MEMUJI ALLAH KARENA NIKMAT DAN PEMBERIANNYA

MEMUJI ALLAH KARENA NIKMAT DAN PEMBERIANNYA

Pujian kepada Allah ada dua macam. Yaitu pujian atas kebaikan-Nya terhadap hamba-Nya, dan ini termasuk didalamnya syukur, dan pujian atas apa yang menjadi hak-Nya karena kesempurnaan sifat-Nya dan keagungan perbuatan-Nya. Bahkan kebanyakan hadits-hadits tentang pujian kepada Allah, selalu berkenaan dengan asmaulhusna-Nya dan sifat-sifatNya.

Adapun tulisan ini adalah pujian yang berkaitan dengan nikmat dan pemberian-Nya. Yaitu ketika Allah berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡۚ هَلۡ مِنۡ خَٰلِقٍ غَيۡرُ ٱللَّهِ يَرۡزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِۚ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۖ فَأَنَّىٰ تُؤۡفَكُونَ ٣

Artinya: “wahai manusia, ingatlah nikmat Allah kepadamu, apakah ada pencipta selain Allah, memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi selain Dia,  bagaimana kamu dipalingkan”.(Fathir:3).

Nikmat Allah kepada hamba hamba-Nya sangatlah banyak dan beragam. Setiap nikmat tersebut mengharuskan pujian atas pemberi nikmat, yaitu Allah. Ibnu Qoyyim telah mengulas pembahasan tentang jenis pujian ini dalam kitabnya Thariq Al-Hijratain. Beliau menyebutkan bahwa jenis pujian ini, yaitu pujian atas nikmat dan pemberian, dapat disaksikan oleh ciptaannya, baik orang yang baik dan para pelaku dosa, yang beriman dan yang kafir, yaitu berupa limpahan derma-Nya, keluasan pemberian-Nya, kemuliaan nikmat-Nya, keindahan perbuatan-Nya, kebagusan perlakuan-Nya terhadap hamba hamba-hamba-Nya, keluasan rahmat-Nya kepada mereka, kebaktian-Nya, kelembutan-Nya, kasih sayang-Nya, dan pengabulan-Nya kepada doa orang orang terdesak, menyingkap kesulitan orang orang yang berada dalam kesulitan, menolong orang orang yang meminta pertolongan, kasih sayang-Nya terhadap seluruh alam, lebih dahulu sebelum diminta dan tanpa ada hak bagi yang meminta, bahkan semua itu berasal dari-Nya semata mata atas dasar karunia-Nya, kemuliaan-Nya, dan kebaikan-Nya, menolak cobaan dan musibah setelah ada sebab-sebab nya, memalingkan cobaan dan musibah itu setelah terjadinya, kelembutan-Nya dalam hal itu kepada apa  yang tidak dicapai angan-angan, hidayah-Nya kepada orang orang khusus baginya dan hamba hamba-Nya menuju negri keselamatan, pembelaan terhadap mereka dengan sebaik baik pembelaan, penjagaan mereka dari peluang peluang dosa,  menjadikan iman dicintai oleh mereka serta menghiasinya di hati mereka, menjadikan kufur, fasik, dan kemaksiatan di benci oleh mereka, serta menjadikan mereka orang orang mendapat bimbingan, menuliskan di hati mereka keimanan dan menguatkannya dengan ruh dari-Nya, menamai mereka kaum muslimin sebelum menciptakan mereka, menyebut nyebut mereka sebelum mereka menyebut-Nya, memberi sebelum mereka meminta kepada-Nya, menghendaki kecintaan mereka dengan sebab nikmat-Nya meski Dia tidak butuh hal itu.

Allah berbicara pula kepada mereka dengan pembicaraan kasih sayang, kecintaan, dan kelembutan, seperti firman-Nya:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعۡبُدُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُمۡ وَٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ٢١ ٱلَّذِي جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ فِرَٰشٗا وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءٗ وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ فَأَخۡرَجَ بِهِۦ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ رِزۡقٗا لَّكُمۡۖ فَلَا تَجۡعَلُواْ لِلَّهِ أَندَادٗا وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ٢٢

Artinya: “Wahai sekalian manusia, sembahlah robbmu yang telah menciptakan kamu dan orang orang sebelum kamu, mudah mudahan kamu bertakwa. Yang menjadikan bagi kamu bumi sebagai hamparan dan langit sebagai bangunan, dan menurunkan air dari langit lalu mengeluarkan dengan sebab air itu buah buahan sebagai rizki bagi kamu janganlah kamu jadikan bagi Allah tandingan tandingan sementara engkau mengetahui.”(Al baqoroh; 21-22)

Kebanyakan ayat Alquran datang dengan bentuk pembicaraan seperti ini terhadap hamba-hamba-Nya, yaitu dengan kasih sayang, kelembutan dan nasehat yang berharga.

Kemudia Allah ﷻ tidaklah butuh kepada hamba-hamba-Nya, Allah tidaklah menciptakan mereka supaya bertambah kemulian-Nya, atau kebesaran-Nya. Bahkan Allah menciptakan hamba-Nya agar beribadah kepada-Nya, supaya Allah semakin memberikan banyak karunia kepada hamba-Nya. Allah berfirman:

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ ٥٦ مَآ أُرِيدُ مِنۡهُم مِّن رِّزۡقٖ وَمَآ أُرِيدُ أَن يُطۡعِمُونِ ٥٧  إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلرَّزَّاقُ ذُو ٱلۡقُوَّةِ ٱلۡمَتِينُ ٥٨

Artinya: “tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah kepada–Ku saja. Aku tidak menginginkan dari mereka rejeki dan tidak juga menginginkan mereka memberiKu makan. Sesungguhnya Dialah Allah ArRazzaq Yang Maha memberi rejeki dan pemilik kekuatan yang kokoh”. [QS.Adz-Dzariyat: 56-58].

Maka Allah tidak butuh untuk mengambil sesuatu dari apa yang mereka nafkahkan. Bahkan Dia Allah Maha Kaya dengan diri-Nya sendiri. Maha Terpuji dengan diri-Nya sendiri. Adapun manfaat infaq mereka akan kembali kepada mereka sendiri, sebagaimana perbuatan baik itu akan kembali kepada diri mereka sendiri. Allah berfirman:

إِنۡ أَحۡسَنتُمۡ أَحۡسَنتُمۡ لِأَنفُسِكُمۡۖ وَإِنۡ أَسَأۡتُمۡ فَلَهَاۚ

Artinya: “Jika kamu berbuat baik, maka perbuatan baik itu untuk dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat buruk maka ia akan menanggung akibatnya sendiri.” [QS.Al-Isra’: 7].

Demikianlah, barangsiapa yang memikirkan pokok-pokok nikmat serta apa yang menjadi konsekwensi dari pujian untuk Allah, dzikir, syukur, memperbaiki ibadah kepada-Nya. Maka hendaklah dia terus menerus mentadaburi nikmat Allah dan merenungkan konswekuensi berupa syukur, yang semua itu mengharuskan pujian kepada Allah.

(tulisan ini ringkasan dari buku Fiqih Do`a dan Dzikir karya Syaikh Abdurrazaq hafidzahullah)

وصلى الله على نبينا محمد وعلى اله وسلم

Faisal Mista,

Cianjur, Komp.Masjid Al-Bayaan