asd
Home Fiqih Do'a dan Dzikir KALIMAT PUJIAN YANG PALING UTAMA DAN PALING SEMPURNA

KALIMAT PUJIAN YANG PALING UTAMA DAN PALING SEMPURNA

0

KALIMAT PUJIAN YANG PALING UTAMA DAN PALING SEMPURNA

Sebagian ahli ilmu menyebutkan bahwa seutama-utama ungkapan pujian adalah ‘alhamdulillah hamdan yuwaafi ni’amahu wa yukafi mazidahu (Segala puji bagi Allah dengan pujian yang mencukupi nikmat-nikmat-Nya dan membalas tambahannya). Mereka berhujjah dengan apa yang disebutkan dari Abu Nashr At-Tammar, bahwa dia berkata; Adam  berkata; Ya Allah, aku telah disibukkan oleh usaha dengan kedua tanganku, maka ajarilah aku dari sesuatu rangkuman pujian dan tasbih, Lalu Allah mewahyukan kepadanya, “Wahai Adam, apabila pagi hari maka ucapkanlah tiga kali dan bila sore hari maka ucapkan pula tiga kali, alhamdulillah robbil alamiin, hamdan yuwaffi ni’amahu wa yukafi mazidahu (Segala puji bagi Allah robb semesta alam dengan pujian yang mencukupi nikmat-nikmat-Nya dan membalas tambahannya), itulah rangkuman dari pujian.

Lalu masalah itu diajukan kepada Imam Ibnu Qoyyim Al jauziah, lalu beliau berkata; “Hadits ini tidak terdapat dalam dua kitab Shahih bahkan tidak pula salah satunya,. Tidak dikenal pada sesuatu dari kitab-kitab hadits pegangan. Ia tidak memiliki sanad yang dikenal. Hanya saja diriwayatkan dari Abu Nashr At-Tammar dari Adam bapak manusia. Tidak ada mengetahui berapa perantara (sanad) antara Abu Nasr dengan Adam kecuali Allah.”

Ibnu Qoyyim berkata; “Adapun yang dikenal berupa pujian, yang dipuji oleh Allah terhadap diri-Nya, dan digunakan memuji oleh Rasullullah serta penghulu penghulu kaum yang arif, dan pujian mereka tidak terdapat lafadz ini sama sekali.”

Berdasarkan penelitian yang disebutkan oleh beliau menjadi jelas kelemahan ungkapan pujian ini, dari sisi periwayatan. Sekiranya dia Shahih dan merupakan ungkapan pujian paling utama, tentu Rasullullah ﷺ tidak akan berpaling darinya, dan tidak akan mengedepankan selainnya.

Telah berlalu pula bersama kita sabda Nabi ﷺ, doa yang paling utama adalah ‘alhamdulillah’ berdasarkan hal ini diketahui, sekiranya ungkapan pujian itu merupakan pujian paling sempurna, tentu Rasulullah ﷺ tidak meninggalkannya.

Lebih bagus dan lebih sempurna daripada ini, apa yang tercantum dalam Shahih Bukhari dan selainnya, dari Abu Umamah Al-Bahiliy a, bahwa Nabi ﷺ apabila diangkat hidangannya maka beliau mengucapkan;

الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ غَيْرَ مكفي ولا مُوَدَّعٍ وَلاَ مُسْتَغْنًى عَنْهُ رَبُّنَا

Segala puji bagi Allah, pujian yang banyak, baik dan berkah, tanpa merasa cukup, dan tidak meninggalkannya, serta tak pernah merasa tidak butuh kepada-Nya, wahai Rabb kami. [HR.Bukhari].

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata tentang makna hadits ini, “apabila makhluk memberikan suatu nikmat kepadamu, maka mungkin bagimu membalasnya, dan nikmat itu tidak akan berkelanjutan padamu, bahkan bisa jadi dia meninggalkanmu dan memutus nikmat itu, atau mungkin kamu tidak membutuhkan nikmat itu lagi. Tetapi Allah tidak mungkin bagimu bisa membalas atas nikmat-Nya, dan jia Dia memberikan nikmat kepadamu niscaya akan berkelanjutan, sungguh Allah Maha Kaya dan Maha Cukup, dan (makhluk) tak pernah merasa tak butuh kepada-Nya walaupun sekejap mata.” [lihat shiyagh alhamdi li ibnu qayyim].

Segala puji bagi Allah ﷻ dengan pujian-pujian yang digunakan-Nya untuk memuji diri-Nya sendiri, dan digunakan memuji oleh orang-orang pilihan diantara ciptaan-Nya, pujian yang banyak, yang baik dan berkah, sebagaimana dicintai Rabb kita dan diridhoi-Nya.

(tulisan ini ringkasan dari buku Fiqih Do`a dan Dzikir karya Syaikh Abdurrazaq hafidzahullah)

وصلى الله على نبينا محمد وعلى اله وسلم

Faisal Mista,

Cianjur, Komp.Masjid Al-Bayaan

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version