KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU
Tidak ada suatu keraguan, menyibukan diri menuntut ilmu dan meraihnya, mengetahui halal dan haram, mempelajari Al-Qur’an yang mulia dan merenungkannya, mengetahui sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan sejarah hidupnya serta berita-beritanya, adalah sebaik-baik dan seutama-utama dzikir. Majlisnya merupakan sebaik-baik majlis. Ia lebih utama daripada majlis dzikir pada Allah dengan mengucapkan tasbih, tahmid dan takbir. Sebab majlis ilmu berkisar antara fardhu ‘ain atau fardhu kifayah. Sedangkan dzikir yang umum adalah tathowwu’ (amalan sunat) semata. Oleh karena itu, telah disebutkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tentang penguatamaan ilmu dan pengwdepanan ibadah, dan pengesepanan ahli ilmu atas ahli ibadah, beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
فَضْلَ الْعَالِمِ على الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ على سَائِرِ الْكَوَاكِبِ
“Keutamaan ahli ilmu atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan pada malam purnama atas semua planet.” ( HR. Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan selain mereka dari hadis Abu Darda. Dinyatakan shohih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’, No.6297.)
Hadis ini telah mencakup permisalan yang unik, dari sela-sela permisalan itu tampak jelas perbedaan ahli ilmu dengan ahli ibadah, dimana beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menyerupakan ahli ilmu seperti bulan purnama, yakni malam kelima belas, yang mana saat itu adalah puncak kesempurnaan cahayanya. Sedangkan ahli ibadah diserupakan dengan planet-planet. Pada perumpamaan ini terdapat rahasia yang sangat unik seperti disitir oleh para ahli ilmu.
Al-Imam Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Rahasia dalam hal itu –wallahu a’lam- bahwa cahaya planet-planet tidak melampaui dirinya, sementara bulan pada malam purnama, terbit atas penduduk bumi seluruhnya, cahayanya meliputi mereka, sehingga mereka menjadikan cahanya sebagai alat penerang, dan menjadikannya sebagai petunjuk dalam perjalanan. Hanya saja Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan, ‘atas semua planet,’ dan tidak dikatakan, ‘atas semua bintang,’ karena planet adalah sesuatu yang bergerak namun tidak dijadikan petunjuk. Ia sama seperti kedudukan ahli ibadah yang manfaatnya terbatas pada dirinya sendiri.” (Syarh Hadits Abu Dzar fii Tahalabil Ilmi, hal.33.)
Lalu disebutkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari hadits Sa’ad bin Abi Waqqash radhiallahu ‘anhu, beliau berkata:
فضل العلم أحب إلي من فضل العبادة، وخير دينكم الورع
“Keuatamaan ilmu lebih aku sukai daripada keutamaan ibadah. Sebaik-baik agama kamu adalah wara’.” (Al-Mustadrak, 1/92, dan diriwayatkan pula oleh Al-Bazaar, 7/No.2969, dari hadis Hudzaifah bin Al-Yaman, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’, No.4214.
Diantara perkara yang menunjukan keutamaan ilmu atas seluruh amalan sunnah serta perkara-perkara disukai yang terdapat dzikir di dalamnya, bahwa ilmu mengumpulkan semua keutamaan amal-amal yang terpencar. Telah diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal radhiallahu ‘anhu, sesungguhnya dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “ Pelajarilah ilmu, sebab belajar ilmu adalah khosyyah (rasa takut), menuntutnya ibadah, mengulangnya kembali adalah tasbih, menelitinya adalah jihad, mengajarkannya kepada yang tidak tahu adalah sedekah, dan mengeluarkannya kepada ahlinya adalah pendekatan kepada Allah. Sebab ia adalah rambu-rambu halal dan haram dan penerang jalan penghuni surga. Ia pendamping setia saat risau, kawan dalam keterasingan, teman ngobrol ketika sendirian, petunjuk tentang perkara menyenangkan dan menyusahkan, senjata menghadapi musuh dan hiasan di waktu tak berdandan. Allah mengangkat dengan sebabnya beberapa kaum dan menjadikan mereka dalam kebaikan sebagai panutan dan pemimpin. Jejak-jejak mereka ditelusuri, perbuatan mereka diteladani, dan pendapat mereka dijadikan pegangan. Para Malaikat sangat ingin menjadi kawan karib bagi mereka serta menyentuh mereka dengan sayap-sayapnya. Memohonkan untuk mereka semua yang basah maupun kering, ikan-ikan di laut dan makhluk-makhluk laut lainnya, dan binatang-binatang buas di daratan serta heawn-hewan ternaknya. Ilmu dalah kehidupan hati dalam kebodohan dan pelita-pelita pandangan dalam kegelapan. Dengan sebab ilmu, seseorang mencapai tempat-tempat manusia-manusia terbaik dan derajat-derajat yang tinggi di dunia maupun akhirat.
Memikirkan ilmu setara dengan puasa. Mempelajarinya setara dengan shalat. Atas dasar ilmu, hubungan kekeluargaan dieratkan, dan ketahui halal dan haram. Ilmu adalah imam (pemimpin) bagi amal. Adapun amal hanya mengikuti ilmu. Ia akan diilhamkan kepada mereka yang berbahagia dan dicegah dari mereka yang sengsara.” Riwayat ini dikutif Ibnu Abdil Barr dalam kitabnya Jaami’ Bayaan Al-Ilmi wa Fadhlihi, lalu beliau berkata, “Ini adalah hadits yang sangat sangat, akan tetapi tidak memiliki sanad yang kuat.” (Jaami’ Bayaan Al-Ilmi, 1/65.
Telah disebutkan dari shalafushalih atsar-atsar yang sangat banyak tentang keutamaan menuntut ilmu, diantaranya:
Ats-Tsauri rahimahullah berkata, “Tidak ada sesuatu dimaksudkan untuk Allah yang lebih utama daripada menuntut ilmu. Tidak ada ilmu dituntut dalam suatu masa yang lebih utama daripada hari ini.”
Imam Asy-Syafi’I rahimahullah berkata, “Menuntut ilmu lebuh utama daripada shalat sunat.
Imam Ahmad rahimahullah ditanya,”Mana yang lebih engkau sukai, aku shalat sunat di malam hari, atau aku duduk menyalin ilmu?” Beliau berkata, “Jika engkau menyalin apa yang engkau ketahui dari urusan agamamu, maka iu lebih aku sukai.” Beliau berkata, “Ilmu tidak ada sesuatu yang menandinginya.”
Demikian semoga bermanfaat. Washollallahu ‘ala Muhammad waalihi wasohbihi ajma’in.
Al-Bayaan Cianjur, Ahad 26 Juli 2020/ 05 Dzulhijjah 1441 H
Penulis: Adep Baehaki
Sumber : Diringkas dari buku Fikih Do’a dan Dzikir karya Syaikh Abdurrazaq Bin ‘Abdul Muhsin Al-Badr -Hafidzahumallahu-