asd
Home Fiqih Do'a dan Dzikir HADITS-HADITS PERMINTAAN PERLINDUNGAN (3)

HADITS-HADITS PERMINTAAN PERLINDUNGAN (3)

0

HADITS-HADITS PERMINTAAN PERLINDUNGAN (3)

Keempat, dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu dia berkata, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam biasa berdoa:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَالْهَرَمِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ

‘Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari ketidakberdayaan, kemalasan, kepengecutan, dan ketuaan. Aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah yang hidup dan yang mati.” Diriwayatkan Imam Bukhori dan Muslim.

Doa penuh berkah ini mengandung permintaan perlindungan dari tujuh perkara yaitu:

  1. Lafadz, “Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari ketidakberdayaan”. Ketidakberdayaan merupakan lawan dari kekuatan, arti dasarnya adalah mundur dari sesuatu. Ketidakberdayaan ini muncul akibat perbuatan dosa.
  2. Lafadz, “kemalasan”. Ia adalah kelesuan jiwa dan berat dalam mengerjakan amal-amal shalih. Al-Allamah Ibnu Al-Qayyim Rahimahullahu Ta’ala, “Tidak berdaya dan malas adalah dua sekawan. Sebab luputnya maslahat hamba, kesempurnaannya, kelezatannya, dan kegembiraannya, bisa saja sumbernya adalah tidak adanya kekuatan –yaitu ketidakberdayaan- atau memiliki kemampuan akan tetapi luput darinya karena tidak adanya kehendak –yaitu kemalasan-. Maka orang malas lebih dicela melebihi celaan kepada orang tidak berdaya. Terkadang pula ketidakberdayaan merupakan buah dari kemalasan sehingga tercela. Betapa sering seseorang yang malas mengerjakan sesuatu yang dia mampu melakukannya, kehendaknya melemah untuk hal ini, sehingga berdampak kepada ketidakberdayaannya untuk mengerjakannya.”
  3. Lafadz, “kepengecutan”. Al-Allamah Ibnu Al-Qayyim Rahimahullahu Ta’ala, “Kepengecutan dan kebakhilan merupakan dua sekawan. Hal itu karena kebaikan menggembirakan hati, melapangkan dada mendatangkan kenikmatan, dan menolak siksaan. Meninggalkannya mendatangkan kehinaan dan kesempitan serta menghalangi datangnya nikmat kepadanya. Kepengecutan adalah meninggalkan kebaikan dengan badan. Sedangkan kebakhilan adalah meninggalkan kebaikan dengan harta.
  4. Lafadz, “Dan ketuaan”. Ia adalah usia yang lanjut dimana indera dan kekuatan melemah, pemahaman dan akal padanya menjadi tidak stabil. Al-Allamah Asy-Syaukani Rahimahullahu Ta’ala berkata, “Adapun sekedar panjang umur disertai keselamatan indera dan kesehatan pemahaman, maka itu termasuk perkara yang perlu diminta. Hal itu kerena keberadaan seorang mukmin besenang-senang dengan inderanya, melaksanakan apa yang diwajibkan atasnya, menjauhi apa yang tidak halal padanya adalah menjadi sebab tercapainya pahala dan tambah kebaikan baginya.” Dalam hadits dikatakan:

خَيْرُ النَّاسِ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ، وَشَرُّ النَّاسِ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ

 “Sebaik-baik manusia adalah orang yang panjang umurnya dan bagus amalannya. Sedangkan seburuk-buruk manusia adalah orang yang panjang umurnya dan buruk amalannya.” (HR.Ahmad).

Perkara paling besar yang membantu keselamatan indera dan kesehatan pemahaman di masa tua adalah memelihara ketaatan dan terus-menerus beribadah. Dalam hadits berkata : “Peliharalah Allah niscaya Dia akan memeliharamu.”

  • Lafadz, “Aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur”. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda : “Wahai sekalian manusia, berlindunglah kepada Allah dari azab kubur, sungguh azab kubur adalah haq.”
  • Lafadz, “Dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah yang hidup”
  • Lafadz, “Dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah yang mati.”. Al-Hafidz Ibnu Hajar Rahimahullahu Ta’ala berkata, “Adapun fitnah yang hidup dan yang mati, maka Ibnu Baththal berkata, ‘Ini adalah kalimat yang merangkum makna-makna yang banyak, sudah sepantasnya bagi setia orang mengharap kepada Rabbnya pada semua itu.’”

Setan sangat bersungguh-sungguh untuk menyelewengkan anak keturunan adam saat kemetian. Sebab itu adalah waktu yang sangat menentukan. Nabi Shallallahu ‘Alihi wa Sallam bersabda, “Amal-amal berdasarkan penutup-penutupnya.” Abdullah bin Al-Imam Ahmad Rahimahumallahu Ta’ala berkata, “Ketika bapakku menghampiri kematiannya maka beliau berkata, ‘Tidak, menjauhlah… tidak, menjauhlah.’ Aku berkata, ‘Wahai bapakku, ada apakah ini?’ Beliau berkata, ‘Iblis berdiri di sampingku sambil menggigit jari-jarinya dan berkata kepadaku, Wahai Ahmad, engkau telah meluputkanku. Maka aku berkata kepadanya, tidak, menjauhlah, hingga aku mati.’”  Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala melindungi kita darinya.

 ( Tulisan ini diringkas dari buku Fiqih Doa dan Dzikir karya Syaikh Abdurrazaq bin Abdil Muhsin Al- Badr Hafidzohullahu Ta’ala )

Cianjur, Komplek Masjid Al- Bayaan

Selasa, 6 April 2021 / 23 Sya’ban 1442 H

Muhamad Adi Firmanto

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version