asd
Home Fiqih Do'a dan Dzikir DZIKIR-DZIKIR DUA TEPI SIANG PART 2 : KEUTAMAAN SAYYIDUL ISTIGHFAR

DZIKIR-DZIKIR DUA TEPI SIANG PART 2 : KEUTAMAAN SAYYIDUL ISTIGHFAR

0

DZIKIR-DZIKIR DUA TEPI SIANG PART 2 : KEUTAMAAN SAYYIDUL ISTIGHFAR

Sesungguhnya di antara dzikir-dzikir agung dan do’a-doa berkah yang sepantasnya bagi seorang muslim untuk konsisten melakukannya di setiap pagi dan sore, adalah apa yang tercantum dalam shahih Bukhari, dari hadits Syaddad bin Aus radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:

سَيِّدُ الْاِسْتِغْفارِ أَنْ يَقُوْلَ الْعَبْدُ اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ ، لَا إِلٰـهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمتِكَ عَلَيَّ ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ ، فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ  مَنْ قَالَهَا مِنَ النَّهَارِ مُوْقِنًا بِهَا ، فَمَـاتَ مِنْ يوْمِهِ قَبْل أَنْ يُمْسِيَ ، فَهُو مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، وَمَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ وَهُوَ مُوْقِنٌ بِهَا فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ ، فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ 

Penghulu istighfar adalah seorang mengucapkan: (Ya Allâh, Engkau adalah Rabbku, tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Engkau. Engkau yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu. Aku menetapi perjanjian-Mu dan janji-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku kepada-Mu, maka ampunilah aku. Sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau). (Beliau bersabda) “Barangsiapa mengucapkannya di waktu siang dengan penuh keyakinan lalu meninggal pada hari itu sebelum waktu sore, maka ia termasuk penghuni surga. Barangsiapa membacanya di waktu malam dengan penuh keyakinan lalu meninggal sebelum masuk waktu pagi, maka ia termasuk penghuni surga. (shahih Bukhari, no. 6306)

Ini adalah doa agung yang mengumpulkan makna-makna taubat dan menghinakan diri kepada Allah tabaraka wata’ala serta kembali pada-Nya. Nabi mensifatinya sebagai sayyid (penghulu) istighfar. Hal itu karena ia mengungguli ungkapan-ungkapan istighfar yang lainnya dari segi keutamaan, serta dari segi tingkatannya. Di antara makna sayyid adalah yang mengungguli kaumnya dalam hal kebaikan, dan berada di atas mereka.

Sisi keutamaan do’a ini dari istighfar-istighfar lainnya, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam memulainya dengan pujian kepada Allah ta’ala pengakuan bahwa dirinya adalah hamba Allah ta’ala yang di miliki dan diciptakan Allah ta’ala. Adapun Allah ta’ala adalah sesembahan haq dan tidak ada sesembahan yang haq selain-Nya. Bahwa dia (hamba) komitmen di atas perjanjian, berupa keimanan terhadap-Nya, kitab-Nya, semua Nabi dan Rasul-Nya. Komitmen hamba tersebut sesuai dengan daya dan kemampuannya.

Kemudian dia meminta perlindungan kepada-Nya subhanahu wata’ala dari keburukan perbuatannya, dan kekurangan dalam melakukan apa yang wajib atasnya, seperti tidak mensyukuri nikkmat-nikmat-Nya yang silih berganti dan pemberian-pemberian-Nya yang tak pernah berhenti. Begitu pula dia (hamba) mengakui apa yang dia lakukan dari dosa-dosa dan maksiat. Setelah itu dia memohon kepadanya ampunan terhadap semua itu disertai pengakuan tak ada yang mengampuni dosa-dosa selain Dia subhanahu wata’ala.

Inilah ungkapan yang paling baik dalam berdo’a. Oleh karena ia menjadi istighfar paling agung dan paling utama serta merangkum makna-makna yang menjadi sebab pengampunan dosa.

Ibnu Abi Jamrah rahimahullah berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumpulkan dalam  hadits ini makna-makna yang indah dan lafazh-lafazh yang bagus sehingga pantas untuk dinamakan sayyidul Istighfar. Dalam hadits ini terdapat : Pengakuan terhadap uluhiyah Allah dan ibadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla . Pengakuan bahwa Allah Azza wa Jalla adalah satu-satu-Nya yang Maha Pencipta. Pengakuan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan janji yang diambil untuk hamba-Nya. Harapan yang telah Allah janjikan kepada hamba-Nya, Berlindung dari keburukan yang telah diperbuat hamba terhadap dirinya, Menisbatkan semua nikmat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah mengadakan semua nikmat ini, menisbatkan dosa kepada diri seorang hamba. Keinginan dan harapan dia agar diampuni dosa-dosanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan pengakuannya bahwa tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Allah.” (Fathul bari 11/100)

Orang yang kontinyu membacanya di pagi hari dengan penuh keyakinan, akan meraih janji mulia dan pahala yang besar. Yaitu apabila ia meninggal dunia sebelum sore hari, maka ia termasuk penghuni Surga. Barangsiapa yang membacanya di sore hari dengan penuh keyakinan, kemudia ia meninggal dunia sebelum esok pagi hari, maka ia termasuk penghuni Surga.

Kita memohon kepada Allah ta’ala untuk melimpahkan karunia dan ampunan kepada kita semua. Wa Allahu a’lam

Sumber:

1. Buku Fiqih Do’a dan Dzikir, karya Syaikh Abdurrazzaq Al-Badr  -hafizhahullah-

2. https://almanhaj.or.id/12552-keutamaan-sayyidul-istighfar-2.html

Oleh: Ade Abdurrahman

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version