الحليم
AL-HALIM (Yang Maha Penyantun)
DALIL PENETAPAN
Allah memperkenalkan dirinya dengan nama Al-Halim pada beberapa tempat didalam Al-Qur’an diantaranya:
وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَفُورٌ حَلِيمٌ
“Ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.” (QS.Al-Baqarah: 235)
MAKNA AL-HALIM
Al-Halim berarti Yang Maha Memaafkan dan Menangguhkan, Dia tidak dikuasai amarah dan tidak merasa direndahkan oleh kebodohan orang bodoh atau oleh maksiat para pendosa. ( The Miracle of Asmaul Husna : 262 )
Imam Al-Khattabi menuturkan, Al-Halim berarti Zat yang pemaaf dan penyabar, yang tidak terpancing oleh kemarahan, dan yang tidak pernah kesal oleh tindakan bodoh orang yang tidak tahu atau orang yang memang durhaka.” ( Sya’n ad-Du’a; 63)
DO’A IBADAH
Beberapa do’a ibadah yang berkaitan dengan nama Allah Al-Halim ini diantaranya:• Sifat Santun Allah terhadap orang yang kufur, dan durhaka kepada-Nya adalah dengan dasar ilmu, jangkauan, kekuatan dan kekuasaan-Nya, bukan karena Dia lemah.Sebagaimana dalam firman-Nya:
وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا فِي قُلُوبِكُمْ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَلِيمًا
“… dan Allah Maha Mengetahui apa yang tersimpan dalam hati kalian. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.” (QS. Al-Ahzab: 51 )
Sifat santun Allah itu terlihat dalam kesabaran-Nya terhadap ulah orang-orang musyrik, orang-orang kafir, orang-orang yang durhaka, orang-orang yang suka melakukan perbuatan dosa, dan orang-orang yang mencela Allah dengan mengatakan bahwa Allah memiliki anak serta mendustakan-Nya dengan mengatakan bahwa Allah tidak dapat mengembalikan mereka sebagaimana Allah telah menciptakan mereka. Tindakan jahil dan semaunya sendiri yang mereka lakukan bahkan telah sampai pada tahap yang mengharuskan-Nya untuk menurunkan adzab kepada mereka. Namun demikian, Allah Yang Maha Penyantun tetap santun, Allah tetap bisa bersabar memaafkan mereka hingga batas waktu tertentu, bahkan memberi rezeki, makan dan minum, Allah menurunkan kitab-kitab-Nya, mengutus para Rasul-Nya, mengemukakan hujjah, dan tetap menunggu taubat dan kesadaran mereka untuk kembali kepada keimanan dan keislaman.
Di dalam shohihain dari hadits Abu Musa Al-Asy’ari Radhiallahu ‘Anhu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“ Tidak ada seorang pun atau tidak ada sesuatu pun yang lebih sabar dengan gangguan yang ia dengar daripada Allah, sesungguhnya mereka berseru bahwa Allah memiliki anak, namun Dia masih saja memaafkan mereka dan memberikan rezeki kepada mereka.” (HR. Bukhari, no 5748 dan Muslim, no 2804)• Diantara sifat santun Allah adalah Dia menahan langit agar tidak jatuh ke bumi dan Dia menahan keduanya (langit dan bumi) agar tidak bergeser meskipun begitu banyak dosa dan maksiat yang dilakukan oleh hamba-hamba-Nya. Allah berfirman :
إِنَّ اللَّهَ يُمْسِكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ أَنْ تَزُولا وَلَئِنْ زَالَتَا إِنْ أَمْسَكَهُمَا مِنْ أَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا
“Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Fathir: 41)• Diantara sifat santun Allah yaitu menjadikan sifat lembut sebagai sesuatu yang Dia cintai dalam kepribadian seorang hamba, dan Allah meninggikannya ketingkat kemuliaan dan keuatamaan. Sebagaimana firman-Nya:
وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الأمُورِ
“Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (QS. Asy-Syura: 43)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda kepada al-Asyajj bin ‘Abdil Qais :
إِنَّ فِيْكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ الْحِلْمُ وَالأَنَاة
“Sesungguhnya pada dirimu ada dua hal yang Allah cintai : penyantun dan kehati-hatian.” ( HR. Muslim : 126 )
Maka berusahalah untuk menjadi orang yang santun dan selalu berhati-hati baik dalam ucapan maupun perbuatan agar menjadi orang yang dicintai oleh Allah dan orang lain serta menjadi orang yang selamat dari ketergelinciran pada perbuatan dosa dan maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.
DO’A PERMOHONAN
Diantara do’a permohonan yang dapat kita panjatkan kepada Allah dengan nama Al-Halim terutama ketika dalam keadaan susah atau ketika menghadapi ujian dan cobaan adalah sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang selalu berdo’a dengan do’a berikut :
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ الْعَظِيمُ الْحَلِيمُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ، وَرَبُّ الْأَرْضِ، وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ
“Tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Yang Maha Agung lagi Maha santun, tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Rabb ‘Arsy yang agung, tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Rabb langit, Rabb bumi dan Rabb ‘Arsy yang mulia.” (HR.Al- Bukhari : 8346 dan Muslim: 7097 )
Demikian semoga bermanfaat. Washollallahu ‘ala Nabiyina Muhammad wa ‘ala alihi washohbihi wasallam.
Cianjur, 08 Jumadil Ula 1441 H / 04 Januari 2020
Penulis : Adep Baehaki
Sumber :
The Miracle of Asmaul Husna karya Muallifah
Al Asmaul Husna karya Prof. Dr. Umar Sulaiman al-Asyqor
Fiqih Asmaul Husna karya Prof. Dr. Abdurrazaq bin abdul Muhsin al-‘Abbad al-Badr