asd
Home Fiqih Do'a dan Dzikir SEBAGIAN ADAB-ADAB BERDZIKIR

SEBAGIAN ADAB-ADAB BERDZIKIR

0

SEBAGIAN ADAB-ADAB BERDZIKIR

Diantara ayat Al-Qur’an yang mengandung adab-adab berdzikir adalah firman-Nya:

وَاذْكُر رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ وَلَا تَكُن مِّنَ الْغَافِلِينَ

“Sebutlah (dzikir) pada Rabbmu pada dirimu dengan tunduk dan perlahan tanpa mengeraskan suara di waktu pagi dan petang, dan janganlah engkau menjadi orang-orang lalai.” (QS. Al-A’raf: 205)

Di dalam ayat diatas terdapat perintah untuk berdzikir dan larangan agar jangan menjadi orang yang lalai dari berdzikir. Namun dalam ayat tersebut terdapat adab-adab mulia yang patut dilaksanakan ketika berdzikir, yaitu:

Pertama, dzikir dilakukan dalam diri. Karena menyembunyikan dzikir lebih dapat mendatangkan keikhlasan, lebih dekat untuk dikabulkan, dan lebih jauh dari riya.

Kedua, hendaknya dilakukan dengan merendahkan diri, yaitu menghinakan diri dan tunduk serta mengakui kekurangan.

Ketiga, hendaknya dilakukan dengan rasa takut, yakni takut tidak maksimal dalam beramal dan takut tidak diterima.

Keempat, dilakukan tanpa dikeraskan, karena ia lebih mudah untuk di renungi, Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkta, ‘oleh karena itu dikatakan , “tanpa mengeraskan suara,” dan demikianlah disukai keadaan dzikir, bukan dalam bentuk seruan dan bukan dikeraskan sekeras-kerasnya.”

Kelima, hendaknya diucapkan dengan lisan bukan denga hati saja, dan ini disimpulkan dari firman-Nya, “tanpa mengeraskan.” Karena maknanya diucapkan dengan ucapan tidak keras.

Keenam, hendaknya dilakukan pagi dan petang, yakni pagi hari dan sore hari. Maka ayat itu menunjukan keistimewaan dua waktu ini. Hal itu karena keduanya adalah waktu tenang, istirahat, ibadah, dan kesungguhan (dalam beribadah). Adapun waktu diantara keduanya umumnya tersibukan dengan urusan kehidupan. Telah diriwayatkan bahwa amalan hamba dinaikkan pada awal dan akhir siang. Maka tuntunan dzikir pada keduanya untuk menjadikan amalan dan penutupnya dengan dzikir.

Ketujuh, larangan lalai berdzikir, berdasarkan firman-Nya:  “Janganlah menjadi orang-orang yang lalai.” Yakni orang-orang yang lalai berdzikir pada Allah dan mengabaikannya. Disini terdapat isyarat untuk senantiasa komitmen dalam dzikir pada Allah. Amal yang paling disukai Allah adalah yang dilakukan terus-menerus meskipun sedikit.

Inilah, tujuh adab berdzikir yang terkandung dalam ayat yang mulia tersebut. Kemudian, pada ayat setelahnya Allah Ta’ala menyebutkan pujian kepada para malaikat yang selalu bertasbih malam dan siang tanpa pernah lelah, Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ عِندَ رَبِّكَ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَيُسَبِّحُونَهُ وَلَهُ يَسْجُدُونَ

“sesungguhnya mereka yang berada di sisi Rabbmu tidaklah sombong dari beribadah kepada-Nya, dan mereka bertasbih padanya, dan kepada-Nya mereka bersujud.” (QS. Al-A’raf: 206)

Allah telah mensifati malaikat pada ayat ini bahwa mereka tidak sombong dalam beribadah kepada-Nya, mereka selalu bertasbih dan bersujud kepad-Nya. Di sini pula terdapat anjuran bagi orang-orang beriman untuk meneladani para mala’ikat dalam beribadah kepada Allah. 

Diringkas dari buku Fiqih Do’a dan Dzikir karya Syaikh Abdurrazzaq Al-Badr

Penulis: Ade Abdurrahman

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version