asd
Home Fiqih Do'a dan Dzikir Kedudukan Doa yang Disebutkan dalam Surat Al-Fatihah

Kedudukan Doa yang Disebutkan dalam Surat Al-Fatihah

0

Kedudukan doa yang disebutkan dalam Surat Al-Fatihah

Sungguh di antara doa yang paling agung yang disebutkan dalam AL-Qur’an dan paling mengumpulkan kebaikan adalah doa berkah yang dikandung surah AL-Fatihah. Surah paling utama dalam Al-Qur’an mulia. Doa yang dimaksud tecakup dalam firman-Nya:

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (٦)صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ (٧)

Tunjukilah Kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Ini adalah doa yang agung yang penuh berkah. Bahkan ia adalah doa yang paling bermanfaat dan paling agung. Kebutuhan manusia terhadapnya lebih besar daripada kebutuhan mereka terhadap doa-doa lainnya. Oleh karena itu, mereka diperintah berdoa pada setiap rakaat dalam shalat. Seorang muslim  mengucapkannya pada setiap hari tujuh belas kali dalam shalat fardhu. Tidak ada seperti ini bagi doa-doa lainnya. Syaikhul islam ibnu taimiyah rahimahullah berkata,” oleh karena itu, doa yang paling bermanfaat, paling agung, dan paling bijak, adalah doa Al-Fatihah…”

Meski apa yang dimiliki doa agung ini dari posisi dan kedudukan, tetap saja kebanyakan manusia terkadang membaca doa ini di surah Al-Fatihah, tanpa menyadari bahwa ia adalah doa. Alangkah besar kebutuhan kaum muslimin yang awam untuk diingatkan bahwa doa ini sangat agung. Rabb tabaraka wata’ala telah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk berdoa dengannya.

Beliau berkata pula dalam risalah yang kecil namun mengandung manfaat besar, tentang apa yang patut bagi seseorang pengajar untuk diajarkannya, “di antara perkara paling agung yang mesti ditekankan baginya adalah  merendah kepada Allah subhana wata’ala, memberi nasehat, dan mengahadirkan hati pada doa al-fatihah apabila sholat.

Demikian pula alangkah besar kebutuhan mereka untuk mengerti maknanya, memahami kandungannya, dan mengetahui kesempurnaan doa yang penuh berkah ini, serta cakupannya terhadap dua kebaikan; dunia dan akhirat. Ia adalah doa yang paling lengkap dan paling bermanfaat bagi hamba. Oleh karena itu, wajib bagi seorang muslim untuk berdoa kepada Allah dengan di setiap dalam shalatnya, karena kepentingannya terhadap doa lengkap bagi berkah ini.

Sungguh sebaik-baik yang dibukakan bagi muslim adalah pintu pemahaman surah ini serta apa yang dikandungnya berupa doa yang agung lagi lengkap. Imam muslim meriwayatkan dalam shahihnya dari hadis dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda,

قَالَ اللهُ تَعَالَى: قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} ، قَالَ اللهُ تَعَالَى: حَمِدَنِي عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: {الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ}، قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: {مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ}، قَالَ: مَجَّدَنِي عَبْدِي – وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي – فَإِذَا قَالَ: {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} قَالَ: هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ: {اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} قَالَ: هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَل

Allah berfirman, “Saya membagi shalat antara diri-Ku dan hamba-Ku menjadi dua. Untuk hamba-Ku apa yang dia minta.

Apabila hamba-Ku membaca, “Alhamdulillahi rabbil ‘alamin.”

Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku memuji-Ku.”

Apabila hamba-Ku membaca, “Ar-rahmanir Rahiim.”

Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku mengulangi pujian untuk-Ku.”

Apabila hamba-Ku membaca, “Maaliki yaumid diin.”

Apabila hamba-Ku membaca, “Hamba-Ku mengagungkan-Ku.” Dalam riwayat lain, Allah berfirman, “Hamba-Ku telah menyerahkan urusannya kepada-Ku.”

Apabila hamba-Ku membaca, “Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’in.”

Allah Ta’ala berfirman, “Ini antara diri-Ku dan hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku sesuai apa yang dia minta.”

Apabila hamba-Ku membaca, “Ihdinas-Shirathal mustaqiim….dst. sampai akhir surat.”

Allah Ta’ala berfirman, “Ini milik hamba-Ku dan untuk hamba-Ku sesuai yang dia minta.”1

Kalau hamba mencermati hal itu, dan dia mengetahui apa yang dikandung surah ini berupa sanjungan kepada Allah subhana wata’ala, pengagungan kepada-Nya dan kandungannya berupa doa, permintaaan, dan tuntutan kepada Allah subhana wata’ala, lalu menyakini pengabulan dari Allah untuknya, niscaya menjadi jelas baginya keagungan manfaat dan pengaruhnya, serta banyaknya faidah maupun hasilnya. Kalau hamba mengatakan ‘segala puji bagi Allah Rabb semesta Allah,’ hendaknya berhenti sejenak menunggu jawaban rabbnya untuknya, yaitu firman-Nya,’Hamba-Ku memujiku.’ Jika dia mengatakan,’ Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,’hendaknya berhenti sejenak menunggu jawaban, yaitu firman-Nya,’ Hamba-Ku menyanjung-Ku.’ Ketika dia berkata pemilik hari pembalasan,’hendaknya berhentinya sejenak menunggu jawaban,yaitu firman-Nya,’ Hamba-Ku mengagungkan-Ku.’ Alangka lezat hatinya, dan alangkah sejuk matanya, serta alangkah gembira jiwanya, terhadap karunia yang agung dan mulia ini.

Catatan:

1.HR. Ahmad 7291, Muslim 395 dan yang lainnya

Sumber : Diringkas dari buku fiqih doa dan dzikir syekh Abdurazzak hafizahullah ta’alaa.

Oleh: Dzakwan Mukhtar

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version