KEDUDUKAN DOA-DOA PARA NABI ‘ALAHISSALAM
Dalam Al-qur’an yang mulia terdapat ayat-ayat sangat banyak, di mana Allah subhana watala menyebutkan padanya contoh-contoh dari doa-doa para nabi dan utusan, munajat mereka kepada Rabb mereka, tawassul mereka kepada-Nya, keluluhan mereka di hadapan-Nya, kehinaan mereka, ketundukan mereka, dan rasa harap dan takut mereka, kesempurnaan adab mereka dalam munajat, serta kerendahan mereka, dan doa-doa mereka.
Semua ini disebutkan agar hamba-hamba Allah subhana wat’ala yang beriman mengetahui cara yang benar dan jalan lurus serta jalur tepat dalam berdoa kepada Rabb Subhana wata’aala serta munajat kepada-Nya.
Oleh karena itu, ketika Allah subhana wata’aala meneyebutkan dalam surah al-An’am, sekelumit berita-berita mereka yang penuh berkah, amal-amal mereka yang agung, dan sifat-sifat mereka yang utama, maka Dia Subhana wata’aala berfirman:
أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهِ قُلْ لا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِنْ هُوَ إِلا ذِكْرَى لِلْعَالَمِينَ (٩٠)
mereka Itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, Maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: “Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-Quran).” Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh ummat. (QS: Al Anam: 90)
Di sini terdapat perintah bagi Nabi Shalallahu ‘alahi wassalam untuk mengikuti sunah-sunah mereka, komitmen terhadap jalan mereka, dan sekaligus arahan bagi umat beliau Shalallahu ‘alahi wassalam agar menjadi seperti itu.
Para nabi adalah manusia-manusia pilihan dan orang-orang khusus mereka. Dalam kisah-kisah dan berita –berita mereka terdapat pelajaran dan nasihat berharga bagi kaum Mukminin. Agar mereka meneladani para nabi tersebut dalam semua tingkatan-tingkatan agama. Dalam tingkatan tauhid dan pelaksanaan peribadatan.
Seperti firman Allah Subhana wata’aala dalam surat al-Anbiyaa’:
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَى وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ (٩٠)
Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepada nya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada kami. (QS: Al Anbiya: 90)
Mereka bersegera menuju kebaikan, mengerjakannya pada waktu-waktunya yang utama, menyempurnakannya sesuai yang layak dan patut, dan tidak meninggalkan suatu keutamaan yang mereka mampu atasnya.
Syaikhul islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata, “ Sungguh para nabi semuanya telah meminta kepada Allah dan berdoa pada-Nya, sebagaimana Allah Subhana wata’ala menyebutkan hal itu dalam kisah Adam, Ibrahim, Musa, dan selain mereka.
Allah Subhana wata’aala telah menyebutkan di sejumlah tempat dalam al-Qur’an contoh-contoh sangat banyak tentang doa-doa para nabi dan permohonan-permohonan para rasul terhadap Rabb semesta Alam, besarnya harapan mereka terhadap rahmat-Nya, tingginya keinginan mereka akan karunia-Nya, cepatnya mereka kembali kepada-Nya dalam semua keadaan.
Barang siapa meneladani para nabi dalam hal itu niscaya Allah Subhana wata’aala akan membantunya sebagaimana Dia telah membantu mereka, dan menyelamatkannya sebagaimana Dia telah menyelamatkan mereka.
Renungkanlah dalam hal itu firman Allah Subhana Wata’ala:
وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لا إِلَهَ إِلا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ (٨٧)فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ (٨٨)
dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam Keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), Maka ia menyeru dalam Keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau, Sesungguhnya aku adalah Termasuk orang-orang yang zalim.”. Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. dan Demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. (QS: Al Anbiya: 87-88)
Ini adalah janji dan berita gembira bagi setiap mukmin yang mengikuti ~dalam kesulitan dan kesusahan mereka~ yunus ‘Alahi wasaalam pada doa tersebut. Seraya memohon kepada Allah pertolongan dan bimbingan. Memberi taufik kepada kita untuk mengikuti mereka dan berjalan diatas jalan-jalan mereka. Sungguh Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan permohonan.
Sumber : Diringkas dari buku fiqih doa dan dzikir syekh Abdurazzak hafizahullah ta’alaa.
Oleh: Dzakwan Mukhtar