asd
Home Fiqih Do'a dan Dzikir DZIKIR-DZIKIR DUA TEPI SIANG (LANJUTAN)

DZIKIR-DZIKIR DUA TEPI SIANG (LANJUTAN)

0

DZIKIR-DZIKIR DUA TEPI SIANG (LANJUTAN)

Diantara dzikir-dzikir yang penuh berkah yang biasa dianjurkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada para sahabatnya untuk dipelajari dan dikerjakan secara kontinyu setiap pagi dan sore, adalah apa yang diriwayatkan dalam hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasa mengajari sahabat-sahabatnya, seraya bersabda:

إِذَا أَصْبَحَ أحدكم فليقل : اللَّهُمَّ بِكَ أَصْبَحْنَا، وَبِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوتُ، وَإِلَيْكَ النُّشُورُ، وَإِذَا أَمْسَى فليقل : اللَّهُمَّ بِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ أَصْبَحْنَا، وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوتُ، وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ


“Apabila salah seorang kamu berada di waktu pagi maka hendaklah dia mengucapkan, ‘Ya Allah, dengan-Mu kami berada di waktu sore, dengan-Mu kami hidup dan dengan-Mu kami mati, dan kepada-Mu kebangkitan, dan jika sore hari hendaknya mengucapkan ‘Ya Allah, dengan-Mu kami berada di sore dan dengan-Mu kami berada di waktu pagi, dengan-Mu kami hidup dan dengan-Mu kami mati, dan kepada-Mu tempat kembali.” (Sunan at-Tirmidzi, No. 3391, Abu Dawud, no, 5068)

Dzikir yang agung ini mengandung peringatan kepada setiap muslim akan besarnya karunia Allah. Tidurnya seseorang dan bangunnya, gerakan dan diamnya, serta berdiri dan duduknya, sesungguhnya berasal dari karunia Allah ta’ala.

Lafadz dalam hadits, “Dengan-Mu kami berada di waktu pagi,” yakni; dengan sebab nikmat-Mu, pertolongan-Mu, dan bantuan dari-Mu, maka kami mendapati waktu pagi. Dengan pula makna pada lafazh, “Dengan-Mu kami berada di waktu sore.” dengan sebab nikmat-Mu, pertolongan-Mu, dan bantuan dari-Mu, maka kami mendapati waktu pagi

Lafazh, “Dan dengan-Mu kami hidup dan dengan-Mu kami mati,” yakni; keadaan kami senantiasa berada di atas hal ini pada semua waktu dan seluruh kondisi, pada gerakan-gerakan kami semuanya dan urusan-urusan kami seluruhnya.

Lafadz, “Hanya kepada-Mu-lah kebangkitan,” yakni; tempat kembali pada hari kiamat. Manusia dibangkitkan dari kubur-kubur mereka dan dihidupkan sesudah kematian mereka.

Lafadz, Hanya kepada-Mu-lah tempat kembali,” yakni; tempat kembali dan tempat menetap selamanya. Seperti firman Allah ta’ala, “sesungguhnya kepada Rabbmu tempat kembali.” (al-‘Alaq: 8)

Diantara dzikir pagi dan sore adalah dzikir yang agung dari hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata, “wahai Rasulullah, perintahkanlah aku terhadap kalimat-kalimat yang aku ucapkan apabila aku berada di waktu pagi dan aku berada di waktu sore.” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

اَللَّهُمَّ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ، رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيْكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِيْ سُوْءًا أَوْ أَجُرَّهُ إِلَى مُسْلِمٍ


“Ya Allah, Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, wahai Rabb pencipta langit dan bumi, Rabb segala sesuatu dan yang merajainya. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan diriku, setan dan balatentaranya (godaan untuk berbuat syirik pada Allah), dan aku (berlindung kepada-Mu) dari berbuat kejelekan terhadap diriku atau menyeretnya kepada seorang muslim.” (Sunan at-Tirmidzi, no. 3392)

Do’a ini mengandung permintaan perlindungan kepada Allah, bernaung kepada-Nya, dan berpegang dengan-Nya, dari keburukan-keburukan seluruhnya. Baik dari sumbernya, permulaannya, akibatnya, maupun pengakhirannya.

Ibnu al-Qayyim rahimahullah ketika mengomentari hadits ini, “Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan dua sumber keburukan, yaitu jiwa dan setan. Disebutkan pula asal dan kesudahan keburukan tersebut. Bahwa keduanya kembali kepada saudara sesama Muslim. Jadi, hadits ini telah mengumpulkan sumber-sumber keburukan dan jalur-jalurnya dalam lafazh yang singkat dan ringkas namun sangat padat dan jelas. (bada’i’ al-fawa’id, 2/209)

Dengan demikian, maka hadits di atas mengandung perlindungan keapada Allah shallallahu ‘alaihi wasallam dari empat perkara yang berkaitan dengan keburukan, yaitu:

  • Pertama, keburukan jiwa. Keburukan jiwa melahirkan amal-amal yang buruk, dosa-dosa, dan kejahatan-kejahatan.
  • Kedua, keburukan setan. Permusuhan setan terhadap manusia adalah perkara yang sudah maklum, dimana setan menggerakan manusia untuk melakukan kemaksiatan-kemaksiatan, dosa-dosa, dan mengobarkan kebatilan dalam jiwa seseorang dan hatinya. Adapun lafazh “dan kesyirikan,” yakni, apa yang diajak setan kepadanya berupa kesyirikan. Sebagian riwayat menyebutkan dengan lafadz wasyarakahu,’ yakni “dan jerat-jeratnya.”
  • Ketiga, menjerumuskan diri dalam keburukan. Ini termasuk di antara akibat dan hasil keburukan yang kembali kepada diri seseorang.
  • Keempat, mendatangkan, keburukan kepada kaum Muslimin. Ini adalah akibat lain dari keburukan, yang membahyakan orang lain.

Sumber: Buku Fiqih Do’a dan Dzikir, karya Syeikh Abdurrazzaq al-Badr –hafizhahullah

Oleh: Ade Abdurrahman

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version