asd
Home Penjelasan Asmaul Husna Al-Hayyu (Yang Maha Hidup)

Al-Hayyu (Yang Maha Hidup)

1

Al-Hayyu (Yang Maha Hidup)

(Disebutkan dalam al-Qur’an: 5 kali)

Diantaranya dalam firman Allah Ta’ala :

ٱللَّهُ لَاۤ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡحَیُّ ٱلۡقَیُّومُۚ

Allah, tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Dia Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya) (QS. Al-Baqoroh: 255)

Nama Allah al-Hayyu mengandung makna penetapan sifat ‘hidup’ bagi Allah. Sifat hidup yang ada pada Allah ini adalah sifat hidup yang sempurna, yaitu ia tidak didahului oleh ‘ketiadaan’, tidak mengalami kepunahan maupun kehancuran, serta tidak memperlihatkan adanya kekurangan dan ketidaksempurnaan, Maha Suci Allah dari semua itu.

Hidup yang dimaksud adalah hidup yang mengandung konsekuensi kesempurnaan pada sifat-Nya, baik itu ilmu, pendengaran, penglihatan, kekuasaan, kehendak, dan kasih sayang, serta perbuatan apa saja yang dikehendaki oleh-Nya, maupun sifat lainnya yang sempurna. Maka itu hanya Allahlah yang berhak untuk diibadahi, ruku dan sujud hanyalah kepada-Nya. Seperti firman Allah:

Al-Hayyu berarti Dzat Maha Hidup dengan kehidupan yang sempurna, yaitu tidak hidup yang berawal dari tiada dan tidak pula berakhir dengan tiada. Kehidupan sempurna yang mengharuskan sifat-sifat sempurna, ilmu, kekuasaan, pendengaran,penglihatan dan lain-lain. Kehidupan Allah Ta’ala suci dari menyamai kehidupan makhluk, tidak terjadi kepada-Nya kematian dan ketiadaan, tidak juga mengalami ngantuk atau pun tidur.

Allah Menjelaskan hal itu dalam firmanNya :

ٱللَّهُ لَاۤ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡحَیُّ ٱلۡقَیُّومُۚ لَا تَأۡخُذُهُۥ سِنَةࣱ وَلَا نَوۡمࣱۚ لَّهُۥ مَا فِی ٱلسَّمَـٰوَ ٰ⁠تِ وَمَا فِی ٱلۡأَرۡضِۗ مَن ذَا ٱلَّذِی یَشۡفَعُ عِندَهُۥۤ إِلَّا بِإِذۡنِهِۦۚ یَعۡلَمُ مَا بَیۡنَ أَیۡدِیهِمۡ وَمَا خَلۡفَهُمۡۖ وَلَا یُحِیطُونَ بِشَیۡءࣲ مِّنۡ عِلۡمِهِۦۤ إِلَّا بِمَا شَاۤءَۚ وَسِعَ كُرۡسِیُّهُ ٱلسَّمَـٰوَ ٰ⁠تِ وَٱلۡأَرۡضَۖ وَلَا یَـُٔودُهُۥ حِفۡظُهُمَاۚ وَهُوَ ٱلۡعَلِیُّ ٱلۡعَظِیمُ

Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Mahatinggi, Mahabesar. (QS. Al-Baqoroh: 255)

Siapa saja yang mengenali sifat ini bagi Allah, niscaya ia akan bertawakkal kepada-Nya, hatinya tergantung kepada Allah dan terputus dari kebergantungan kepada manusia yang sama-sama membutuhkan Allah, bagaimana mungkin manusia layak diharapkan?

Allah berfirman:

وَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱلۡحَیِّ ٱلَّذِی لَا یَمُوتُ وَسَبِّحۡ بِحَمۡدِهِۦۚ وَكَفَىٰ بِهِۦ بِذُنُوبِ عِبَادِهِۦ خَبِیرًا

“Dan bertawakkallah kepada Yang Maha Hidup yang tidak mati, danbertasbihlah dengan memuji-Nya, cukuplah Dia yang mengetahui dosa-dosa hamba-Nya.” (QS. Al-Furqan: 58)

Adapun makhluk hidup yang mengalami kematian, atau mayat tidak mempunyai kehidupan, atau benda mati yang sama sekali yang tidak memiliki kehidupan, semua itu tidak berhak untuk disembah. Jadi  yang berhak untuk disembah hanyalah Allah yang Maha Hidup yang dan tidak pernah mati. Firman-Nya:

هُوَ ٱلۡحَیُّ لَاۤ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ فَٱدۡعُوهُ مُخۡلِصِینَ لَهُ ٱلدِّینَۗ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِینَ

Dialah yang hidup kekal, tidak ada tuhan selain Dia; maka sembahlah Dia dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. Segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam.” (QS. Al-Mu’min: 65)

Seorang hamba hendaknya bersungguh-sungguh mencari kehidupan yang lebih sempurna dari Yang Maha al-Hayyu, dengan cara bersungguh-sungguh menggapai akhirat dengan dunia, merasa cukup dengan Rabb yang akan memberinya kehidupan abadi.

Maka hakekat kehidupan adalah hidup dengan Allah, bukan hidup dengan diri sendiri atau dengan semua yang akan berakhir, bahkan tidak pula hidup dengan semua sebab-sebab kehidupan.

Telah disebutkan nama al-Hayyu dan al-Qayyum dalam salah satu hadits tentang berdo’a dengan ismullahil a’zham, yaitu ketika mendengarkan seorang laki-laki berdo’a setelah Rasulullah shalat:

  اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ لاَ شَرِيكَ لك الْمَنَّانُ بَدِيعَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، يَا ذَا الْجَلالِ وَالإِكْرَامِ، يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu, sebab pujian hanya milik-Mu, tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau, Yang Maha Memberi, Pencipta langit dan bumi, wahai Yang memíliki keagungan dan kemuliaan, wahai Yang Ma- hahidup (al-Hayyu), wahai Yang Maha Mengurus (al-Qayyum).”

Lalu Nabi bersabda: “la telah berdo’a dengan menyebutkan nama-Nya yang agung, di mana jika ia berdo’a dengannya pasti dikabulkan, dan jika meminta dengannya pasti akan diberikan.” (HR. AbuDawud: 1497, at-Tirmidzi: 3889, Ibnu Majah: 3991, Musnad Ahmad:12534, dishahihkan oleh Ibnu Hibban, al-Hakim dan al-Albaní)

Penulis :

Haidar Andika

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version