asd
Kamis, Juli 25, 2024
spot_img
BerandaFiqih Do'a dan DzikirFaidah Dzikir (bagian 1)

Faidah Dzikir (bagian 1)

Faidah Dzikir (bagian 1)

Sebagaiman telah diketahui bahwa dzikir merupakan ibadah yang agung dan merupakan cara terbaik seorang mendekatkan diri kepada Allah, hal ini karena  dzikir memiliki banyak faidah, diantaranya:

  • Melindungi diri dari setan. Allah ta’ala berfirman:

وَمَن يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمَٰنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ

“Barang siapa lalai berdzikir kepada Ar-Rahman, kami kuasakan atasnya setan, dan menjadi pendamping baginya.” (az-Zukhruf: 36)

Seseorang tak mampu melindungi dirinya dari setan kecuali dengan dzikir kepada Allah, Sungguh ini faidah yang agung.

  • Dizkir merupakan sebab datangnya rasa tenang, gembira, dan kenyamanan pada hati orang yang berdzikir. Allah ta’ala berfirman:

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan sebab dzikir pada Allah. Ketahuilah, dengan sebab berdzikir pada Allah, hati menjadi tenteram.” (Ar-Ra’du: 28)

Dzikir mampu menghilangkan kerasnya hati dan kegalauan, lalu menggantinya dengan rasa nyaman, bahagia, dan tenang. Bahkan dzikir memberikan kehidupan yang hakiki bagi hati, ia adalah makanan bagi hati dan ruh. Apabila hamba kehilangan dzikir, jadilah seperti jasad yang tidak menemukan makanan. Tak ada kehidupan bagi hati kecuali dengan dzikir kepada Allah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Dzikir bagi hati seperti air bagi ikan. Bagaimana keadaan ikan apabila berpisah dengan air.”

  • Ketika seorang hamba berdzikir menyebut nama Allah maka Allah juga akan menyebut nama hamba-Nya. Allah ta’ala berfirman:

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ

“Dzikirlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku akan menyebut kamu.” (Al-Baqarah: 152)

Dalam Ash-Shahihain, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu beliau berkata, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda yang diriwayatkan dari Rabbnya tabaraka wata’ala:

فإنْ ذَكَرَنِي في نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ في نَفْسِي، وإنْ ذَكَرَنِي في مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ في مَلَإٍ خَيْرٍ منهمْ

“Barang siapa dzikir padaku dalam dirinya, maka Aku menyebutnya pada diri-Ku, dan barang siapa dzikir pada-Ku ditengah khalayak ramai, maka Aku akan menyebutnya ditengah khalayak yang lebih baik dari mereka. (Shahih Al-Bukgari, No. 7405, dan Shahih Muslim, No. 2675).

  • Diantara faidah dzikir, bahwa ia dapat menggugurkan kesalahan dan meluluhkannya seraya menyelamatkan orang yang berdzikir dari azab Allah ta’ala. Dalam Al-Musnad dari Mu’adz bin Jabal radhiallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

  أنجى له من العذابِ من ذِكْرِ اللهِ تعالى آدميٌّ ما عمل عملًا

“Tidaklah seorang manusia mengamalkan suatu amalan yang lebih menyelamatkan dari adzab Allah daripada dzikir pada Allah ta’ala. (Al-Musnad, 5/239. Hadits ini dinyatakan Shahih oleh al-Allamah al-Albani dalam shahih al-Jami’, No. 5644).

  • Diantara faidah dzikir, bahwa orang yang berdzikir mendapatkan karunia, pahala dan keutamaan yang tidak didapatkan dari amalan-amalan yang lain. Padahal dzikir adalah ibadah yang paling mudah. Karena gerakan lisan lebih ringan dan mudah daripada gerakan anggota badan lain. Apabila salah satu anggota badan manusia bergerak dalam satu hari sebanyak gerakan lisannya, niscaya akan sangat berat baginya, bahkan dia tidak mungkin melakukan hal itu. Meski demikian, pahala yang didapatkan sangatlah agung dan pahalanya sangat besar.

Dalam Ash-Shahihain dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, sesungguhnya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

مَن قالَ: لا إلَهَ إلَّا اللَّهُ، وحْدَهُ لا شَرِيكَ له، له المُلْكُ وله الحَمْدُ، وهو علَى كُلِّ شيءٍ قَدِيرٌ، في يَومٍ مِئَةَ مَرَّةٍ، كانَتْ له عَدْلَ عَشْرِ رِقابٍ، وكُتِبَتْ له مِئَةُ حَسَنَةٍ، ومُحِيَتْ عنْه مِئَةُ سَيِّئَةٍ، وكانَتْ له حِرْزًا مِنَ الشَّيْطانِ يَومَهُ ذلكَ حتَّى يُمْسِيَ، ولَمْ يَأْتِ أحَدٌ بأَفْضَلَ ممَّا جاءَ به، إلَّا أحَدٌ عَمِلَ أكْثَرَ مِن ذلكَ

“Barang siapa mengucapkan, ‘laa ilaah illallah, wahdahu laa syarika lahu, lahul mulku walahul hamdu,  wahuwa ‘ala kulli syai’in qadiir’ (tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah semata, tidak ada sekutu baginya, milik-Nya segala kerajaan dan miliknya segala pujian, dan Dia berkuasa atas segala sesuatu), sebanyak seratus kali dalam satu hari, maka orang itu mendapatkan pahala sebanding dengan orang yang memerdekakan sepuluh budak, ditulis untuknya seratus kebaikan, dihapus darinya seratus keburukan, dan dia dilindungi dari setan pada hari itu hingga sore hari. Tidak ada seseorang yang mendatangkan sesuatu yang lebih utama dari apa yang dikerjakannya kecuali seseorang mengerjakan lebih banyak darinya”. (Shahih Al-Bukhari, No. 3293 dan 6403, dan Muslim, No. 2691).

Masih dalam Ash-Shahihain dari Nabi صلى الله عليه وسلم beliau bersabda:

 مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ

“ barang siapa mengucapkan ‘subhanallahu wa bihamdih’ (Maha Suci Allah dan dengan Memujinya) dalam satu hari sebanyak saratus kali, digugurkan darinya kesalahan-kesalahannya, meskipun seperti lautan.” (Shahih Al-Bukhari, No. 6405, dan Shahih Muslim, No. 2691).

Diringkas dari buku Fiqih Do’a dan Dzikir, karya: Syeikh Abdurrazzaq Al-Badr –hafizhahullah

Penulis: Ade Abdurrahman

ARTIKEL TERKAIT

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

PALING POPULER