asd
Rabu, Juli 24, 2024
spot_img
BerandaFiqih Do'a dan DzikirDZIKIR-DZIKIR BANGUN TIDUR (2)

DZIKIR-DZIKIR BANGUN TIDUR (2)

DZIKIR-DZIKIR BANGUN TIDUR  (2)

Di antara dzikir-dzikir yang disyari’atkan bagi seorang Muslim untuk mengucapkannya ketika bangun tidur, adalah apa yang tercantum dalam Sunan At-Tirmidzi, dari hadits Abu Hurairah dari Nabi ﷺ beliau bersabda:

إِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ: الْحَمْدُ للهِ الَّذِي عَافَانِي فيِ جَسَدِي رَدَّ علَي رُوحِي وَأَذِنَ لِي يَذْكُرْهُ

“Apabila salah seorang kamu bangun, maka hendaklah mengucapkan, ‘Segala puji bagi Allah yang memberi afiat padaku pada jasadku, mengembalikan kepadaku ruhku, dan mengizinkan untukku berdzikir pada-Nya.” (Sunan At-Tirmidzi, No.3401 dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami)

             Do’a ini mengandung pujian kepada Allah atas pemberian afiat pada jasad dan keselamatan dari sakit dan penyakit. Pujian kepada-Nya atas pengembalian ruh kepada hamba sehingga masih memungkinkan baginya menambah ketaatan, memperbanyak ibadah, dan keseriusan terhadap dzikir. Oleh karena itu dikatakan, “Dan Dia mengizinkanku untuk berdzikir.” Yakni, Dia memberiku taufik kepada hal itu dan menolongku di atasnya. Maksud izin di tempat ini adalah izin kauniy qadariy (takdir alamiah). Hal itu karena izin bila disebutkan dalam nash-nash terkadang dimaksudkan adalah izin kauniy qadariy dan terkadang pula dimaksudkan izin syar’iy diiniy (takdir syar’iyah).

             Secara umum, patut bagi seorang Muslim ketika bangun tidur, bersegera berdzikir kepada Allah, berwudhu, dan shalat, agar diberkahi baginya pada harinya itu. Supaya dia melalui harinya dengan semangat, tekad, yang kuat, dan antusias terhadap kebaikan. Juga agar dia selamat dari kemalasan dan keburukan jiwa. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahihmasing-masing, dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah ﷺ bersabda:

يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلَاثَ عُقَدٍ يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ فَإِنْ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ وَإِلَّا أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلَانَ

“Syetan mengikat tengkuk kepala seseorang dari kalian saat dia tidur dengan tiga tali ikatan dan syetan mengikatkannya sedemikian rupa sehingga setiap ikatan diletakkan pada tempatnya lalu (dikatakan) kamu akan melewati malam yang sangat panjang maka tidurlah dengan nyenyak. Jika dia bangun dan mengingat Allah maka lepaslah satu tali ikatan. Jika kemudian dia berwudhu’ maka lepaslah tali yang lainnya dan bila ia mendirikan shalat lepaslah seluruh tali ikatan dan pada pagi harinya ia akan merasakan semangat dan kesegaran yang menenteramkan jiwa. Namun bila dia tidak melakukan seperti itu, maka pagi harinya jiwanya merasa tidak segar dan menjadi malas beraktifitas”.  (Shahih Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukan bahwa syetan mengikat di belakang kepala seseorang ketika tidur sebanyak tiga ikatan. Menempatkan pada setiap ikatan itu, “Bagimu malam yang panjang maka tidurlah,” untuk mencegah dan memperberat manusia serta mematahkan semangat serta tekadnya. Namun bila hamba berdzikir pada Rabbnya niscaya terlepas salah satu dari ikatan-ikatan itu. Kalau dia berdiri dan wudhu maka terlepas ikatan kedua. Jika dia shalat niscaya terlepas darinya semua ikatan dan hilanglah malas darinya, tekadnya menguat, dan jiwanya terasa enak. Pagi harinya dia dalam keadaan semangat, antusias terhadap kebaikan, dan menghadap kepadanya. Hal itu disebabkan dia terlepas dari ikatan-ikatan syetan. Maka menjadi ringan darinya beban-beban kelalaian dan kelupaan serta meraih keberuntungan berupa keridhaan Ar-Rahman.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya dan ini adalah lafazh darinya melalui hadits Uqbah Ibnu Amir dia berkata, aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:

رَجُل مِنْ أُمَّتِي يَقُومُ اللَّيْلَ يُعَالِجُ نَفْسَهُ إِلَى الطَّهُورِ وَعَلَيْهِ عُقَدُهُ فَيَتَوَضَّأُ فَإِذَا وَضَّأَ يَدَيْهِ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ وَإِذَا وَضَّأَ وَجْهَهُ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ وَإِذَا مَسَحَ بِرَأْسِهِ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ وَإِذَا وَضَّأَ رِجْلَيْهِ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لِلَّذِينَ وَرَاءَ الْحِجَابِ: انْظُرُوا إِلَى عَبْدِي هَذَا يُعَالِجُ نَفْسَهُ ليَسْأَلَنِي، مَا سَأَلَنِي عَبْدِي فَهُوَ لَهُ، مَا سَأَلَنِي عَبْدِي فَهُوَ لَهُ

“Seseorang dari umatku bangun di malam hari dengan berusaha melawan dirinya menuju bersuci namun pada dirinya masih terdapat ikatan (syetan). Lalu ia berwudlu, dan ketika ia membasuh kedua tangannya lepaslah satu ikatan. Saat ia membasuh wajahnya lepaslah satu ikatan lagi, dan saat ia membasuh kepalanya, lepaslah satu ikatan lagi. Kemudian saat ia membasuh kakinya maka lepaslah ikatan yang terakhir dan Allah ‘azza wajalla berfirman dari belakang hijab, ‘Lihatlah kepada hamba-Ku ini, ia berusaha melawan dirinya untuk meminta kepada-Ku. Apa yang diminta oleh hamba-Ku, maka hal itu adalah untuknya. Apa yang diminta oleh hamba-Ku, maka hal itu adalah untuknya.” (Al-Musnad, karya Imam Ahmad dan Shahih Ibnu Hibban)

Inilah empat ikatan yang terlepas dari seorang Muslim dengan sebab wudhu. Dengan mencuci kedua tangan maka terlepas satu ikatan, mencuci wajah terlepas satu ikatan, membasuh kepala  terlepas satu ikatan, dan mencuci kedua kaki terlepas satu ikatan. Ia adalah ikatan secara hakikatnya yang dibuat oleh syetan atas manusia untuk menghalanginya dari kebaikan serta mencegahnya dari melaksanakan ketaatan kepada Allah. 

Disebutkan dalam Shahihain dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda:

إذَا استَيقَظَ أَحَدُكُم من مَنَامه فَليَتَوَضَأ وَليَستَنثر ثَلَاثَ مَرَات، فَإنَ الشَيطَانَ يَبيتُ عَلىَ خَيَاشيمه

 “Apabila salah seorang kamu terbangun dari tidurnya, maka hendaklah dia berwudhu dan memasukan air ke hidung lalu mengeluarkannya sebanyak tiga kali, karena syetan bermalam di lubang hidungnya.” (Shahih Bukhari dan Muslim)

Sebagian ahli ilmu menyebutkan, barang siapa dzikir kepada Allah saat akan tidur, dan dia mengucapkan dzikir-dzikir yang disyari’atkan serta permintaan perlindungan yang dinukil dari Nabi , maka dia tidak masuk dalam cakupan hadits-hadits di atas, dan dia selamat dari ikatan-ikatan tersebut. Hal itu karena telah disebutkan pada sebagian dzikir-dzikir tidur, bahwa siapa yang melakukannya niscaya senantiasa baginya dari Allah penjaga, dan dia tidak didekati syetan hingga subuh.

Kemudian barang siapa meneruskan tidurnya dan tetap dalam kemalasannya hingga luput waktu subuh, maka syetan kencing di telinganya, sebagaimana hal itu dikabarkan Rasulullah . Dalam Ash-Shahihain dari hadits Ibnu Mas’ud dia berkata, “Disebutkan kepada Nabi ﷺ tentang seorang laki-laki yang tidur hingga subuh, maka beliau bersabda, ‘Itu adalah laki-laki yang dikencingi syetan di kedua telinganya’ atau beliau mengatakan ‘di telinganya.’” Dia pun bangun pagi sementara ikatan-ikatan masih tetap sebagaimana adanya, ditambah lagi syetan telah kencing di telinganya. Cukuplah bagi orang demikian keadaannya mendapatkan kekecewaan, kerugian, dan keburukan. Disebutkan dari Ibnu Mas’ud beliau berkata, “Cukuplah bagi seseorang berupa kekecewaan dan keburukan adalah dia tidur hingga pagi sementara syetan telah kencing di telinganya. Dia tidak dzikir kepada Allah malamnya itu hingga pagi.

Demikian semoga bermanfaat. Washollallahu ‘ala Muhammad waalihi wasohbihi ajma’in.

Al-Bayaan Cianjur, Ahad 10 Oktober  2021/ 03 Rabi’ul Awwal 1443 H

Penulis: Adep Baehaki

Sumber: Diringkas dari buku Fikih Do’a dan Dzikir jilid 2 karya Syaikh Abdurrazaq bin ‘Abdul Muhsin al-Badr -Hafidzahumallahu-

ARTIKEL TERKAIT

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

PALING POPULER