asd
Home Penjelasan Asmaul Husna ALLAH (Yang Maha Diibadahi)

ALLAH (Yang Maha Diibadahi)

0

“ALLAH”

Nama Allah “Allah” lafdzul jalalah adalah sebuah nama inti dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Nama yang pertama kali dikenal oleh seorang muslim ketika orang tuanya mengajarkan tentang “Siapa tuhanmu?”, maka mereka akan diajarkan nama Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Nama ini nama paling banyak di sebutkan dalam Al-Quran, lebih dari 2000 kali di sebutkan dalam Al-Quran, diantaranya dalam firman Allah :

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ 

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.. (QS : Al-Baqarah : 255)

Makna nama “Allah” (Dzat Yang Maha Disembah)

Nama Allah diambil dari kata Al Illah artinya Al-Ma’luh atau yang disembah. Jadi Allah artinya Dzat yang disembah. Itulah makna dari nama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana Allah menjelaskan hal tersebut di berbagai ayat dalam al-quran, diantaranya di dalam  ayat kursi, Allah berfirman:

اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ

“Allah, tidak ada dzat yang disembah kecuali Dia.” (QS. Al-Baqarah:255)

Jadi makna dari Allah artinya Laa Ilaaha Illallah. Dialah Dzat yang berhak disembah. Dan itulah keyakinan yang harus dipegang oleh seorang muslim, yaitu meyakini bahwa yang berhak disembah hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Selain Allah tidak berhak untuk disembah, selain Allah adalah makhluk. Itulah yang ditafsirkan oleh Ibnu Abbas.

Ibnu Abbas mengatakan Allah adalah 

“ذو الألوهية و العبودية على خلقه أجمعين”

Allah artinya Dzat yang memiliki uluhiyah, dan memiliki ubudiyah atas seluruh mahluk-Nya.) Tafsir ibnu jarir :1/121)

Dalam pengertian ini terbagi menjadi 2 yaitu: 

1. Sifat uluhiyah yang disandarkan kepada Allah, yaitu sifat disembah, bahwa Allah lah yang hanya memiliki sifat uluhiyah. 

2. Sifat ubudiyah  yang disandarkan kepada hamba-Nya, yaitu seorang hamba tugasnya adalah menyembah Allah semata. Sebagaimana Allah berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepada-Ku”(QS: Adz-Dzariyat:56)

Pengamalan nama Allah “Allah” adalah dengan mentauhidkan-Nya dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun.

Diantara ayat yang paling jelas menerangkan hal ini adalah firman-Nya :

وَٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًۭٔا ۖ 

(yang artinya), “Dan beribadahlah kepada Allah dan jangan menyekutukan-Nya dengan suatu apa pun.” (QS. An Nisaa’ :  36)

Maka ketika kita mengenal nama Allah bahwa Allah adalah satu-satunya Dzat yang berhak untuk disembah karena agama Islam adalah agama tauhid. Agama yang hanya mengakui adanya satu sesembahan yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka kita harus mengesakan Allah di dalam seluruh ibadah kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik ibadah hati, ibadah lisan, ibadah anggota badan, dan seluruh ibadah-ibadah hanya diberikan kepada Allah.

Tidak boleh memberikan ibadah kepada selain Allah yang disebut dengan kesyirikan. Karena kesyirikan adalah sebesar-besarnya dosa. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ditanya, “Dosa apakah yang paling besar?” Beliau mengatakan:

أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ

“Engkau menjadikan bagi Allah tandingan, sedangkan Allah yang menciptakanmu.”(HR. Muslim :153)

Dosa syirik adalah dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah jika orang tersebut mati dalam kesyirikan.

Sebagaimana Allah berfirman: 

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An Nisâ: 48)

Berdoa dengan nama Allah “Allah”

kita berdoa menggunakan nama Allah di dalam doa-doa kita. Dan hal itu sudah sering kita dapatkan dalam doa-doa yang ma’tsur, baik dalam al-Qur’an maupun as-Sunnah.

Ketika seorang mengatakan Allahumma (ya Allah) seolah-olah dia telah berdoa dengan seluruh nama-nama Allah dan sifat-sifat Allah. Maka doanya akan lebih dikabulkan oleh Allah, apalagi dia memahami ketika dia memanggil Allah “Allah” dia memahami bahwa Allah lah satu-satunya Dzat yang berhak untuk disembah.

Seluruh permintaan bisa digunakan dengan menyebut nama Allah “Allah”. 

Penulis : Haidar Andika,

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version