asd
Home Fiqih Do'a dan Dzikir DIANTARA DZIKIR-DZIKIR SHALAT

DIANTARA DZIKIR-DZIKIR SHALAT

0

DIANTARA DZIKIR-DZIKIR SHALAT

Dzikir-dzikir yang berkaitan dengan shalat. Dzikir ini secara garis besarnya adalah pujian bagi Allah Ta’ala, sanjungan atas-Nya dan pengagungan kepada-Nya.

Rasulullah Shallalahu Alaihi Wasalam bersabda:

إِذَا قَالَ الْإِمَامُ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقُولُوا اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلَ الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Jika Imam mengucapkan ‘SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH (semoga Allah mendengar pujian orang yang memuji-Nya) ‘, maka ucapkanlah: ‘ALLAHUMMA RABBANAA LAKAL HAMDU (Wahai Rabb kami, bagi-Mu lah segala pujian) ‘.” Karena barangsiapa yang ucapannya bersamaan dengan ucapan Malaikat, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni. (HR Bukhari)

Lafadz  ‘Rabbana’ (wahai Rabb kami) mengandung makna ‘Engkau Rabb dan Raja pengayom yang ditangan-Nya kendali segala urusan serta kepada-Nya tempat kembali.

Lafadz ‘walakal hamdu’ (dan bagi-Mu segala pujian) maka hal itu mengandung makna perkataan ahli tauhid, bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala pujian.

Apabila bangkit dari ruku maka beliau mengucapkan.

رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ

 ‘Ya Allah, Rabb kami, segala puji bagimu sepenuh langit dan bumi serta sepenuh sesuatu yang Engkau kehendaki setelah itu. (HR Muslim)

Lafadz “sepenuh langit dan seterusnya… “ Yaitu pujian sifat dan kedudukannya, bahwa ia memenuhi alam semesta, serta ruang diantara langit dan bumi.

Lafadz “Dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki dari sesuatu sesudahnya” Yaitu pujian memenuhi apa yang diciptakan Rabb Ta’ala sesudah itu, dan apa yang dikehendaki-Nya.

Ketika beliau mengangkat kepalanya dari ruku’ maka beliau mengucapkan:

سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ

Jika imam mengucapkan ‘Samia’allahu liman hamidah’, maka ucapkanlah: ‘Allahumma rabbana lakal hamdu’. (HR Bukhari)

Jika imam mengucapkan ‘Samia’allahu liman hamidah’, maka ucapkanlah: ‘Allahumma rabbana lakal hamdu’.

Seorang laki-laki di belakangnya berkata:

رَبَّنَا وَلَكَ الحَمْدُ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ

Ya Robb kami, bagi-Mu segala puji, pujian yang banyak, yang baik dan penuh berkah.

رَأَيْتُ بِضْعَةً وَثَلاَثِينَ مَلَكًا يَبْتَدِرُونَهَا أَيُّهُمْ يَكْتُبُهَا أَوَّلُ

“Saya melihat lebih dari tiga puluh tiga malaikat berlomba-lomba untuk menjadi malaikat yang pertama dalam mencatat pahala bacaan tersebut.” (HR Bukhari)

Lafadz “pujian yang banyak, baik dan penuh berkah padanya” Yaitu aku memuji-Nys sebenar-benarnya pujian, karena kata hamdan disini adalah ‘maful mutlaq’ yang mempertegas kata sebelumnya.

Lafadz “Siapa yang berbicara?” Yaitu orang yang mengucapkan kalimat “Wahai Rabb kami, dan bagi-Mu segala pujian dan penuh berkah padanya”

Diantara faidah dari hadits ini, bahwa bagi makmum hendaknya bersegera mengucapkan, “Rabbana wa lakal hamdu” (Wahai Rabb kami dan bagi-Mu segala pujian) sesudah imam membaca “sami’ allahu liman hamidah”. Hal ini disimpulkan dari penggunaan huruf ‘fa’ pada lafadz. Sebab huruf ‘fa’ menunjukkan kejadian beriringan secara langsung.

Hadits ini diambil faidah tentang banyaknya para malaikat pencatat amalan, kecintaan para malaikat terhadap kebaikan dan pelakunya, serta perlombaan dan persaingan mereka dalam hal itu.

Hadits ini juga terdapat keistimewaan Nabi Shallallahu Alaihi wasalam berupa kemampuan bisa melihat para malaikat. Beliau melihatnya dalam shalat namun tidak dilihat oleh para sahabat disekitarnya.

 

( Tulisan ini diringkas dari buku Fiqih Doa dan Dzikir karya Syaikh Abdurrazaq bin Abdil Muhsin Al- Badr Hafidzohullahu Ta’ala )

 

Cianjur, Komplek Masjid Al- Bayaan

Senin, 19 Mei 2022/ 19 Syawwal 1443

Fitra Aryasandi, S.Ag

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version