asd
Home Penjelasan Asmaul Husna Al-Muhaimin (Yang Maha Memelihara)

Al-Muhaimin (Yang Maha Memelihara)

0

Nama Allah Al-Muhaimin

Beribadah dengan Nama Al-Muhaimin di Musim  Corona di Bulan Ramadhan

Al-Muhaimin adalah salah satu nama yang agung bagi Allah yang artinya Yang Maha Memelihara. Dalil yang menunjukan nama ini disebutkan dalam firman-nya yang berbunyi pada Surat Al-Hasyr/59:23:

… الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ (٢٣)

… yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.

Makna  nama yang agung ini Al-Muhaimin adalah yang mengetahui rahasia-rahasia segala perkara dan yang disembunyikan oleh dada-dada, yang ilmunya meliputi segala sesuatu, yang menyaksikan amal perbuatan makhluk, mengawasi mereka dalam berbicara dan berbuat. Tidak ada yang tersembunyi sedikit pun dari perbuatan mereka meskipun sebiji sawi di atasa bumi  atau di atas langit. [1]

Diantara makna Al-Muhaimin yaitu Allah Al-Hafidz menjaga, memberikan keamanan, menyaksikan ,dan mengawasi amalan perbuatan makhluk-Nya.[2]

Seorang hamba dianjurkan berakhlak dengan sifat yang dicintai oleh Allah ini, juga induk binatang terhadap anak-anaknya memiliki sifat ini. Demikian pula makhluk Allah yang bernama manusia yang berakal lebih pantas untuk bersifat dengan sifat ini. Sebuah teladan yang disebutkan dalam hadist, Suatu hari ibunda Aisyah mendapati seorang ibu bersama dua anaknya sedang berjalan mencari makanan. Dari tangan Aisyah, si ibu mendapatkan tiga potong roti, yang segera dibagikan secara merata, masing-masing satu potong. Karena sangat lapar, kedua anak itu melahapnya sangat cepat hingga habis, sementara bagian si ibu belum dimakan. Si ibu sejenak memandangi kedua anaknya yang kelihatan masih kurang. Dengan penuh kasih sayang, roti sepotong yang menjadi bagiannya itu dibagi habis untuk anak-anaknya, sementara sang ibu rela menahan lapar demi anak-anaknya.

Peristiwa tersebut diceritakan Aisyah kepada suaminya, Rasulullah Shalllahu ‘Alahi wassalam. Beliau kemudian berkomentar bahwa kasih sayang dan pemeliharaan Allah kepada hamba-hamba-Nya melebihi kasih sayang dan pemeliharan sang ibu kepada anak-anaknya. Ini salah  satu bentuk konsekuensi dari nama ini yaitu untuk memiliki sifat memelihara terhadap apapun bagi mereka yang mengenal nama Allah Al-Muhaimin,

Terlebih dimasa sulit apa yang dihadapi manusia saat ini dengan adanya Virus Corona, dengannya banyak diantara mereka yang sakit, kesulitan, dan kesusahan, maka  ini adalah mumen yang tepat untuk beribadah dengan nama Al-Muhaimin untuk memperhatikan dan memelihara mereka yang lemah serta mengasihinya dan menjadi pahala yang berlipat ganda ketika diberada dibulan yang mulia yaitu bulan Ramadhan yang penuh dengan keberkahan, karena setiap orang akan diminta pertanggungjawabannya dihadapan Allah kelak di hari kiamat. Dan merupakan sebagai konsekuensi dari seorang hamba yang beriman dengan nama Allah Al-Muhaimin.

Berdoa dengan nama ini dalam doa ibadahnya seorang hamba, karena dengan amalan tersebut seseorang mengaharapkan apa yang ada di sisi Allah yaitu dengan menyakini bahwa Allah Al-Muhaimin senantiasa menyaksikan makhluk-makhluk-Nya tanpa terkecuali. Seperti  dalam firman-Nya Surat Al-Baqarah/2: 74:

… وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ (٧٤)

…dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.

Diantaranya juga seorang hamba menyakini bahwa diantara nikmat yang terbesar dan tertinggi bagi kaum muslimin daripada umat terdahulu dari kitab adalah nikmat diturunkannya al-quran dan yang belum diberikan pada umat sebelumya yang merupakan kekhusan umat ini yaitu surat al-fatiha dan penutup Surat al-Baqarah. Allah berfirman dalam surat Al-Maidah:48

Adapun doa mas’alah (permintaan) dengan nama ini, maka dianjurkan berdoa dengan menyebutkan nama ini sesuai dengan permintaan yang dipanjatkan dan bertawasul dengan nama Allah ini. Adapun menyebut nama ini dengan hitungan jumlah tertentu tidak didapatkan dalam Al-Quran dan Sunnah, maka merupakan termasuk perkara baru. Wallau’alam.

Penyusun : Dzakwan Mukhtar BA

Sumber : 1. Fiqih Asmul Husna hal.162.

              2. Asrar Al-Asma Al-Husna hal. 73.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version