahimahullahu Ta’ala berkata, “Manusia lebih butuh kepada ilmu daripada kepada makanan dan minuman. Karena makanan dan minuman dibutuhkan dalam sehari satu atau dua kali saja. Sedangkan ilmu dibutuhkan pada setiap waktu.”
(Tulisan ini diringkas dari buku Fiqih Doa dan Dzikir karya Syaikh Abdurrazaq bin Abdil Muhsin Al- Badr Hafidzohullahu Ta’ala)
Cianjur, Komplek Masjid Al- Bayaan
Selasa, 9 Maret 2021 / 25 Rajab 1442 H
Muhamad Adi Firmanto
