AL MUQADDIM, AL MU’AKHKHIR (Yang Maha Mendahulukan & Yang Maha Mengakhirkan) (bagian 2)
Do’a Ibadah:
1. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam sangat ingin umatnya menjadi yang paling depan, dan Beliau melatih umatnya agar maju pada shaff pertama dalamshalat:
تَقَدّمُوْا فَائْتَمُّوا بِيْ وَلْيَأْتَمَّ بِكُمْ مَنْ بَعْدَكُمْ لَا يَزَالُ قَوْمٌ يَتَأَخَّرونَ حَتَّى يُؤَخِّرَهُمُ اللّهُ
“Majulah dan berma’mumlah kepadaku dan hendaklah berma’mum kepada kalian orang yang dibelakang kalian, tidaklah suatu kaum selalu terlambat sampai Allah mengakhirkan mereka” (HR. Muslim: 1010).
Bahkan beliau meningkatkan motivasi umatnya agar menjadi yang terdepan melalui sabdanya:
لَوْ يعْلمُ النَّاسُ ما في النِّداءِ والصَّفِّ الأَولِ. ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلاَّ أَنْ يسْتَهِموا علَيهِ لاسْتهموا علَيْهِ، ولوْ يعْلَمُونَ ما في التَّهْجِير لاسْتبَقوا إَليْهِ ، ولَوْ يعْلَمُون ما في العَتَمَةِ والصُّبْحِ لأتوهمُا ولَوْ حبواً
“Andaikata para manusia itu mengetahui betapa besar pahalanya berazan dan menempati saf pertama di waktu shalat, kemudian mereka tidak menemukan jalan untuk memperolehnya itu melainkan dengan cara mereka mengadakan undian, niscaya mereka akan melakukan undian itu. Juga andaikata para manusia mengetahui betapa besar pahalanya datang lebih dulu untuk melakukan shalat, niscaya mereka akan berlomba-lomba untuk itu. Demikian pula andaikata mereka mengetahui betapa besar pahalanya shalat Isya dan shalat Subuh dengan berjamaah, niscaya mereka akan mendatangi kedua shalat itu, sekalipun dengan berjalan merangkak.” (HR. Al-Bukahri: 720, Muslim: 437)
2. Sepantasnya seorang mukmin mendahulukan apa-apa yang didahulukan oleh Allah, berlomba menuju ketaatan, berbuat untuk keridhaan-Nya dan taqarrub mendekatkan diri kepada-Nya melalui hal-hal yang dicintai. Inilah jalan menuju kedudukan yang tinggi dan mulia di dunia dan akhirat.
3. Apabila telah tiba waktu kematian, tidak ada seorang pun yang mampu mempercepat (mengawalkan) atau mengakhirkan (menunda) dari waktunya hingga hari kiamat sekalipun,
…. فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلا يَسْتَقْدِمُونَ
“…Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya.” (QS. An-Nahl: 61)
4. Orang-orang yang menunda, malas dan mengakhirkan kewajiban-kewajiban mereka terhadap Allah, niscaya kebaikan, pahala dan rahmat untuknya akan diakhirkan, sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang orang-orang yang sengaja terlambat menuju shaff pertama:
لَا يَزَالُ قَوْمٌ يَتَأَخَّرُونَ حَتَّى يُؤَخِّرُهُمُ اللّهُ
“suatu kaum senantisa (terbiasa) terlambat hingga Allah pun melambatkan mereka.” (HR. Muslim: 1010)
5. Jika sebuah kebaikan terlambat untuk seseorang hendaknya ia tidak berkeluh kesah dan berputus asa dari kasih sayang Allah, sebab hal itu karena adanya hikmah yang Allah berikan.
Do’a Permohonan:
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menutup do’anya dalam qiyamullail dengan dua nama Al-Muqaddim Al-yMu’akhkhir:
اللَّهُمَّ لكَ الحَمْدُ أنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ والأرْضِ ومَن فِيهِنَّ، ولَكَ الحَمْدُ لكَ مُلْكُ السَّمَوَاتِ والأرْضِ ومَن فِيهِنَّ، ولَكَ الحَمْدُ أنْتَ نُورُ السَّمَوَاتِ والأرْضِ ومَن فِيهِنَّ، ولَكَ الحَمْدُ أنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ والأرْضِ، ولَكَ الحَمْدُ أنْتَ الحَقُّ ووَعْدُكَ الحَقُّ، ولِقَاؤُكَ حَقٌّ، وقَوْلُكَ حَقٌّ، والجَنَّةُ حَقٌّ، والنَّارُ حَقٌّ، والنَّبِيُّونَ حَقٌّ، ومُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ حَقٌّ، والسَّاعَةُ حَقٌّ، اللَّهُمَّ لكَ أسْلَمْتُ، وبِكَ آمَنْتُ، وعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وإلَيْكَ أنَبْتُ، وبِكَ خَاصَمْتُ، وإلَيْكَ حَاكَمْتُ، فَاغْفِرْ لي ما قَدَّمْتُ وما أخَّرْتُ، وما أسْرَرْتُ وما أعْلَنْتُ، أنْتَ المُقَدِّمُ، وأَنْتَ المُؤَخِّرُ، لا إلَهَ إلَّا أنْتَ
“ Ya Allah, milik-Mu segala puji, (karena) Engkau-lah yang menegakkan urusan langit dan bumi dan yang ada pada keduanya, milik-Mu-lah kekuasaan langit dan bumi beserta isinya, milik-Mu segala puji, Engkau-lah cahaya penerang langit dan bumi, milik-Mu segala puji, (karena) Engkau-lah Al Haqq (Yang Maha Benar), janji-Mu adalah benar, pertemuan dengan-Mu adalah benar, firman-Mu adalah benar, surga adalah benar, neraka adalah benar, seluruh Nabi adalah benar, dan Muhammad Shallallahu alaihi wasallam adalah benar, kiamat adalah benar. Ya Allah, untuk-Mu aku pasrah dan hanya kepada-Mu aku beriman, hanya kepada-Mu aku bertawakal dan hanya kepada-Mu aku kembali, dan hanya karena-Mu aku melawan dan hanya kepada-Mu aku berhukum. Ampunilah aku atas hal-hal buruk yang telah terdahulu atau yang akan terjadi dariku, baik yang aku rahasiakan atau pun yang aku nampakkan. Engkau-lah yang Maha Mendahulukan dan Maha Mengakhirkan, tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau.” (HR. Al-Bukhari: 1120, Muslim: 1848)
Diantara do’a Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam:
اللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ خَطِيْئَتِيْ وَجَهْلِيْ، وَإِسْرَافِيْ فِيْ أَمْرِيْ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي، اللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ جَدِّيْ وَهَزْلِيْ، وَخَطَئِيْ وَعَمْدِيْ، وَكُلُّ ذلِكَ عِنْدِيْ، اللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِه مِنِّيْ، أَنْتَ المُقَدِّمُ، وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ، وَأَنْتَ عَلى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Ya Allah, ampunilah kesalahanku, kejahilanku, sikapku yang berlebihan dalam segala hal dan apa pun yang Engkau lebih tahu dariku. Ya Allah, berilah ampunan untukku atas kesalahan-kesalahanku, kesengajaanku, kebodohanku, senda gurauku dan semua yang terjadi dariku. Ya Allah, ampunilah untukku apa yang terdahulu, apa yang akan terjadi, juga apa yang aku rahasiakan dan apa yang aku nampakan. Engkau-lah Yang Maha Mendahulukan dan Yang Maha Mengakhirkan, dan Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu” (HR. Al-Bukhari: 6398, Muslim: 7076)
Referensi:
1. Ensiklopedi Asmaul Husna : Syekh Abdurrazzaq Al-Badr
2. The Miracle Of Asmaul Husna : Muallifah
Ciangsana, 5 Jumadal akhir 1441 H / 30 Januari 2020
Oleh: Ade Abdurrahman