asd
Rabu, Juli 24, 2024
spot_img
BerandaPenjelasan Asmaul HusnaAl-Hayiyy (Maha Pemalu)

Al-Hayiyy (Maha Pemalu)

Al-Hayiyy (الْحَيِيُّ)

Maha Pemalu

Dalil penetapan:

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam besabda:

إِنَّ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالى حَيِيٌّ كَرِيْمٌ

“Sesungguhnya Rabb Kalian Tabaraka wata’ala Maha Pemalu lagi  Maha Mulia.” (HR. Abu Dawud: 1490, at-Tirmidzi: 3904, dishahihkan oleh al-Albani)

Al-Hayiyyu berarti yang Maha Pemalu. Sifat malu bagi Allah adalah sebuah sifat yang layak dengannya. Sifat malu bagi Allah tidak sama dengan sifat malu bagi manusia yang berarti sebuah  ekspresi rasa takut dari celaan. Akan tetapi malu bagi Allah meninggalkan dengan keluasan rahmat-Nya, kesempurnaan pemurah-Nya dan keagungan ampunan dan kelembutan-Nya.  Seorang hamba melakukan maksiat dengan menggunakan nikmat Allah , namun Allah malu menyingkap dosa dan mempermalukannya padahal Allah maha sempurna kekayaan dan kemampuan-Nya.

Berdo’a dengan Nama “Al-Hayiyyu”

Do’a Ibadah:

  1. Allah mencintai nama-nama dan sifat-sifat-Nya, dan mencintai pengaruh dari semua itu nampak pada makhluk-Nya, sebab hal tersebut konsekuensi dari kesempurnaan-Nya. Oleh karena itu, Allah ta’ala Maha Malu mencintai orang-orang yang memiliki sifat malu, Dia Maha Mulia mencintai orang-orang yang mulia, Dia Maha Berterimakasih mencintai orang-orang yang suka berterima kasih. Begitu juga dengan nama-nama sifat-sifat-Nya yang lain.  
  2. Hadirkanlah keyakinan akan pengabulan do’a karena Allah merasa malu jika menolak hamba yang mengetuk pintu-Nya dan meminta kepada-Nya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَغَالى حَيِيٌّ كَرِيْمٌ يَسْتَحْيِيْ مِنْ عَبْده إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا

“Sesungguhnya Rabb kalian Tabaraka wata’ala Maha Malu lagi Maha Mulia, dia malu dari hamba-Nya apabila ia mengangkat kedua tangannya (ketika berdo’a) kepada-Nya lalu dia membalasnya dalam keadaan kosong.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)

  • Namun sifat malu Allah tidak menghalangi-Nya untuk menjelaskan kebenaran:

… وَاللَّهُ لا يَسْتَحْيِي مِنَ الْحَقِّ …

“…dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar…” (QS. al-Ahzab : 53)

Sifat Malu Allah terhadap hamba yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan seorang hamba karena kemurahan-Nya, adapun penjelasan Allah tentang kebenaran karena keadilan-Nya, maka keduanya tidak saling menafikan.

  • Malu adalah sebagian dari iman:

الإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسِتُّوْنَ شُعْبَةً، والْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيْمَانِ.

“Iman itu terdiri dari enam puluh cabang lebih, dan malu adalah satu cabang dari iman.” (HR. Al-Bukhari: 9, Muslim: 161)

  • Sifat malu seseorang muncul dari keimanannya, Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam melewati seorang laki-laki yang mencela seseorang karena rasa malu, ia berkata: “Engkau sangat pemalu sehingga rasa malu membahayakanmu.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam bersabda:

دَعْهُ فَإِنَّ الْحَيَاءَ مِنَ الإِيْمَانِ

“Biarkanlah ia, karena sesungguhnya malu adalah bagian dari iman.” (HR. Al-Bukhari 6118)

  • Malu pada hamba adalah sifat bagus yang dapat membangkitkan diri untuk menjauhkan dari hal yang buruk dan mencegah dari keteledoran pada orang yang memiliki hak. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:

إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلَامِ النُبُوَّةِ الأوْلى: إِذَا لَمْ تَسْتَحِيْ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ

“sesungguhnya diantara perkataan yang telah dikenal manusia dari kenabian pertama adalah: apabila engkau tidak malu, maka berbuatlah sesukamu.” (HR. al-Bukhari)

Maksudnya, orang yang tidak malu akan berbuat sekehandaknya dari perbuatan keji tersebut.

  • Sifat malu yang paling agung dan paling wajib adalah malu adalah malu kepada Allah azza wa jalla. Pada riwayat at-Tirmidzi dan yang lain dari Abdullah bin Mas’ud radiallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“malulah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Abdullah bin Mas’ud berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami malu dan segala puji hanya milik Allah. Beliau berkata: Bukan itu yang dimaksud, tetapi malu kepada Allah yang sebenarnya adalah engkau menjaga kepala dan apa yang di dalamnya, menjaga perut dan apa yang dikandungnya, dan engkau mengingat kematian dan ujian, dan barang siapa yang menginginkan akhirat, maka dia akan meninggalkan perhiasan dunia, dan barang siapa yang telah melakukan semua itu, maka sungguh dia telah malu kepada Allah dengan sebenar-sebenarnya.” (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi)

Do’a Permohonan:

  1. Diantara kasih sayang dan kemurahan Allah adalah Dia mengajak hamba-hamba-Nya berdo’a kepada-Nya, lalu dia janjikan pengabulan atas mereka, maka sifat malu dikaitkan dengan Rabb yang memiliki sifat pemurah, sebagaimana Nabi shallallahu alaihi wasallam besabda:

 إِنَّ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالى حَيِيٌّ كَرِيْمٌ يَسْتَحْيِيْ مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا.

“Sesungguhnya Rabb kalian tabaraka wata’ala Maha Pemalu lagi Maha Pemurah, Dia malu terhadap hamba-Nya apabila ia mengangkat kedua tangannya (untuk meminta/berdo’a) kepada-Nya, lalu kedua(tangan)nya kembali dengan hampa.” (HR. Abu Dawud: 1490, at-Tirmidzi: 3904, dishahihkan oleh al-Albani)

  • Tidak ada disebutkan nama Al-Hayiyy dalam do’a yang ma’tsur dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, namun ia merupakan nama yang digunakan untuk menyanjung dan mengagungkan Allah.

Wallahu a’lam…

Sumber:

  1. The Miracle of Asmaul Husna: Muallifah
  2. Fiqih Asmaul Husna: Syaikh Abdurrazzaq bin Abdilmuhsin al-Badr.

08 Sya’ban 1441 H / 02 April 2020

Oleh: Ade Abdurrahman

ARTIKEL TERKAIT

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

PALING POPULER