PENTINGNYA MEMPERHATIKAN LAFADZ DZIKIR DAN DOA
Doa-doa ma’tsur merupakan wahyu dari Allah, yang Dia ajarkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Redaksi dan makna dari doa-doa tersebut terbebas dari kesalahan, baik dari segi lafadz maupun kandungannya, karena doa-doa tersebut adalah wahyu Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang diturunkan kepada Nabi-Nya kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengamalkannya secara sempurna dan menyampaikannya kepada umatnya. Para sahabat yang mulia menerima dari beliau Shallallahu Alaihi Wasallam dengan sebaik-baiknya dan mengamalkannya dengan penuh kesungguhan dan mereka pun menyampaikannya kepada generasi sesudah mereka secara sempurna dengan huruf-huruf dan lafaznya.
Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
نَضَّرَ اللهُ امْرَءاً سَمِعَ مِنَّا حَدِيْثاً فَحَفِظَهُ – وفي لفظٍ: فَوَعَاها وَحَفِظَها – حَتَّى يُبَلِّغَهُ، فَرُبَّ حامِلِ فِقْهٍ إلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ، وَرُبَّ حامِلِ فِقْهٍ لَيْسَ بِفَقِيْهٍ
“Semoga Allah mencerahkan (mengelokkan rupa) orang yang mendengar hadits dariku, lalu dia menghafalnya – dalam lafazh riwayat lain: lalu dia memahami dan menghafalnya –, hingga (kemudian) dia menyampaikannya (kepada orang lain), terkadang orang yang membawa ilmu agama menyampaikannya kepada orang yang lebih paham darinya, dan terkadang orang yang membawa ilmu agama tidak memahaminya” HR. Abu Dawud, Tirmidzi dll.
Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam sangat antusias dalam mengajarkan dzikir-dzikir dan doa kepada para sahabatnya sebagaimana beliau mengajarkan suatu surat dari Al-Qur’an.
Dari Jabir Bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا الِاسْتِخَارَةَ فِي الْأُمُورِ كُلِّهَا كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ
“Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengajari kami Istikharah dalam memutuskan segala sesuatu, sebagaimana mengajari kami surat dalam Al-Qur’an. HR. Bukhari.
Para sahabat pun mereka sangat semangat dalam meminta untuk diajarkan doa-doa dari Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam.
وَعَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيْقِ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أنَّهُ قَالَ لِرَسُولِ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: عَلِّمْنِي دُعَاءً أَدْعُو بِهِ في صَلاَتِي، قَالَ: «قُلْ: اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا، وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أنْتَ، فَاغْفِرْ لي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ، وارْحَمْنِي، إنَّكَ أنْتَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ» مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, ia berkata kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ajarkanlah kepadaku satu doa yang bisa kubaca di dalam shalatku.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Katakanlah: Ya Allah, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri dengan kezaliman yang besar. Tiada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau. Ampunilah aku dengan ampunan dari-Mu. Kasihanilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang).” (Muttafaqun ‘alaih)
Bahkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengoreksi kesalahan lafadz yang dibaca oleh sahabatnya dalam membaca doa yang telah diajarkan.
Dari Al Barra’ bin ‘Azib berkata: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلَاةِ ، ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الْأَيْمَنِ ، ثُمَّ قُلْ : اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ : وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ ، وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ ، رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ ، لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ ، اللَّهُمَّ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ ، وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ . فَإِنْ مُتَّ مِنْ لَيْلَتِكَ فَأَنْتَ عَلَى الْفِطْرَةِ ، وَاجْعَلْهُنَّ آخِرَ مَا تَتَكَلَّمُ بِهِ ، قَالَ : فَرَدَّدْتُهَا عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَلَمَّا بَلَغْتُ : اللَّهُمَّ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ . قُلْتُ : وَرَسُولِكَ . قَالَ : لَا ، وَنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ )رواه البخاري ومسلم)
“Jika kamu menuju tempat tidurmu, maka berwudhu’lah sebagaimana wudhu’nya shalat, lalu tidurlah dengan miring ke kanan, lalu ucapkanlah: “Ya Allah aku pasrahkan jiwaku kepada-Mu dan aku hadapkan wajahku kepada-Mu, aku pasrahkan urusanku kepada-Mu, aku sandarkan punggungku kepada-Mu, karena cinta dan takut kepada-Mu, tidak ada tempat kembali dan tempat keselamatan kecuali dari-Mu, aku beriman dengan kitab-Mu yang telah Engkau turunkan, dan dengan Nabi-Mu yang telah Engkau utus”. Jika kamu meninggal dunia pada malam itu maka kamu berada di dalam fitrah, dan jadikanlah doa di atas menjadi akhir dari ucapanmu”. Abu Darda berkata: “Pada saat saya mengulanginya di hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan saat sampai pada kalimat: “Ya Allah aku telah beriman dengan kitab-Mu yang telah Engkau turunkan”, saya katakan: “Dan Rasul-Mu”, beliau bersabda: “Bukan, dan Nabi-Mu yang telah Engkau utus”. HR. Bukhori dan Muslim
Adapun mengoreksi doa yang dipanjatkan oleh sahabatnya, maka Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam juga pernah melakukannya.
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَادَ رَجُلاً مِنَ الْمُسْلِمِينَ قَدْ خَفَتَ فَصَارَ مِثْلَ الْفَرْخِ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « هَلْ كُنْتَ تَدْعُو بِشَىْءٍ أَوْ تَسْأَلُهُ إِيَّاهُ ». قَالَ نَعَمْ كُنْتُ أَقُولُ اللَّهُمَّ مَا كُنْتَ مُعَاقِبِى بِهِ فِى الآخِرَةِ فَعَجِّلْهُ لِى فِى الدُّنْيَا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « سُبْحَانَ اللَّهِ لاَ تُطِيقُهُ – أَوْ لاَ تَسْتَطِيعُهُ – أَفَلاَ قُلْتَ اللَّهُمَّ آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ». قَالَ فَدَعَا اللَّهَ لَهُ فَشَفَاهُ.
“Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menjenguk seorang sahabat yang telah kurus bagaikan anak burung (karena sakit). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Apakah kamu berdo’a atau meminta sesuatu kepada Allah?” Ia berkata, “Ya, aku berdo’a/meminta kepada Allah, “Ya Allah siksa yang kelak Engkau berikan kepadaku di akhirat segerakanlah untukku di dunia.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Subhanallah, kamu tidak akan mampu menanggungnya. Mengapa kamu tidak mengucapkan, “Ya Allah berikan kepada kami di dunia kebaikan dan di akhirat kebaikan dan peliharalah kami dari adzab Neraka.” Maka orang itupun berdo’a dengannya. Allah pun menyembuhkannya.” (HR Muslim).
Hal ini diikuti oleh para sahabat, yaitu ketika mereka mendengar seseorang berdoa atau berdzikir dengan lafadz yang tidak dicontohkan oleh Nabi Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, merekapun menegurnya.
Diriwayatkan dari Nafi’, ada seseorang yang bersin di samping Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, kemudian orang tersebut mengatakan,
الحَمْدُ لِلَّهِ، وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ
Segala puji bagi Allah dan semoga keselamatan tercurahkan kepada Rasulullah.
Mendengar hal itu, sahabat Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu berkata,
وَأَنَا أَقُولُ: الحَمْدُ لِلَّهِ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَلَيْسَ هَكَذَا عَلَّمَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَلَّمَنَا أَنْ نَقُولَ: الحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ
“Saya memang mengucapkan ‘alhamdulillah was salaamu ‘ala Rasulillah’. Akan tetapi, bukan seperti itu yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau mengajarkan kami untuk mengucapkan “alhamdulillah ‘ala kulli haal” (segala puji bagi Allah pada setiap keadaan).” (HR. Tirmidzi no. 2738, hadits hasan)
Sumber :
Fiqih Doa dan Dzikir Syaikh Abdurrozzaq
Muslim.or.id
Islamqa.info
Cianjur, 12 Agustus 2020
Oleh : Muhammad, M.Pd.I