asd
Rabu, Juli 24, 2024
spot_img
BerandaFiqih Do'a dan DzikirDZIKIR-DZIKIR PADA WAKTU PAGI (1)

DZIKIR-DZIKIR PADA WAKTU PAGI (1)

DZIKIR-DZIKIR PADA WAKTU PAGI (1)

Di antara dzikir agung yang biasa diucapkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada waktu pagi adalah apa yang diriwayatkan Imam Ahmad, dari Abdurrahman bin Abza radhiallahu ‘anhu, dia berkata, “Biasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apabila pagi hari mengucapkan:

أَصْبَحْنَا عَلى فِطْرَةِ الْإِسْلَامِ، وَكَلِمَةِ الْإِخْلَاصِ، وَعَلى دِيْنِ نَبِيِّنًا مُحَمَّدٍ صلّى الله عليه وسلم، وَعَلَى مِلَّةِ أَبِيْنَا إِبْرَاهِيْمَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

“Kita berada di waktu pagi di atas fitrah Islam, dan kalimat ikhlas, dan di atas agama nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan di atas millah bapak kita Ibrahim yang hanif lagi Muslim, dan tidaklah dia termasuk orang-orang musyrik.” (Sanadnya Shahih, Musnad Ahmad, 15360)

Alangkah indahnya jika seorang Muslim mengawali harinya dengan kalimat-kalimat agung ini, yang mencakup pembaharuan iman, pernyataan tauhid, pengukuhan komitmen terhadap agama Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mengikuti millah Ibrahim Al-Khalil ‘alaihissalam yang lurus dan penuh kemudahan, dan jauh dari kesyirikan yang kecil maupun besar. la adalah kalimat iman dan tauhid, kejujuran dan ikhlas, ketundukan dan kerendahan, serta pengikutan dan kepatuhan. Maka patut bagi siapa yang kontinyu mengucapkannya untuk mencermati kandungannya yang agung dan makna-maknanya yang mulia.

Lafazh, “Kami berada di waktu pagi di atas fitrah Islam,” yakni; Allah telah menganugerahkan kepada kita waktu pagi sementara kita berada di atas fitrah Islam seraya berpegang teguh padanya, komitmen di atasnya, tidak merubah dan tidak mengganti.

Lafazh, “Fitrah Islam,” yakni: agama Islam yang Allah memfitrahkan manusia di atasnya, yaitu hendaknya seseorang menegakkan wajahnya kepada agama Allah yang lurus, menghadap dengan hati, yang lahir maupun batin, seperti firman Allah maksud, dan badan, kepada komitmen dengan syariat-syariat agama yang lahir maupun yang batin, sebagaimana Allah ta’ala berfirman:

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

Tegakkan wajahmu kepada agama yang lurus, fitrah Allah yang Dia fitrahkan manusia di atasnya. Tidak ada penggantian bagi ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Ar-Rum: 30)

Ibnu Katsir berkata tentang makna ayat, “Allah ta’ala berfirman, Luruskan wajahmu dan teruslah di atas agama yang disyariatkan Allah padamu, berupa hanifnya agama Ibrahim yang Allah tunjuki engkau kepadanya, disempurnakannya untukmu sampai pada puncak kesempurnaan, dan engkau di samping itu komitmen dengan fitrahmu yang selamat, yang ciptakan difitrahkan di atasnya, karena Dia subahanahu wa ta’ala memfitrahkan ciptaan-Nya di atas pengetahuan dan tauhid kepada-Nya, bahwa tidak ada sembahan yang haq selain Dia.”  Demikian pernyataan beliau. (Tafsir Ibnu Katsir)

Inilah asal pada semua manusia. Barang siapa keluar dari asal ini niscaya disebabkan faktor yang datang kemudian menimpa fitrahnya, sehingga merusaknya. Seperti dalam hadits lyadh Al-Mujasyi’i  radhallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, yang beliau riwayatkan dari Rabbnya, bahwa Dia berfirman:

وَإِنِّـي خَلَقْتُ عِبَادِيْ حُنَفَاءُ كُلَّهُمْ وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمُ الشَّيَاطِيْنُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِيْنِهِمْ

“Sungguh Aku menciptakan hamba-hambaKu dalam keadaan hanif semuanya. Namun sungguh mereka didatangi setan-setan lalu menyelewengkan mereka dari agama mereka.” (Shahih Muslim, No. 2865)

Lafazh, “Kalimat ikhlas,” yakni, kami berada di waktu shubuh di atas kalimat ikhlas, dan ia adalah kalimat tauhid laa ilaaha illallah. Itulah kalimat besar dan agung yang merupakan kalimat paling utama secara mutlak. Bahkan ia adalah puncak agama, asasnya, dan inti urusannya. Karenanya diciptakan ciptaan, diutus para rasul, diturunkan kitab-kitab, dan dengannya manusia terpisah kepada Mukmin dan kafir. Ia adalah inti dakwah para utusan dan intisari risalah mereka. Ia adalah nikmat Allah yang paling besar atas hamba-hambaNya. Sehubungan dengan ini, Sufyan bin Uyainah tu berkata, “Tidaklah Allah memberikan kepada seorang hamba di antara hamba-hambaNya yang lebih besar daripada diperkenalkan kepada mereka laa ilaahaberupa nikmat illallah.” (Disebutkan Ibnu Rajab dalam kalimatul Ikhlas, hal. 53)

Kalimat laa ilaaha illallah adalah kalimat ikhlas dan tauhid serta pencampakan syirik dan berlepas darinya maupun ahlinya. Allah itu berfirman:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِّمَّا تَعْبُدُونَ إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu.” (Az-Zukhruf: 26-28)

Lafazh, “Di atas agama nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yakni; kita memasuki waktu pagi di atas agama yang agung itu, yang Allah itu meridhai-Nya untuk hamba-hamba-Nya sebagai agama, dan diutus karenanya nabi-Nya yang mulia, Muhammad . Allah berfirman tentangnya:

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ

 “Sesungguhnya agama di sisi Allah adalah Islam.” (Ali Imran: 19), dan firman-Nya:

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Barang siapa mencari agama selain Islam maka tidak diterima darinya dan dia di akhirat termasuk orang-orang merugi.” (Ali Imran: 85)

Inilah ia agama Nabi yang mulia Muhammad, la adalah penyerahan total kepada Allah dengan tauhid, ketundukan pada Nya dengan ketaatan, berlepas dari syirik dan para pelakunya. Sungguh nikmat Allah atas hamba-Nya sangatlah besar dengan menjadikan seseorang pada waktu pagi di atas agama ini dan di atas jalan lurus, jalan orang-orang yang Allah beri nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.

Lafazh, “Dan di atas millah bapak kami Ibrahim yang hanif danMuslim dan tidaklah dia termasuk orang-orang musyrik.” yakni, aku memasuki waktu pagi di atas millah yang penuh berkah ini, millah Ibrahim Khalil Ar-Rahman, ia adalah hanifiyah as-samhah, berpegang kepada Islam, dan jauh dari syirik. Oleh karena itu dikatakan, Hanif dan Muslim dan tidaklah dia termasuk orang-orang musyrik. la adalah millah yang mengandung berkah. Tidak ada yang meninggalkannya atau membencinya kecuali orang yang jiwanya telah dikuasai kebodohan dan kedunguan.

وَمَن يَرْغَبُ عَن مِّلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلَّا مَن سَفِهَ نَفْسَهُ

“Dan orang yang membenci agama Ibrahim, hanyalah orang yang memperbodoh dirinya sendiri” (Al-Baqarah: 130)

Allah subhanahu wata’ala telah memerintahkan nabi-Nya untuk mengikuti millah ini dan memberinya petunjuk kepadanya. Seperti firman Allah

قُلْ إِنَّنِي هَدَانِي رَبِّي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ دِينًا قِيَمًا مِّلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا ۚ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

 “Katakanlah, sesungguhnya aku diberi petunjuk oleh Rabbku kepada jalan yang lurus, sebagai agama yang lurus, millah Ibrahim yang hanif, dan tidaklah dia termasuk orang-orang musyrik.” (Al- An’am: 161).

Apabila seorang hamba memasuki waktu pagi dan dia berada di atas millah berkah dan hanif ini, maka dia memasuki waktu dalam kebaikan yang agung dan karunia yang besar. Alangkah indah dan mulia bila seorang Muslim mengawali harinya dengan kalimat-kalimat yang penuh berkah ini.

Sumber: Buku Fiqih Do’a dan Dzikir karya Syaikh Abdurrazzaq al-Badr –hafizhahullah-

Oleh: Ade Abdurrahman

ARTIKEL TERKAIT

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

PALING POPULER