Apabila Engkau Meminta, Maka Mintalah Kepada Allah Subhana Wata’ala (Bag. Ke Tiga)
Tidak meminta-minta kepada makhluk karena merasa cukup dengan meminta kepada pencipta adalah lebih utama secara mutlak. Seperti firman Allah subhana watala:
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ (٧)وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ (٨)
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu (urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
Salah satu hadits Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam yang mengajarkan kepada kita akhlak-akhlak mulia, adalah hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abu Sa’iid Sa’ad bin Maalik bin Sinaan Al Khudriy Rodhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan,
أَنَّ نَاسًا مِنَ الأَنْصَارِ سَأَلُوا رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَعْطَاهُمْ ثُمَّ سَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ حَتَّى إِذَا نَفِدَ مَا عِنْدَهُ قَالَ « مَا يَكُونُ عِنْدِى مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ أَدَّخِرَهُ عَنْكُمْ وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ وَمَا أَعْطَى اللَّهُ أَحَدًا مِنْ عَطَاءٍ أَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ ».
‘Sesungguhnya ada sekelompok orang dari kalangan Anshor meminta sesuatu kepada Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam. Lalu beliaupun memberikannya. Kemudian mereka meminta lagi lalu Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam pun memberikannya. Hingga habis apa yang ada pada beliau. Lalu Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Sudah tidak ada lagi yang akan kuberikan. Aku bukanlah bermaksud mengecilkan hati kalian. Barangsiapa yang berusaha ‘iffah maka Allah akan menjadikannya orang yang ‘iffah. Barangsiapa yang berusaha merasa cukup maka Allah akan jadikan dia orang yang merasa cukup. Barangsiapa yang berusaha untuk sabar maka Allah akan jadikan ia menjadi orang yang sabar. Seseorang tidaklah diberikan sebuah nikmat yang lebih agung daripada dianugrahkan kesabaran”.
Aku berkata kepada diriku ,” demi yang mengutusmu dengan kebenaran. Aku tidak meminta padamu sesuatu.’ Lalu aku pulang dan Allah mencukupiku serta mendatangkan kebaikan.”
Abu said memahami dari sabda Nabi shalallahu ‘alahi wasalam, bahwa meninggalkan meminta pada nabi shallahu ‘alahi wasalam karena menjaga kehormatan diri dan merasa cukup, adalah lebih baik baginya daripada meminta pada para Nabi (disaat mereka hidup) adalah lebih utama, meskipun ada kebutuhan dan kesulitan, dan jika tidak ada keperluan hukumnya menjadi haram, lalu bagaimana meminta pada yang tidak ada, atau orang mati, dan selain mereka…….?
Beliau berkata, “….sesungguhnya meminta kepada makhluk mengandung tiga kerusakan, yaitu; kerusakan menunjukan mengiba kepada selain Allah subhana wata’ala, dan ini mengandung unsur kesyirikan, kerusakan karena mengganggu orang yang dimintai, dan ini mengandung unsur penzhaliman, dan kerusakan karena menghinakan diri kepada selaian Allah, dan ini mengandung unsur penzhaliman terhadap diri sendiri. Maka meminta kepada makhluk mengandung tiga jenis kezhaliman sekaligus.”
Muslim yang diberi taufiq mengetahui dengan seyakin-yakinnya, bahwa tidak ada yang memberi manfaat , tidak ada yangmemberi mudharat, tidak ada yang menyerahkan, dan tidak ada yang mencegah, kecuali Allah subhana wata’ala. Oleh karena itu, seorang muslim mengesakan Subhana wata’ala dalam hal trakut dan harap, cinta dan permintaan, tunduk dan do’a, menghinakan diri dan merendah. Sungguh kami berharap kepada-Nya Dubhana wata’ala untuk memberi taufik kepada kami dan kalian untuk mendapatkan hal itu, dan agar Dia tidak menyerahkan kita kepada Sesuatu selain Dia. Sungguh Dia Subhana wata’ala sebaik-baik tempat meminta, sebaik-baik tempat mengharap, dan sebaik-baik tempat minta pertolongan.(Selesai)
Oleh : Dzakwan Mukhtar Lc
Disadur ulang dari kitab fiqih do’a dan dzikir syekh Abdurrazzak Hafizhahullah