Kamis, November 28, 2024
spot_img
BerandaFiqih Do'a dan DzikirDoa Penutup Majelis

Doa Penutup Majelis

Doa penutup majelis

Diantara kewajiban seorang muslim adalah menjaga majelis tempat mereka berkumpul dan berdiskusi dari hal-hal yang melalaikan. Sebisa mungkin ia memenuhi majelisnya dengan hal-hal yang mendatangkan manfaat bagi dunia dan akhiratnya. Dan setiap orang akan dihisab atas apa yang dia ucapkan dalam majelisnya tersebut. Allah Ta’ala berfirman

مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (QS. Qof: 18)

Seorang muslim hendaknya berusaha sekuat tenaga untuk mengisi majelisnya dengan berdzikir kepada Allah. Orang yang bermajelis tanpa mengingat Allah pasti banyak terjatuh dalam kelalaian dan maksiat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan orang-orang yang bermajelis tanpa mengingat Allah bagaikan bangkai keledai yang mengeluarkan bau busuk dan tidak enak dipandang.

وَعَنْ أَبي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : (( مَا مِنْ قَوْمٍ يَقُومُونَ مِنْ مَجْلِسٍ لاَ يَذْكُرُونَ الله تَعَالَى فِيهِ ، إِلاَّ قَامُوا عَنْ مِثْل جِيفَةِ حِمَارٍ ، وَكَانَ لَهُمْ حَسْرَةٌ ))

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah suatu kaum yang bangun (berdiri) dari satu majelis yang mereka tidak menyebutkan nama Allah padanya, kecuali mereka bangun seperti bangunnya bangkai keledai, dan bagi mereka penyesalan.” (HR. Abu Daud)

Maka dari itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan untuk berdzikir ketika mengakhiri majelis dengan memuji dan mensucikan Allah, serta memohon ampunan atas dosa-dosanya sehingga bisa menjadi kaffarat atau penebus atas kelalaiannya dalam berdzikir di dalam majelis.

Doa Pertama

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan untuk membaca doa ini tatkala seseorang mengakhiri majelisnya.

وعن أَبي هريرة – رضي الله عنه – ، قَالَ : قَالَ رسول الله – صلى الله عليه وسلم – : (( مَنْ جَلَسَ في مَجْلِسٍ ، فَكَثُرَ فِيهِ لَغَطُهُ فَقَالَ قَبْلَ أنْ يَقُومَ مِنْ مَجْلِسِهِ ذَلِكَ : سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ ، أشْهَدُ أنْ لا إلهَ إِلاَّ أنْتَ ، أسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إلَيْكَ ، إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا كَانَ في مَجْلِسِهِ ذَلِكَ )).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang duduk di suatu majelis lalu banyak senda guraunya (kalimat yang tidak bermanfaat), maka sebelum ia bangun dari majelisnya itu, hendaklah ia mengucapkan,

[Subhaanakallohumma wa bihamdika, asyhadu alla ilaha illa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaik]

Mahasuci Engkau, wahai Allah, dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau. Aku meminta ampun kepada-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu

Kecuali diampuni baginya dosa-dosa selama di majelisnya itu.” (HR. Tirmidzi).

Demikian pula yang diriwayatkan dari Abu Barzah Al-Aslami, beliau berkata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam saat hendak berdiri (meninggalkan) majelis berdoa:

[Subhaanakallohumma wa bihamdika, asyhadu alla ilaha illa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaik]

“Mahasuci Engkau Ya Allah dan segala puji bagi-Mu, Aku bersaksi tiada tuhan (yang berhak diibadahi) kecuali Engkau, aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu”. (HR. Abu Dawud)

Ummul mu’minin ‘Aisyah Radhiallahu ‘anha suatu ketika pernah menanyakan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai bacaan penutup majelisnya. Ia berkata, “Tidaklah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk di majelis, dan tidak pula sholat kecuali menutupnya dengan suatu ucapan.”

Maka ‘Aisyah bertanya tentang ucapan tersebut, kemudian Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda, “Barang siapa yang berkata baik akan ditutup dengan stempel kebaikan hingga hari kiamat, dan siapa yang berkata selain dari itu (keburukan) maka yang menjadi penghapus dosanya adalah ucapan:

[Subhaanakallohumma wa bihamdika, asyhadu alla ilaha illa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaik]

Mahasuci Engkau Ya Allah dan segala puji bagi-Mu, Aku bersaksi tiada tuhan (yang berhak diibadahi) kecuali Engkau, aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu” (HR. An-Nasa’i).

Sebagian ulama menyatakan bahwasanya doa penutup majelis ini adalah tafsiran dari firman Allah

وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ حِينَ تَقُومُ

Dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri. (QS. Ath-Thur: 48)

Ibnu Abdil Barr menyatakan dalam kitabnya Bahjatul Majalis, diriwayatkan dari para ahli ilmu tentang tafsiran dari ayat diatas diantarnya Mujahid, Abul Ahwash, Yahya Bin Ja’dah, mereka mengatakan barang siapa membaca Doa Penutup Majelis maka mereka akan diampuni.

Atho mengatakan, apabila dalam majelismu ada kebaikan maka Doa Penutup Majelis akan menambah kebaikannya, dan apabila dalam majelis ada keburukan maka doa penutup majelis adalah kaffarah atau penebusnya.

Doa kedua

Doa lainnya yang sering dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menutup majelisnya adalah doa yang diriwayatkan oleh tirmidzi dan yang lainnya.

وعن ابن عمر رضي الله عنهما ، قَالَ : قَلَّمَا كَانَ رسول الله – صلى الله عليه وسلم – يَقُومُ مِنْ مَجْلِسٍ حَتَّى يَدْعُوَ بِهؤلاء الدَّعَواتِ : (( اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَحُولُ بِهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ ، وَمِنَ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا ، اللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بأسْمَاعِنا ، وَأَبْصَارِنَا ، وقُوَّتِنَا مَا أحْيَيْتَنَا ، وَاجْعَلْهُ الوارثَ مِنَّا ، وَاجْعَلْ ثَأرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا ، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا ، وَلاَ تَجْعَلْ مُصيبَتَنَا فِي دِينِنَا ، وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا ، وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا ، وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا ))

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata“Jarang sekali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri dari suatu majelis sampai beliau berdoa dengan doa-doa ini,

[‘Allohummaqsim lanaa min khosy-yatika maa tahuulu bihi baynanaa wa bayna ma’aashik, wa min thoo’atika maa tuballighunaa bihi jannatak, wa minal yaqiini maa tuhawwinu ‘alaynaa mashoo-ibad dunyaa. Allohumma matti’na bi asmaa’inaa wa ab-shorinaa, wa quwwatinaa maa ahyaytanaa, waj’alhul waaritsa minnaa, waj’al tsa’ronaa ‘ala man zholamanaa, wan-shurnaa ‘alaa man ‘aadaanaaa, wa laa taj’al mushibatanaa fii diininaa wa laa taj’alid dunyaa akbaro hamminaa, wa laa mab-lagho ‘ilminaa, wa laa tusallith ‘alaynaa mallaa yarhamunaa’]

Ya Allah, berikanlah kepada kami rasa takut kepada-Mu sebagai penghalang untuk bermaksiat kepada-Mu, ketaatan kami kepada-Mu sebagai jalan yang menyampaikan kami ke surga-Mu, dan keyakinan kami kepada-Mu sebagai penenang bagi kami atas musibah dunia yang menimpa. Ya Allah, berikanlah kenikmatan pada pendengaran kami, penglihatan kami, dan kekuatan pada kami selama Engkau memberikan kehidupan bagi kami, dan jadikanlah kenikmatan tersebut terus-menerus bagi kami. Balaskanlah dendam kami terhadap orang-orang yang telah menzalimi kami, menangkanlah kami atas orang-orang yang memusuhi kami, janganlah Engkau menjadikan musibah pada kami menimpa agama kami, dan janganlah Engkau menjadikan dunia sebagai cita-cita terbesar bagi kami, tidak menjadi tujuan ilmu kami, dan janganlah Engkau memberikan kekuasaan atas kami kepada orang yang tidak menyayangi kami.” (HR. Tirmidzi)

Diawal doa ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengajarkan untuk meminta rasa takut kepada Allah yang disebakan oleh pengenalan dan pengagungan kepada-Nya, yang bisa menjadi penghalang dari tergelincir kepada dosa dan maksiat. Allah ta’ala berfirman

إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَٰٓؤُا۟

Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.

Sumber : Fikih doa dan Dzikir – Syaikh Abdurrozzaq bin Abdil Muhsin

rumaysho.com

Cianjur, 18 November 2021

Oleh : Muhammad

ARTIKEL TERKAIT

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

PALING POPULER