BEBERAPA ADAB BERDOA ( LANJUTAN)
Sesungguhnya diantara adab doa yang penting dan sebab-sebab penerimaannya yang agung adalah hendaknya doa didahului dengan taubat nasuha hamba kepada Allah dari semua dosa dan kesalahan. Hendaknya mengakui dosa-dosa, tidak mengingkari adanya kekurangan, dan menyesal atas sikap meremehkan pada dirinya. Hal itu karena bertumpuknya dosa-dosa dan berkumpulnya kesalahan-kesalahan merupakan salah satu sebab tidak terkabulnya doa. Ini sebagaimana dikatakan oleh sebagian salaf, “ janganlah engkau merasa lambat dikabulkan sementara engkau telah menutup jalan-jalannya kemaksiatan-kemaksiatan”.
Oleh karena itu, barang siapa ingin Allah mengabulkan doanya dan merealisasikan harapannya, hendaknya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sesungguhnya dari dosa-dosa dan kesalahan-kesalahannya. Allah tidak ada yang besar baginya daripada dosa untuk diampuni. Tidak ada pula kebutuhan diminta kepada-Nya yang terasa besar bagi-Nya untuk memenuhinya.
Para nabi dan rasul Allah Subhana Wata’alaa senantiasa memotivasi dan mendorong umat-umat mereka untuk bertaubat dan memohon ampunan. Mereka menjelaskan pada umat bahwa hal itu termasuk sebab pengabulan doa, turunnya hujan, banyaknya kebaikan, dan menyebarkan berkah pada harta benda serta anak-anak. Allah Subhana Wata’alaa berfirman tentang Nuh ‘alahiwasalam:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (١٠)يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (١١)وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا (١٢)
Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. (Nuh 10-12)
Dan Allah berfirman tentang Hud ‘alahiwasalam ketika berkata kepada kaumnya:
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ (٥٢)
Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.“( hud : 52)
Dan firma-Nya:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (٩٦)
Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
Juga firman-Nya:
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ فَأَخَذْنَاهُمْ بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ (٤٢)فَلَوْلا إِذْ جَاءَهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا وَلَكِنْ قَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (٤٣)
Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri.
Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan syaitanpun Menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.
Taubat kepada Allah dan istighfar merupakan sebab turunnya kebaikan-kebaikan, datangnya keberkahan, dan dikabulkannya doa. Syaikhul islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:” termasuk permusuhan adalah seseorang berdoa kepada Allah tanpa merendahkan diri…”
Padahal merupakan perkara yang maklum, sekiranya dikatakan, “ Ampunilah untukku semua yang aku lakukan,” niscaya akan lebih ringkas. Namun lafazh hadits dalam konteks doa, merendahkan diri, menampakkan penghambaan serta kebutuhan, dengan menghadirkan macam-macam pertaubatan hamba secara rinci, sehingga lebih bagus dan lebih mendalam daripada dipendekan atau diringkas.
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ خَطِيْئَتِيْ وَجَهْلِيْ وَإِسْرَافِيْ فِيْ أَمْرِيْ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ جَدِّيْ وَهَزْلِيْ وَخَطَئِيْ وَعَمْدِيْ وَكُلُّ ذَلِكَ عِنْدِيْ
ALLAAHUMMAGHFIRLII KHOTHIIATII WA JAHLII WA ISROOFANII FII AMRII WA MAA ANTA A’LAMU BIHI MINNII ALLAAHUMMAGHFIRLII JADDII WA HAZLII WA KHOTHO-II WA ‘AMDII WA KULLU DZAALIKA ‘INDII
Ya Allah, ampunilah kesalahanku Kebodohanku, keberlebih-lebihan dalam perkaraku dan apa yang Engkau lebih mengetahui daripadaku Ya Allah, ampunilah diriku dalam kesungguhanku, kelalaianku, kesalahanku, kesengajaanku. Dan semua itu adalah berasal dari sisiku
Ungkapan seperti ini sangat banyak dalam doa-doa yang dinukil dari Nabi Shalallahu ‘alahi wasalam. Setiap kali seorang hamba memperbanyaknya, memanjangkannya, mengulanginya, menampakannya, meragamkan kalimatnya, maka hal itu lebih mendalam dalam peribadatannya, serta menampakan kefakirannya, kerendahannya, dan kebutuhannya. Hal itu juga lebih dekat baginya dengan Rabbnya dan lebih agung balasannya. Diriwayatkan dalam Sunan Abu Daud dan selainnya, dari hadits Sbdullah bin Mas’ud radhiyalllahu ‘anhu,” sesungguhnya Rasulullah Shalallahu ‘alahi wasalam menyukai untuk berdoa tiga kali dan memohon ampunan tiga kali’. Al- ‘Auza’I rahimahullah berkata, “ bisa dikatakan, ‘doa paling utama adalah mengiba kepada Allah dan merendahkan diri’’.
Oleh : Zakuan Muktar BA, M.Ag.
Diringkas dari kitab Fiqih Do’a Dan Dzikir syekh Abdurrazzak hafizhahullah Ta’ala