Ar-Rauf (Yang Maha Penyantun)
DALIL PENETAPAN
Allah telah menyebutkan nama Ar-Rauf di dalam Al-qur’an pada beberapa tempat diantaranya:
إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Sesungguhnya Allah Maha Penyantun lagi Maha Penyayang kepada manusia.”(QS. Al-Baqarah: 143)
MAKNA
Ar-Rauf berarti yang memudahkan bagi hamba-hamba-Nya, karena Allah tidak membebani mereka dengan hal-hal yang berada diluar kemampuan mereka, maka Allah meringankan sejumlah kewajiban orang-orang yang muqim dan sehat bagi orang-orang yang sedang musafir dan sakit. (The Miracle of Asmaul Husna : 265)
DO’A IBADAH
Diantara do’a ibadah yang berkaitan dengan Ar-Rauf adalah :
• Allah tidak akan menyia-nyiakan amalan kebaikan seorang hamba, akan tetapi Dia akan membalas kebaikan tersebut. Hal ini sebagaimana pernah dikhawatirkan oleh para sahabat ketika mereka menanyakan amalan-amalan mereka dan amalan saudara-saudara mereka yang telah tiada yang shalat menghadap ke Baitul Maqdis sebelum kiblatnya pindah ke Ka’bah. Apakah amalan tersebut akan hilang? Maka Allah menurunkan ayat
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ
“….dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia..” (QS. Al-Baqarah : 143)
Ibnu Jarir berkata : Allah tidak akan menyia-nyiakan kebenaran Rasul-Nya atas sholat yang telah kalian lakukan ketika menghadap ke Baitul Maqdis atas perintah-Nya, karena hal tersebut sebagai pembenaran kalian terhadap Rasul-Ku, mengikuti perintah-Ku dan sebagai bentuk ketaaatan kalian kepada-Ku.” ( Tafsir At-Thobari : 417)
Maka berusahalah untuk senantiasa berbuat baik sesuai kemampuan, sebesar dan sekecil apapun kebaikan tersebut pasti akan dibalas oleh Allah Ar-Rauf, pahala amalan tersebut tidak akan hilang, tidak akan disia-siakan oleh Allah.
• Allah menginginkan kemudahan kepada hamba-hamba-Nya dalam menjalankan agama ini, memberikan kemudahan dalam melaksanakan hukum dan perintah-perintahnya, Allah tidak membebani mereka diluar batas kemampuan yang mereka miliki. Sebagai contoh Allah memerintahkan sholat dan saum kepada kaum muslimin, kemudian Rasulullah menjelaskan tata cara sholat yang paling utama yaitu dilakukan dengan cara berdiri, akan tetapi ketika seseorang tidak mampu sholat sambil berdiri karena udzur (sakit), maka Rasulullah memberikan rukshoh (keringanan) bahwa sholat bisa dilakukan dengan cara duduk, kalau masih belum mampu duduk, dengan cara berbaring, masih belum mampu juga maka dengan memberikan isyarat. Hal ini sebagaimana beliau sebutkan dalam hadisnya:
صلِّ قائمًا فإن لم تستطِع فقاعِدًا فإن لم تستطِعْ فعلى جَنبٍ
“Shalatlah dengan berdiri, jika tidak mampu maka duduk, jika tidak mampu maka sambil berbaring” (HR. Bukhari : 1117)
Begitu juga saum Ramadhan Allah wajibkan kepada orang-orang beriman yang mukim dan dalam keadaan sehat untuk melaksanakannya, tetapi jika mereka tidak mampu melaksanakannya karena udzur tertentu seperti sedang musafir, sakit, hamil atau menyusui, maka Allah memberikan rukhsoh kepada mereka untuk tidak berpuasa dan menggantinya (qodho) pada hari lainnya atau membayar fidyah sebanyak hari yang ditinggalkannya.
Allah berfirman:
فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ
“Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin.” (QS. Al-Baqarah : 184)
Inilah diantara rukshoh (keringanan) yang telah diberikan oleh Allah kepada-hamba-hamba-Nya sebagai bentuk Rauf-Nya kepada mereka, Allah menginginkan kemudahan, menginginkan keringanan kepada mereka dalam menjalankan agama-Nya, dalam menjalankan syari’at dan hukum-hukum-Nya.
• Diantara bentuk Raufnya Allah adalah dengan ditundukkannya segala bentuk alat transportasi untuk manusia, yang mana pada zaman dahulu umumnya dicontohkan dengan menggunakan kuda, onta, dan keledai yang membutuhkan waktu yang lama dalam sebuahperjalanan, namun pada zaman sekarang alat transportasi tersebut lebih modern dengan adanya mobil, kereta api, perahu layar, pesawat terbang, bus, dan lainnya, yang semuanya berfungsi untuk membantu mempercepat dan memudahkan pekerjaan manusia, meringankan urusan mereka, dan memberikan kenyamanan kepada mereka dalam perjalanan.
Allah berfirman:
وَتَحْمِلُ أَثْقَالَكُمْ إِلَى بَلَدٍ لَمْ تَكُونُوا بَالِغِيهِ إِلا بِشِقِّ الأنْفُسِ إِنَّ رَبَّكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS An-Nahl : 7)
DO’A PERMOHONAN
Diantara do’a Nabi untuk para sahabat yang telah meninggal dan yang masih hidup adalah
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr: 10)
Demikian semoga bermanfaat. Washollallahu ‘Ala Nabiyina Muhammad wa ‘Ala Alihi wasohbihi wasallam.
Cianjur, 04 Jumadil Akhiroh / 29 Januari 2020.
Penulis : Adep Baehaki, Lc
Sumber :
The Miracle Of Asmaul Husna Karya Muallifah
Fiqih Asmaul Husna Karya Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr
Al-Asmaul Husna Karya Prof. Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar
Tafsir At-Thobari Karya Muhammad ibn Jarir At-Thobari
