asd
Rabu, Juli 24, 2024
spot_img
BerandaFiqih Do'a dan DzikirKEUTAMAAN MAJLIS DZIKIR

KEUTAMAAN MAJLIS DZIKIR

KEUTAMAAN MAJLIS DZIKIR

Majlis-majlis dzikir adalah majlis yang sangat suci lagi utama, paling bermanfaat dan tinggi. la adalah majlis yang memiliki kedudukan tertinggi di sisi Allah , dan menempati posisi yang paling agung di sisi-Nya.

 Nash-nash yang disebutkan tentang keutamaan majlis dzikir sangatlah banyak, bahwa ia adalah kehidupan hati, pertumbuhan iman, kebaikan dan kesucian bagi hamba. Berbeda dengan majlis kelalaian, di mana tidaklah seseorang berdiri darinya melainkan disertai kekurangan dalam iman, kelemahan di hati, dan menjadi kerugian dan penyesalan baginya.

Para ulama salaf sangat perhatian terhadap majlis-majlis ini. Mereka memberikan keseriusan yang sangat terhadapnya. Abdullah bin Rawahah misalnya, beliau biasa memegang tangan sahabat-sahabatnya lalu berkata, “Kemarilah, kita beriman sesaat. Marilah kita dzikir kepada Allah dan menambah keimanan dengan ketaatan pada-Nya, semoga Allah mengingat kita dengan ampunan-Nya.”

Adapun Umair bin Habib Al-Khathmiy berkata, “Iman bertambah dan berkurang.” Dikatakan, “Apakah pertambahan dan pengurangannya?”  Dia berkata, “Apabila kita dzikir pada Allah , memuji-Nya, bertasbih pada-Nya, maka itulah pertambahan iman. Jika kita lalai, menyia-nyiakan, dan lupa, maka itulah pengurangannya.” Atsar-atsar dari  mereka tentang masalah ini sangat banyak.  (lihatlah atsar-atsar seperti ini dengan takhrijnya di kitab Ziyadatul Iman Wanuqshaanunu Wahukmul Istitsnaa Fiihi, karya Abdurrazzaq Al-Badr, hal. 106, dạn sesudahnya).

            Sungguh majlis-majlis dzikir adalah taman-taman surga di dunia. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, At-Tirmidzi, dan selain keduanya, dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, sesungguhnya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الجَنَّةِ فَارْتَعُوْا، قَالُوا: ومَا رِيَاضُ الجَنَّةِ ؟ قَالَ : حِلَقُ الذّكْرِ

“Apabila kamu melewati taman surga, maka singgahlah padanya.” Mereka berkata, “Apakah taman surga itu?” Beliau berkata: “halaqah-halaqah dzikir.” (Al-Musnad, 3/150, dan Sunan At-Tirmidzi, No. 3510).

Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Dunya, Al-Hakim, dan selain keduanya, dari hadits Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم keluar menemui kami dan bersabda, “Wahai sekalian manusia, singgahlah di taman surga,” Kami berkata, “Wahai Rasulullah, apakah taman surga itu?” Beliau bersabda, “Majlis-majlis dzikir.” Kemudian beliau bersabda, “Berangkatlah di waktu pagi dan sore serta berdzikirlah. Barang siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah, maka hendaklah dia memperhatikan bagaimana kedudukan Allah di sisinya. Karena Allah menempatkan seorang hamba di sisi-Nya sebagaimana hamba itu menempatkan Allah di sisinya.” (Al-Mustadrak, 1/494) Hadits ini hasan melalui kedua jalur yang disebutkan ini. (Lihatlah Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, No. 2562).

Ibnu Al-Qayyim berkata, “Barang siapa yang ingin tinggal di taman surga di dunia, maka hendaklah ia menetap pada majlis-majlis dzikir, karena sesungguhnya ia adalah taman surga.” (Al-Waabil Ash-Shayyib, hal. 145).

Majlis-majlis dzikir adalah majlis para malaikat. Tidak ada bagi mereka suatu majlis dari majlis-majlis dunia ini kecuali majlis yang disebut Allah di dalamnya. Seperti dalam Ash-Shahihain dari hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu,  dia berkata, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: “sesungguhnya Allah memiliki malaikat-malaikat utama. Mereka berkeliling di jalan-jalan mencari ahli dzikir. Apabila mereka mendapati kaum yang berdzikir kepada Allah, niscaya mereka saling memanggil, ‘Marilah kepada keperluan kamu.’ ‘Mereka meliputinya dengan sayap-sayap mereka hingga ke langit dunia,’ Beliau bersabda, ‘Maka mereka ditanya oleh Rabb mereka sementara Dia lebih tahu tentang mereka.’ ‘Apa yang dikatakan oleh hamba-hambaku?’ Mereka berkata, ‘Mereka bertasbih kepada-Mu, bertakbir kepada-Mu, memuji-Mu, dan mengagungkan-Mu.’ Allah berfirman, ‘Apakah mereka melihatku?’ Mereka berkata, ‘Tidak. demi Allah, mereka belum melihat-Mu.’ Allah berfirman, ‘Bagaimana kalau mereka melihat-Ku?’ Mereka berkata, ‘Kalau mereka melihat-Mu, niscaya mereka semakin hebat ibadahnya kepada-Mu, lebih gigih memuji dan mengagungkan-Mu, dan lebih banyak bertasbih pada-Mu.’ Allah berfirman, ‘Apa yang mereka minta pada- Ku?’ Mereka berkata, ‘Mereka meminta pada-Mu surga.’ Allah berfirman, ‘Apakah mereka telah melihat surga?’ Mereka berkata, ‘Tidak, demi Allah wahai Rabb, mereka belum melihatnya.’ Allah berfirman, ‘Bagaimana kalau mereka melihatnya?’ Mereka berkata, Kalau mereka melihatnya niscaya akan semakin bersungguh-sungguh, semakin semangat untuk mencarinya, dan semakin besar keinginan mereka terhadapnya.’ Allah berfirman, ‘Dari perkara apakah mereka meminta perlindungan?’ Mereka berkata ‘dari neraka.’ Allah berfirman, ‘Apakah mereka telah melihatnya? Mereka berkata, Tidak, demi Allah wahai Rabb, mereka belum melihatnya. Allah berfirman, ‘Bagaimana kalau mereka melihatnya?’ Mereka berkata, ‘Kalau mereka melihatnya niscaya bersungguh-sungguh lari darinya, dan sangat takut terhadapnya.’ Allah berfirman, ‘Aku persaksikan kamu, sungguh aku telah memberi ampunan untuk mereka.’ Maka salah satu malaikat berkata, ‘Di antara mereka terdapat fulan yang bukan termasuk mereka, hanya saja dia datang karena suatu keperluan.’ Allah ta’ala berfirman, ‘Mereka adalah teman-teman duduk, orang yang menjadikan mereka sebagai teman duduk tidak akan sengsara disebabkan oleh mereka.’” (Shahih Al-Bukhari, No. 6408, dan Shahih Muslim, No. 2689).

Jadi, majlis-majlis dzikir adalah majlis para malaikat. Adapun majlis-majlis yang berisi perkataan sia-sia dan kelalaian adalah majlis setan. Begitu pula semua perkara disandarkan kepada bentuknya. Setiap orang akan mengarah kepada apa yang sesuai baginya. Maka hendaklah seorang hamba memilih apa yang paling dia sukai dan lebih patut baginya. Orang yang berdzikir akan menjadikan teman duduknya bahagia. Berbeda dengan orang lalai dan penuh kesia-siaan. Sungguh teman duduknya menjadi sengsara karenanya dan mendapatkan mudharat. (Lihat Al-Waabil Ash-Shayyib karya Ibnu Al-Qayyim, hal. 146-148).

Majlis-majlis dzikir memberi keamanan bagi seorang hamba dari kerugian dan penyesalan di hari kiamat. Berbeda dengan majlis yang berisi kesia-siaan dan kelalaian. Majlis ini mendatangkan bagi pesertanya kerugian dan penyesalan hari kiamat. Abu Daud meriwayatkan melalui sanad hasan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم , beliau bersabda:

مَنْ قَعَدَ مَقْعَدًا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ تَعَالَى فِيْهِ، كَانَت عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تَعَالَى تِرَةٌ وَمَنْ اضْطَجَعَ مُضْطَجَعًا لَا يَذْكُرُ اللهَ فِيْهِ كَانَتْ عَلَيهِ مِنَ اللهِ تِرَةٌ

“Barang siapa duduk di suatu tempat dan tidak berdzikir kepada Allah padanya, maka atasnya tirah dari Allah . Barang siapa yang berbaring sedangkan dia tidak tidak berdzikir kepada Allah pada saat tersebut, niscaya atasnya tirah dari Allah.” (Sunan Abu Daud, No. 4856, dan dinyatakan hasan oleh Al-Albani di kitab As-Silsilah Ash-Shahihah, No. 87). Tirah yakni kekurangan dan beban kerugian.”

Majlis-majlis dzikir menjadi sebab turunnya ketenangan, pelimpahan rahmat, dan kerumunan malaikat untuk orang-orang yang berdzikir. Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya, dari Abu Muslim Al-Agharr dia berkata, Aku bersaksi atas Abu Hurairah dan Abu Said radhillahu ‘anhuma, bahwa keduanya bersaksi atas Rasulullah صلى الله عليه وسلم, sungguh beliau telah bersabda:

لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ فِيْ مَجْلِسٍ يَذْكُرُوْنَ اللهَ فِيْهِ إِلّا حَفَّتْهُمُ المَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَحْمَةُ وَنزَلتْ عَلَيْهِمُ السَّكِنَةُ وَذكَرَهُمُ اللّهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ

“Tidaklah suatu kaum duduk dalam majlis yang mereka dzikir pada Allah di dalamnya, melainkan mereka dikerumuni malaikat, dilimpahi rahmat, dan turun atas mereka ketenangan, serta Allah menyebut-nyebut mereka di antara makhluk yang ada di hadapan-Nya.” ( Shahih Muslim, No. 2700).

Majlis-majlis dzikir merupakan sebab yang paling agung di antara sebab-sebab terjaganya lisan, terpelihara dari ghibah (menceritakan orang lain dengan perkara yang mana dia tidak suka apabila hal tersebut disebutkan), namimah (adu domba), dusta, dan perkataan keji lagi bathil. Sebab setiap hamba tak bisa menghindari untuk berbicara. Apabila tidak berbicara dengan berdzikir pada Allah dan perintah-Nya atau kebaikan dan faidah, maka pasti dia akan berbicara dengan perkara-perkara yang diharamkan ini, atau sebagiannya. Barang siapa yang membiasakan lisannya untuk berdzikir pada Allah, niscaya jadilah lisannya terpelihara dari hal-hal yang bathil lagi sia-sia. Sedangkan orang yang lisannya kering dari dzikir pada Allah , pasti akan mengucapkan semua kebathilan, kesia-siaan, dan hal-hal keji. (Lihat, Al-Waabil Ash-Shayyib, karya Ibnu Al-Qayyim, No. 166)

Majlis dzikir bisa beberapa bentuk: Pertama, duduk bersama-sama, kemudian masing-masing berdzikir dengan pelan. Kedua, duduk bersama-sama untuk membaca dan mempelajari al-Qur’an. Ketiga, majlis ilmu juga termasuk majlis dzikir.

Hanya Allah tempat meminta untuk memakmurkan waktu-waktu kita dalam ketaatan kepada-Nya. Menyibukkan majlis-majlis kita dalam berdzikir, bersyukur, dan memperbaiki peribadatan pada-Nya. Serta melindungi kita dari majlis-majlis kelalaian, kesia-siaan, dan kebathilan. Sungguh Dia sebaik-baik tempat meminta. Dia satu-satunya tempat memohon pertolongan. Tidak ada upaya dan kekuatan kecuali dengan-Nya.

Sumber: Buku Fiqih Do’a dan Dzikir, karya Syeikh Abdurrazzaq Al-Badr

Penulis: Ade Abdurrahman

ARTIKEL TERKAIT

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

PALING POPULER