BERDOA KEPADA ORANG SHALEH MERUPAKAN TAWASSUL YANG TIDAK DIBENARKAN
Mencintai orang shaleh atau wali secara berlebihan, terkadang membawa kepada pengagungan dengan cara yang tidak dibenarkan oleh syariat. Diantara pengagungan yang tidak dibenarkan tersebut seperti beristighotsah kepada mereka atau berdoa kepada mereka. Padahal yang wajib bagi seorang muslim adalah mengagungkan orang sholeh sebagaimana mestinya tanpa disertai sikap berlebih-lebihan. Karena sikap berlebih-lebihan terhadap orang-orang shaleh merupakan akar kesyirikan pada zaman dahulu dan zaman sekarang. Kemudia syaithan pun menampakkan seolah perbuatan seperti itu merupakan bentuk kecintaan dan pengagungan terhadap orang shaleh.
Disebutkan dalam riwayat yang shahih, bahwa shahabat Ibnu Abbas RadhiyAllahu ‘anhu menafsirkan firman Allah Ta’ala,
وقالوا لا تذرن آلهتكم ولا تذرن ودا ولا سواعا ولا يغوث ويعوق ونسرا
“Dan mereka (kaum Nabi Nuh) berkata, ’Janganlah sekali-kali kalian meninggalkan (peribadahan kepada) Tuhan-tuhan kalian, dan janganlah sekali-kali kalian meninggalkan (peribadahan kepada) Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr.’” (QS. Nuh: 23)
Ibnu Abbas RadhiyAllahu ‘anhu berkata, “Ini adalah nama-nama orang shalih dari kaum Nabi Nuh. Dikala mereka meninggal, setan membisikkan kepada generasi penerus mereka, “Pancangkanlah patung-patung di tempat-tempat mereka berkumpul, dan namailah patung-patung tersebut dengan nama-nama mereka. Maka merekapun menuruti bisikan tersebut. Awal mulanya, patung tersebut tidak disembah. Akan tetapi ketika mereka (orang-orang yang membuat patung tersebut) telah meninggal, dan ilmu agama telah dilalaikan orang, maka patung tersebut mulai disembah.”
Demikianlah makar setan terhadap mereka dengan menghembuskan api perselisihan di antara mereka sehingga mereka meninggalkan ajaran rasul, memperdayakan mereka sehingga mengagungkan orang-orang yang sudah mati dan bermukim di kuburan-kuburan mereka. Kemudian setan memperdaya mereka sehingga membuat gambar dan patung orang-orang yang sudah mati itu. Dan akhirnya mereka menyembah patung-patung tersebut.
Oleh karena itu pengagungan terhadap orang sholeh apabila tidak dilakukan sesuai dengan tuntunan syariat dan tidak dilandaskan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah akan menjerumuskan manusia kepada perbuatan kesesatan. Maka barang siapa yang ingin mengagungkan sesuatu akan tetapi tidak sesuai dengan tuntunan syariat, maka pada hakikatnya ia tidak sedang mengagungkan tapi justru sebaliknya.
Berlebih-lebihan terhadap orang-orang shalih dan para nabi dengan memberikan salah satu bentuk beribadatan kepada mereka yang merupakan bagian dari sifat uluhiyah, atau menjadikan mereka satu bentuk persembahan dan penghambaan adalah merupakan bentuk kesyirikan yang mengeluarkan seseorang dari keislamannya. Sebab, sifat uluhiyah itu secara keseluruhan hanya menjadi milik Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Uluhiyah ini tidak patut diberikan kepada siapapun juga, kecuali hanya kepada-Nya.
عَنْ عُبَيْدِاللهِ بْنِ عَبْدِاللهِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ سَمِعَ عُمَرَ رَضِي اللهُ عَنْهُمْ يَقُولُ عَلَى الْمِنْبَرِ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لاَ تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ فَقُولُوا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ
Dari ‘Ubaidillah bin Abdillah dari Ibnu ‘Abbas, ia mendengar ‘Umar RadhiyAllahu ‘anhu berkata di atas mimbar : Aku mendengar Rasulullah ShallAllahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku seperti orang-orang Nasrani berlebih-lebihan dalam memuji putra Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba Allah, maka katakanlah ‘Abdullah (hamba Allah) dan Rasul-Nya” (HR. Al-Bukhari)
Dari hadits ini beliau ShallAllahu ‘alaihi wa Sallam melarang umatnya dari berlebih-lebihan dalam pujian, sebagaimana umat Nasrani telah melampaui batas ketika memuji Nabi Isa bin Maryam. Perbuatan mereka ini telah menjerumuskan mereka kepada jurang kekafiran dan kesyirikan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Mereka telah mengklaim bahwa Isa bin Maryam sebagai anak Allah ‘Azza wa Jalla. Karena itu, beliau ShallAllahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah : hamba Allah dan rasul-Nya.”
Ibnu Abbas radhiyAllahu ‘anhu meriwayatkan dari Rasululloh ShallAllahu ‘alaihi wa Sallam, beliau bersabda,
إياكم والغلو، فإنما أهلك من كان قبلكم الغلو
“Waspadalah dari kalian sikap berlebih-lebihan, karena sesungguhnya sikap berlebih-lebihan itulah yang telah membinasakan orang-orang sebelum kalian” (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu majah).
Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasululloh ShallAllahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,
هلك المتنطعون قالها ثلاثا.
“Binasalah orang-orang yang berlebih-lebihan” (Beliau mengulangi sabdanya ini sebanyak tiga kali). (HR. Muslim)
Sumber :
Fikih doa dan Dzikir Syaikh Abdurrozzaq bin Abdil Muhsin
muslimah.or.id
Cianjur, 2 September 2020
Oleh : Muhammad Abu Alif