asd
Rabu, Juli 24, 2024
spot_img
BerandaPenjelasan Asmaul HusnaAl-Qaadir ( Yang Maha Kuasa/Yang Maha Menetukan (Takdir)

Al-Qaadir ( Yang Maha Kuasa/Yang Maha Menetukan (Takdir)

Nama Allah Al-Qaadir ( Yang Maha Kuasa/Yang Maha Menetukan (Takdir)

Pengaruh Malam Lailatul Qadar Dengan Nama Allah Al-Qaadir Pada Bulan Ramadhan

Nama ini disebutkan dalam kitab-Nya al-Qur’an sebanyak 12 kali, diantaranya dalam surat Al-An’am/6:65:

قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ (٦٥)

Katakanlah: ” Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya)”.

Makna Al-Qaadir yang berarti yang memiliki kemampuan yang sempurna. Dia mampu melakukan apa pun yang dia kehendaki, dia tidak dapat dilemahkan oleh apapun. Al-qaadir juga berarti Yang Maha Menetukan (takdir) bagi segala sesuatu.

Diantara pengaruh nama ini  adalah diselematkannya hati manusia dari penyakit-penyakit hati hati seperti iri, dengki, dan yang lainnya lantaran keimanannya kepada Allah bahwa segala perkara dan urusan terjadi karena takdir Allah dan bahwasanya dia yang memberi hamba dan menentukan bagi mereka rizkinya, dia memberi kepada orang yang dia kehendaki.

Seluruh karunia adalah milik-nya dan semua pemberian adalah dari-Nya. Oleh karena itu, ada perkataan tentang orang yang hasad, ‘ sesungguhnya dia adalah musuh bagi nikmat Allah yang ada pada para hamba-Nya.1

Adapun  konsekwensinya beriman dengan  Al-Qaadir adalah permohonan petolongan kepada Allah dan bertawakal kepada-Nya serta permohonan perlindungan dari-Nya akan menjadi kuat pada diri seorang hamba.

Doa ibadah dengan nama ini juga diantaranya mengimani bahwa Allah adalah Yang Maha Menentukan dan membagi-bagi, Dia mengetahui ketentuan segala sesuatu berikut waktunya sebelum terjadi, kemudian Dia menjadikan apa yang telah Dia ketahui akan terjadi. Allah ta’ala telah menuliskan segala ketentuan (takdir) bagi seluruh ciptaan-Nya selama beribu-ribu tahun sebelum mereka diciptakan, bahwa takdir setiap manusia telah ditulis sebelum ia diciptakan adalah keimanan.

Iman kepada takdir menjadikan seseorang muslim, amalan tidak diterima kecuali beriman dengannya sebagaimana disebutkan dalam hadis,  bunuh diri merupakan tanda buruknya beriman kepada  takdir, begitu juga membunuh orang lain untuk merubah takdir, dengan mendatangkan dukun atau penyihir menjadikan sesorang kehilangan imannya atau dengan penyimpangan syariat yang llainny.

 fo’a dan merendah dihadapannya dapat merubah takdir, dan semua takdir memiliki mashlahat dan hikmah.2

Terutama pada bulan Ramadhan merupakan bulan yang terbaik yang paling mulia yang ditakdirkan Allah, didalamnya ada penentuan takdir bagi hamba-hamba-Nya dalam satu tahun yaitu malam Lailatul Qadar. Maka tentunya ini kesempatan untuk mendapatkan takdir yang baik dengan memperbanyak do’a pada bulan yang mulia ini terutama malam lailatul qadar. Dan waktu-waktu yang lainnya. 

Doa mas’alah permintaan yang berkaitan dengan nama ini yaitu dalam doa istikharah,

Allahumma inni astakhiruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, …, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, … faqdur lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. …, waqdur liil khoiro haitsu kaana tsumma rodh-dhinii bih.

 Ya Allah, sesungguhnya aku beristikhoroh pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, …Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu melakukannya. … maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku.…, takdirkanlah yang terbaik bagiku di mana pun itu sehingga aku pun ridho dengannya.

Dan do’a bagian tubuh yang sakit. Adapun doa dengan disebutkan nama ini tidak disebutkan dalam doa yang ma’tsur, namun secara umum digunakan hamba dalam do’anya disyariatkan.

Penyusun: Dzakwan Mukhtar B.A.

Sumber   :1. Fiqih Asma’ul Husana hal. 367.

                2. the miracle of  Asmaul Husna hal.153.    

ARTIKEL TERKAIT

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

PALING POPULER