asd
Home Penjelasan Asmaul Husna AL-HAKAM (YANG MAHA HAKIM)

AL-HAKAM (YANG MAHA HAKIM)

0

AL-HAKAM (YANG MAHA HAKIM)

DALIL NAMA ALLAH AL-HAKAM

أَفَغَيْرَ اللَّهِ أَبْتَغِي حَكَمًا

Maka Patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah. (QS. Al-An’am: 114)

MAKNA NAMA ALLAH AL-HAKAM

Al Hakam berarti yang diserahkan kepadanya keputusan-keputusan dan tempat rujukan segala bentuk perkara. Allah Al-Hakam menunjukkan bahwasanya Allah merupakan hakim terbaik dan paling bijaksana yang tidak mungkin sama sekali berbuat curang atau dzalim. Allah memutuskan segala perkara hambanya baik di dunia, terlebih lagi di akhirat dengan keadilan-Nya. Maka tidak ada kedzaliman yang Allah lakukan walau seberat biji zarrah. Allah tidak membuat seseorang menanggung kesalahan yang diperbuat oleh orang lain, atau hanya membalas seorang hamba yang bersalah sesuai dengan kesalahannya saja. Allah akan mengembalikan seluruh hak kepada pemiliknya.

Hukum itu sendiri merupakan sebuah sistem yang terdapat di dalamnya peraturan-peraturan yang mengatur kehidupan manusia dan bertujuan mencegah kerusakan dan kejahatan. Sehingga seluruh syariat islam merupakan hukum yang pasti maslahat bagi manusia, dan dimana syariat itu dilanggar akan ada konsekuensinya. Maka seluruh keputusan dan hukum pada hakikatnya hanyalah milik Allah dan sumber segala peraturan dan undang-undang adalah wahyu yang Allah turunkan. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

إن الْحُكْمُ إِلا لِلَّهِ

Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. (QS. Yusuf: 40)

Tidak ada siapapun yang dapat meninjau ulang kemudian membatalkan hukum Allah, dan tidak ada suatu makhlukpun yang dapat keluar dari hukum Allah. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

وَاللَّهُ يَحْكُمُ لا مُعَقِّبَ لِحُكْمِهِ

dan Allah menetapkan hukum (menurut kehendak-Nya), tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya. (QS. Ar-Ro’du: 41)

DOA IBADAH

Nama Allah Al-Hakam menunjukkan sifat maha sempurna Allah yang lainnnya, karena tidak mungkin Allah menjadi hakim yang sempurna kecuali dengan sifat-sifatnya yang maha sempurna. Seperti sifat Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Mengetahui, Maha Bijaksana dst. 

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam pernah menegur salah seorang shahabatnya karena ia memiliki kunyah (panggilan) dengan Abul Hakam (Pakarnya Hukum). Beliau bersabda:

إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَكَمُ وَإِلَيْهِ الْحُكْمُ فَلِمَ تُكْنَى أَبَا الْحَكَمِ

“Sesungguhnya Allah-lah Al Hakam (penentu hukum) dan hanya kepada-Nya (kita) berhukum. Lalu kenapa kamu diberi gelar Abul Hakam?”

Ia menjawab, “Sesungguhnya jika kaumku berselisih dalam satu permasalahan, mereka mendatangiku, lalu aku-lah yang memberi putusan hukum atas perselisihan mereka, dan mereka ridha.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bersabda:

 مَا أَحْسَنَ هَذَا فَمَا لَكَ مِنْ الْوَلَدِ

“Betapa baiknya ini! Apakah kamu mempunyai anak?” Ia menjawab, “Aku mempunyai anak yang bernama Syuraih, Muslim dan Abdullah.” Beliau bertanya lagi:

 فَمَنْ أَكْبَرُهُمْ

“Di antara mereka siapa yang paling besar?” Ia menjawab, “Syuraih.” Beliau bersabda:

 فَأَنْتَ أَبُو شُرَيْحٍ

“Kalau begitu nama panggilanmu adalah Abu Syuraih (Bapaknya Syuraih).” (HR. Abu dawud dan Nasai, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Al-Irwa’ no. 2615)

Tidak pantas bagi seseorang melanggar hukum Allah yang berupa melanggar syariat-Nya, karena hukum Allah berisikan kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan. Sebagaimana Allah memerintahkan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam untuk mengatakan :

أَفَغَيْرَ اللَّهِ أَبْتَغِي حَكَمًا وَهُوَ الَّذِي أَنْزَلَ إِلَيْكُمُ الْكِتَابَ مُفَصَّلا وَالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُالْكِتَابَ يَعْلَمُونَ أَنَّهُ مُنَزَّلٌ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ فَلا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ

Maka Patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, Padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (Al Quran) kepadamu dengan terperinci? orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa Al Quran itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali Termasuk orang yang ragu-ragu. (QS. Al-An’am: 114)

Maka ucapan seorang mu’min apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan sebuah perkara adalah “kami mendengar dan kami taat”. Allah Subhanahu wata’alaberfirman:

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَاوَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan Kami patuh”. dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung. (QS. An-Nur: 51)

DOA PERMOHONAN

Allah Subhanahu wata’ala memerintahkan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam agar mengucapkan doa:

قُلِ اللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَفِي مَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ

Katakanlah: “Wahai Allah, Pencipta langit dan bumi, yang mengetahui barang ghaib dan yang nyata, Engkaulah yang memutuskan antara hamba-hamba-Mu tentang apa yang selalu mereka memperselisihkannya.” (QS. Az-Zumar: 46)

Dan diantara doa iftitah yang dibaca oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallamdalam shalat malanya adalah:

اَللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرَائِيْلَ، وَمِيْكَائِيْلَ، وَإِسْرَافِيْلَ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِوَالشَّهَادَةِ، أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيْمَا كَانُوْا فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ. اِهْدِنِيْ لِمَا اخْتُلِفَ فِيْهِمِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ إِنَّكَ تَهْدِيْ مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ

Ya Allah, Tuhan Jibril, Mikail dan Israfil. Wahai Pencipta langit dan bumi. Wahai Tuhan yang mengetahui yang ghaib dan nyata. Engkau yang menjatuhkan hukum (untuk memutuskan) di antara hamba-hambaMu tentang apa yang mereka (orang-orang kristen dan yahudi) perselisihkan. Tunjukkanlah aku pada kebenaran dari apa yang dipertentangkan dengan seizin-Mu. Sesungguhnya Engkau menunjukkan pada jalan yang lurus bagi orang yang Engkau kehendaki.(HR. Muslim 1847)

Dan diantara bentuk kedalaman sikap ridha terhadap keputusan Allah adalah berdoa kepada-Nya dengan menyebut nama Al-Hakam, sebagaimana Nabi Nuh berdoa untuk keselamatan putranya saat banjir telah mencapai puncak gunung, dan beliau menampakkan sikap ridhanya terhadap keputusan Allah. Allah Subhanahu wata’alaberfirman:

وَنَادَى نُوحٌ رَبَّهُ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ابْنِي مِنْ أَهْلِي وَإِنَّ وَعْدَكَ الْحَقُّ وَأَنْتَ أَحْكَمُالْحَاكِمِينَ

dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: “Ya Tuhanku, Sesungguhnya anakku Termasuk keluargaku, dan Sesungguhnya janji Engkau Itulah yang benar. dan Engkau adalah hakim yang seadil-adilnya.” (QS. Hud: 45)

Diambil dari “Miracle of Asmaul Husna”

Cianjur, 31 Maret 2020

Oleh Ust. Muhammad, M.Pd.I

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version