DOA- DOA LENGKAP DARI SUNNAH NABAWIYAH (1)
Sungguh telah dinukil secara akurat dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam sunnahnya yang suci dan hadits- haditsnya yang penuh berkah.
Pertama, dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu , dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau bersabda :
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى
“Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, iffah, dan kekayaan.” (HR. Muslim)
Ath- Thaibi Rahimahullahu Ta’ala berkata, “Disebutkan petunjuk dan ketakwaan agar mencakup semua yang patut untuk dijadikan petunjuk dalam urusan kehidupan, tempat kembali, dan akhlak mulia. Begitu pula semua yang wajib untuk dihindari seperti syirik, maksiat, dan akhlak yang rendah. Sementara iffah dan kekayaan merupakan pengkhususan sesudah lafadz umum.”
An- Nawawi Rahimahullahu Ta’ala berkata, “Adapun afaf dan iffah adalah menghindari perkara- perkara mubah dan menahan diri darinya. Sedangkan kekayaan di sini adalah kekayaan jiwa dan tidak butuh kepada manusia serta apa- apa yang ada di tangan mereka.”
Syaikh Abdurrahman Ibnu Sa’diy Rahimahullahu Ta’ala berkata, “Doa ini termasuk doa yang paling lengkap dan sangat bermanfaat. Ia mengandung kebaikan agama dan kebaikan dunia. Hal itu karena petunjuk adalah ilmu yang bermanfaat. Adapun takwa adalah amal shalih dan meninggalkan larangan Allah dan Rasul-Nya. Dengannya agama menjadi baik. Sebab agama adalah ilmu- ilmu yang bermanfaat dan pengetahuan yang benar, itulah yang disebut dengan petunjuk. Sedangkan melaksanakan ketaatan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasul-Nya maka ia adalah takwa. Adapun iffah dan kekayaan mengandung arti menjaga diri dari manusia, tidak menggantungkan hati kepada mereka, merasa cukup dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan rizki-Nya. Cukup dengan apa yang ada padanya, meraih apa yang menenangkan hati berupa kecukupan. Dengan hal itu menjadi sempurna kebahagiaan kehidupan dunia dan ketenangan hati, yang merupakan kehidupan yang baik. Barang siapa yang diberi karunia berupa petunjuk, ketakwaan, iffah dan kekayaan, sungguh dia telah meraih dua kebaikan, mendapatkan semua keinginan, dan selamat dari semua yang menakutkan.”
Kedua, dari Ali Radhiyallahu ‘Anhu dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda kepadaku :
قل: اللّهمّ اهدني وسدّدني، واذكر بالهدى هدايتك الطّريق، والسّداد سداد السّهم، (وفي رواية) اللّهمّ إنّي أسألك الهدى والسّداد
“Ucapkanlah, ‘Ya Allah, berilah aku petunjuk, dan jadikanlah aku tepat’, dan ingatlah dengan petunjuk yaitu petunjuk jalan bagimu, dan ketepatan yaitu ketepatan anak panah.” Dalam riwayat lain, “Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu petunjuk dan ketepatan.” (HR. Muslim)
Petunjuk adalah pengetahuan kebenaran secara terperinci maupun secara garis besar dan taufik untuk mengikutinya secara lahir maupun bathin. An- Nawawi Rahimahullahu Ta’ala berkata, “Adapun lafadz ‘As-sadaad’ berasal dari kata ‘Saddada as-sahm’ artinya meluruskan anak panah. Adapun makna ‘Saddidni’ (jadikanlah aku tepat) adalah berikanlah aku taufik dan jadikanlah aku tepat dan lurus dalam semua urusanku. Asal makna ‘As-sadaad’ dalah istiqamah dan berlaku sedang dalam semua urusan.”
Lafadz, “Dan ingatlah dengan petunjuk adalah petunjuk jalan bagimu, dan ketetapan adalah ketetapan anak panah.” An-Nawawi Rahimahullahu Ta’ala berkata, “Yakni, ingat hal itu pada saat engkau memanjatkan doa menggunakan kedua lafadz ini. Sebab orang yang mendapatkan petunjuk jalan, tidak akan menyimpang darinya. Dan yang tepat bidikan panahnya, akan berusaha meluruskan anak panahnya dan bidikannya tidak akan pernah tepat kecuali dia meluruskan anak panahnya. Demikian pula orang yang berdoa, sudah sepantasnya baginya untuk menjadikan ilmunya tepat, meluruskannya dan berkomitmen dengan sunnah. Sebagian mengatakan, ‘Mengingat dengan lafadz ‘ketepatan dan petunjuk’ agar tidak dilupakannya.’”
Ibnul Qayyim Rahimahullahu Ta’ala berkata, “Ini termasuk pengajaran dan nasihat paling mendalam, dimana beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkan seseorang untuk mengingat ~apabila berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala memohon petunjuk kepada keridhaan dan surga-Nya~ keberadaannya sebagai musafir yang telah tersesat dari jalan, lalu dia tidak tahu kemana akan mengarah, lalu muncul di hadapannya seseorang yang tahu betul seluk beluk jalan. Dia meminta kepada orang itu agar menunjukinya jalan. Demikian pula urusan jalan akhirat. Keadaan musafir tersebut yang mencari jalan inderawi diserupakan dengan musafir yang menuju Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan menjadi petunjuk akan jalan yang ditempuhnya. Kebutuhan musafir yang menuju Allah Subhanahu Wa Ta’ala terhadap jalan yang menyampaikan kepada-Nya jauh lebih besar dari pada kebutuhan musafir terhadap jalan yang menghantarkannya ke negeri yang ditujunya. Serupa dengannya masalah ‘ketepatan’ yaitu tepat dalam pertengahan baik perkataan maupun amalan. Permisalannya sama seperti orang yang melempar anak panah. Apabila anak panahnya mengenai sasaran yang dilemparnya, berarti anak panahnya tepat dan benar, tidak jatuh kepada yang bathil (tidak benar). Demikian pula orang yang tepat pada kebenaran dalam perkataan dan amalannya menempati posisi orang yang tepat dalam lemparannya.
Ini adalah doa yang agung, meski lafadz- lafadznya sangat mudah akan tetapi ia mengandung kebaikan yang besar dan keutamaan yang luas. Ia termasuk Jawami’ al-kalim (kata yang ringkas namun padat) dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang mulia. Semoga shalawat dan salam, Allah Subhanahu Wa Ta’ala limpahkan kepadanya Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
( Tulisan ini diringkas dari buku Fiqih Doa dan Dzikir karya Syaikh Abdurrazaq bin Abdil Muhsin Al- Badr Hafidzohullahu Ta’ala )
Cianjur, Komplek Masjid Al- Bayaan
Selasa, 9 Februari 2021 / 27 Jumadil Akhir 1442 H
Muhamad Adi Firmanto
