Ghuluw (Berlebih-Lebihan) Terhadap Kubur Orang-Orang Shalih Dan Menjadikannya Berhala-Berhala Yang Disembah. (Bag. Pertama).
Sungguh di antara sebab yang paling besar terjadinya kesyirikan dalam doa adalah apa yang diwahyukan musuh Allah dan musuh hamba-hambanya yang beriman, yaitu iblis kepada kelompoknya dan para walinya, berupa fitnah karena kubur para Nabi , para wali, dan orang-orang shalih. Hingga persoalannya berakhir kepada penyembahan para penghuninya selain Allah Subhana wata’ala. Kubur-kubur mereka disembah dan dijadikan berhala-berhala. Dibangun diatasnya bangunan-bangunan, para pengghuninya digambar lalu diberi bentuk sehingga memiliki bayangan. Setelah itu dijadikan patung-patung yang disembah bersama Allah Subhana wata’ala. Awal mulanya terjadi bid’ah ini adalah pada kaum Nuh seperti dikabarkan Allah Subhana wata’ala tentang mereka dalam kitab-Nya, di mana Allah Subhana wata’ala berfirman dalam surat nuh/21-24.
قَالَ نُوحٌ رَبِّ إِنَّهُمْ عَصَوْنِي وَاتَّبَعُوا مَنْ لَمْ يَزِدْهُ مَالُهُ وَوَلَدُهُ إِلا خَسَارًا (٢١)وَمَكَرُوا مَكْرًا كُبَّارًا (٢٢)وَقَالُوا لا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلا سُوَاعًا وَلا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا (٢٣)وَقَدْ أَضَلُّوا كَثِيرًا وَلا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلا ضَلالا (٢٤)
Nuh berkata: “Ya Tuhanku, Sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka,dan melakukan tipu-daya yang Amat besar”. Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr”. Dan sesudahnya mereka menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan. [Wadd, Suwwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr adalah Nama-nama berhala yang terbesar pada qabilah-qabilah kaum Nuh.
Imam Bukhari meriwayatkan dalam shahihnya dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,” ini adalah nama-nama beberapa laki-laki shalih dari kaum Nuh. Ketika mereka wafat, setan mewahyukan kepada kaum mereka, hendaklah kamu menancapkan di majlis –majlis yang mereka biasa duduk padanya patung-patung, dan berilah nama sesuai nama-nama mereka. Mereka pun melakukannya namun belum disembah. Hingga ketika mereka itu wafat dan ilmu dilupakan akhirnya disembah.1 shaih al-bukhari no.4920
Ibnu Jarir berkata dalam tafsirnya,” Adapun diantara berita mereka itu sebagaimana sampai kepada kami Ibnu Humaid menceritakan kepada kami Dia berkata, mahran menceritakan kepada kami dia berkata, dari Sufyan, dari Musa, dari Muhammad bin Qais, bahwa Yaghuts, Ya’uq, dan Nass adalah orang-orang yang shalih keturunan Adam. Mereka memiliki pengikut-pengikut yang meneladani mereka. Ketika mereka meninggal, maka para sahabatnya yang biasa mengikutinya berkata, ‘sekiranya kita menggambar mereka, niscaya akan semakin membuat kita rindu beribadah saat mengingat mereka.’ Maka mereka pun membuat gambar orang-orang shalih itu. Setelah meninggal dan datang kaum lain, maka iblis menyusup pada mereka dan berkata,’ dahulu mereka menyembah patung-patung ini, dan meminta hujan pada mereka.’ Maka mereka pun menyembahnya,” 2 (Tafsir Ibnu Jarir, 12/203.)
Oleh karena itu, dalil-dalil sangat banyak dan nash-nash telah mutawatir dari Nabi Shalallahu ‘alahi wassalam tentang larangan dari hal itu, peringatan terhadapnya, kecaman keras atasnya, laknat bagi pelakunya, pensifatan pelakunya sebagai seburuk-buruk ciptaan, dan ia bukan termasuk sunnah kaum muslimin, bahkan ia adalah sunnah yahudi dan nashara. Nash-nash dari beliau tentang makna ini sangat banyak.
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa ummu Salamah Radhiyallahu ‘anhu menyebutkan kepada Rasulullah Shalallahu ‘alahi wasalam tentang gereja yang dia lihat di negeri Habasyah, dan di dalamnya terdapat gambar-gambar, maka beliau Shalallahu ‘alahiwasalam bersabda:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ لَمَّا اشْتَكَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرَتْ بَعْضُ نِسَائِهِ كَنِيسَةً رَأَيْنَهَا بِأَرْضِ الْحَبَشَةِ يُقَالُ لَهَا مَارِيَةُ وَكَانَتْ أُمُّ سَلَمَةَ وَأُمُّ حَبِيبَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَتَتَا أَرْضَ الْحَبَشَةِ فَذَكَرَتَا مِنْ حُسْنِهَا وَتَصَاوِيرَ فِيهَا فَرَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ أُولَئِكِ إِذَا مَاتَ مِنْهُمْ الرَّجُلُ الصَّالِحُ بَنَوْا عَلَى قَبْرِهِ مَسْجِدًا ثُمَّ صَوَّرُوا فِيهِ تِلْكَ الصُّورَةَ أُولَئِكِ شِرَارُ الْخَلْقِ عِنْدَ اللَّهِ
Dari ‘Aisyah –semoga Allah meridhoinya-, dia berkata: “Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sakit, sebagian istri-istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan sebuah gereja yang mereka lihat di negeri Habasyah, yang dinamakan gereja Mariyah. Dahulu Ummu Salamah dan Ummu HAbibah –semoga Allah meridhoi keduanya- pernah mendatangi negeri Habasya. Keduanya menyebutkan tentang keindahannya dan patung-patung/gambar-gambar yang ada di dalamnya. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengankat kepalanya, lalu bersabda: “Mereka itu, jika ada seorang yang sholih di antara mereka mati, mereka membangun masjid di atas kuburnya, kemudian membuat patung/gambar orang sholih itu di dalamnya. Mereka itu seburuk-buruk manusia di sisi Allah”. (HSR. Bukhari no:1341; Muslim no:528
( Bersambung…)
Oleh : Dzakwan Mukhtar Lc
Disadur ulang dari kitab fiqih do’a dan dzikir syekh Abdurrazzak