MAKNA TASBIH
Tasbih adalah pensucian. Asal kata ini dari as-sabhu yang bermakna jauh. Al-Azhari berkata dalam Tahzib AL-Lughoh, maknanya adalah mensucikan Allah dari keburukan yakni menjauhkan dari hal itu. Demikian juga bila dikatakan bertasbih kepada-Nya, yakni menjauhkan-Nya dari hal tersebut. Ia berasal dari perkataanmu, `sabahtu fil ardhi,` yakni aku berjalan jauh di muka bumi. Diantara penggunaan dengan makna ini adalah firman Allah:
لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ ۚ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
Artinya: “Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” (QS.Yasin:40).
Dan firman-Nya:
وَالسَّابِحَاتِ سَبْحًا
Artinya: “dan para malaikat yang turun dengan cepat” (QS.An-Nazi`at:3)
Tasbih adalah menjauhkan sifat-sifat kekurangan untuk disandarkan kepada Allah. Mensucikan rabb dari keburukan dan dari apa-apa yang tidak patut bagi-Nya. Asal dari tasbih kepada Allah dikalangan orang-orang Arab adalah mensucikan-Nya dari penisbatan sifat yang bukan termasuk sifat-sifat-Nya, dan membebaskan-Nya dari hal-hal itu.
Diriwayatkan Al-Hakim dalam Mustadrak dari Abdurrahman bin Hammad, Hafsh bin Sulaiman menceritakan kepada kami, Thalhah bin Yahya bin Thalhah menceritakan kepada kami dari bapaknya dari Thalhah bin Ubaidillah dia berkata: “aku bertanya kepada Rasulullah tentang tafsir `subhanallah`, maka beliau berkata:
هو تنزيه الله عن كل سوء
Artinya: “tasbih adalah pensucian kepada Allah dari segala keburukan”.
Lalu disebutkan riwayat yang sangat banyak dari para ulama salaf dengan makna ini. Sejumlah Riwayat tersebut disebutkan oleh At-Thabari dalam tafsirnya, begitu juga At-Tabrani dalam kitab Ad-Du`a, pada bab tafsir kalimat subahanallah. Diantaranya apa yang disebutkan Ibnu Abbas radiyallahu anhuma, bahwa beliau berkata: “subhanallah adalah mensucikan Allah dari segala keburukan”.
Dari Abdullah bin Buraidah, bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Ali bin Abi Thalib Radiyallahuanhu tentang subhanallah, maka beliau berkata, “maksudnya adalah membesarkan keagungan Allah”.
Kemudian dari Muhammad bin `Aisyah dia berkata, “orang Arab jika mengingkari sesuatu dan mengagungkan-Nya niscaya dia berkata `subhanallah`. Seakan ia adalah pensucian kepada Allah dari segala yang buruk. Yang tidak patut disifati bagi-Nya.”
Al-Azhari menukil dalam kitabnya Tahzib Al-Lughah, dari sejumlah pakar Bahasa arab, bahwa tafsir tasbih adalah `as-sabiq` (yang mendahului). Beliau berkata, “inti dari maknanya adalah menjauhkan Allah subhana wa ta`ala dari memiliki keserupaan, sekutu, lawan dan juga tandingan bagi-Nya.
Berdasarkan dari nukilan-nukilan diatas, maka jelaslah bahwa makna tasbih adalah mensucikan Allah dari semua kekurangan dan aib, serta mensucikan Allah dari keserupaan dan kesamaan dengan makluk-Nya baik dzat-Nya, sifat-sifat-Nya atau perbuatan-perbuatan-Nya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “perintah bertasbih kepada-Nya, berkonsekuensi terhadap pensucian-Nya dari segala aib dan keburukan, serta menetapkan pujian-pijian yang digunakan untuk memuji-Nya. Maka konsekuensi tasbih itu adalah mensucikan-Nya, memuji-Nya, mengagungkan-Nya, serta mengEsakan-Nya.”
Ibnu Rajab berkata tentang firman Allah:
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ
Artinya: “bertasbihlah dengan memuji Rabbmu”. (QS. AlHijr: 98). Yakni, bertasbihlah kepadanya dengan apa yang Allah perintahkan untuk memuji-Nya, dengan zikir yang Dia gunakan untuk memuji diri-Nya sendiri. Karena tidak semua tasbih itu terpuji. Sebagaimana tasbihnya kaum mu`tazilah yang berkonsekuensi menafikan sifat-sifat Allah. (lihat tafsir surat An-Nashr).
Perkataan beliau “karena tidak semua tasbih itu terpuji”, merupakan perkataan yang sangat penting dan sangat teliti. Karena tasbih kepada Allah dengan cara mengingkari sifat-sifat-Nya, menolaknya, dan tidak menetapkannya ini adalah perkara yang tidak terpuji bagi pelakunya. Bahkan patut mendapaat celaan bagi pelakunya. Dengan keyakinan itu (menolak sifat-sifat Allah) maka mereka bukanlah termasuk orang-orang yang bertasbih dan memuji Allah. maka Allah pun mensucikan diri-Nya dari keyakinan-keyakinan batil tentang diri-Nya. Allah berfirman:
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ . وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ . وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Artinya:”Maha Suci Rabbmu pemilik kemuliaan dari apa-apa yang mereka sifatkan. Salam sejahtera atas para Rasul. Dan segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.”
(QS.As-Shafat:180-182).
Sungguh tasbih merupakan ketaatan yang besar dan bentuk ibadah yang agung. Allah menyukai dan mencintai orang-orang yang bertasbih. Wajib bagi hamba yang beriman agar senantiasa bertasbih kepada Allah dengan tasbih yang sesuai petunjuk-Nya dan petunjuk Nabi-Nya yang lurus. Sehingga dia benar-benar telah menunaikan tasbih dengan tasbih yang benar yaitu mensucikan Allah dari segala aib dan kekurangan, serta mensucikan Allah dari segala keserupaan dengan makhluk-Nya.
(tulisan ini ringkasan dari buku Fiqih Do`a dan Dzikir karya Syaikh Abdurrazaq hafidzahullah)
وصلى الله على نبينا محمد وعلى اله وسلم
Faisal Mista,
Cianjur, Komp.Masjid Al-Bayaan